Warga Kampung Warung Cina Rancaekek Manfaatkan Air dari Anak Sungai Citarum untuk Atasi Kekeringan

"Jadi air dari sungai disedot dengan mesin pompa, ditampung di kolam, kemudian dibiarkan menyerap ke sumur warga"

Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Adityas Annas Azhari
Tribun Jabar/Lutfi Ahmad Mauludin
Ketua RT 2, RW 1 Desa Linggar, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Rohmat, sedang berada di salah satu kolam kering yang ada di kampungnya, Senin (21/8/2023) 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Sudah dua bulan Kampung Warung Cina RW 1, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, mengalami kekeringan, akibat adanya fenomena cuaca El Nino.

Kolam hingga sumur warga setempat, tak berair sama sekali. Kolam terlihat seperti lapangan dengan tanah yang retak, dan ditumbuhi rumput.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga setempat memanfaatkan air di Sungai Lanang yang merupakan anak Sungai Citarum.

Baca juga: Musim Kemarau Panjang Masyarakat Diimbau Pakai Masker Supaya Tak Terserang Penyakit Ini

Hal tersebut, terpaksa dilakukan oleh warga untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, untuk mencuci pakaian, mandi, dan sebagainya. Tentu air yang digunakan, tak sebersih atau sejernih, air biasanya, meski sudah disaring.

Ketua RT 2 RW 1 Desa Linggar, Rohmat, mengatakan, kekeringan terjadi bukan hanya di wilayah RT nya saja, tapi juga seluruh RT  di RW 1.

"Kekeringan ini, kalau tak salah sudah terjadi sejak dua bulan lalu," ujar Rohmat, saat ditemui di kampungnya, Senin (21/8/2023).

Baca juga: Waspada Nyamuk Aedes Aegepti Lebih Ganas di Musm Kemarau, Ratusan Warga Terjangkit DBD di Purwakarta

Rohmat, mengatakan, kini kolam yang biasanya masih berair saat kemarau juga kering, sumur-sumur di kampungnya juga tak berair.

Untuk memenuhi kebutuhan air, warga berinisiatif bagaimana caranya supaya sumur tetap terisi.

"Jadi air dari sungai disedot dengan mesin pompa, ditampung di kolam, kemudian dibiarkan menyerap ke sumur warga," kata Rohmat.

Baca juga: Tingginya Intensitas Kebakaran Saat Kemarau Imbas El Nino, Dua Bulan Terakhir Ada 31 Kejadian di KBB

Jika diisi penuh kolam yang berukuran sekitar 10x15 meter dengan kedalaman sekitar 60 sentimeter yang ada di kampungnya itu, kata Rohmat, dua atau tiga hari juga surut.

Dari kolam ini kata, Rohmat, hanya mampu mengairi sumur yang di dekat kolam ini saja, paling hanya mampu mengairi satu RT.

"Jadi air dari sungai, dimasukan ke kolam, dibiarkan meresap ke sumur, ibaratnya supaya tersaring. Sebab kalau langsung digunakan itu kotor," ujar dia.

Baca juga: Krisis Air Bersih di Kota Sukabumi Akibat Kemarau Dampak El Nino Meluas, Dua Kelurahan Ini Terimbas

Walaupun, beberapa warga, kata Rohmat, ada yang memasukan air sungai langsung ke sumurnya dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. "Untuk air yang dimasukan kolam dan dibiarkan meresap ke sumur, airnya jadi agak bersih," katanya.

Walaupun tetap tak bersih bening seperti air biasanya, warnanya sedikit keruh kuning atau putih, dan ada sedikit bau, tapi kata Rohmat, tetap digunakan, daripada tak ada air sama sekali.

Jika dilihat air sumur hasil dari menampung air sungai yang di kolam, di dalam sumurnya terlihat ada seperti busa sabun, airnya pun terlihat ada putih-putihnya. 

Kondisi lahan kering akibat kemarau berkepanjangan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Sumedang, Minggu (5/6/2023). Hal ini membuat petani tembakau kesulitan untuk panen.
Kondisi lahan kering akibat kemarau berkepanjangan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Sumedang, Minggu (5/6/2023). Hal ini membuat petani tembakau kesulitan untuk panen. (Dok. APTI Sumedang)
Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved