Buky Wibawa: Kota Bandung Sudah Kehilangan Sentuhan Estetika
Anggota DPRD Jabar, Buky Wibawa Karya Guna, menilai Pemerintah Kota Bandung telah gagal menata Kota Bandung.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Giri
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Anggota DPRD Jabar, Buky Wibawa Karya Guna, menilai Pemerintah Kota Bandung telah gagal menata Kota Bandung.
Selain akibat permasalahan sampah yang tak kunjung usai, Bandung dinilai telah kehilangan sentuhan estetika dalam hal pembangunan dan penataannya.
"Gara-gara sampah, itu akan mengganggu. Kota menjadi kumuh, tidak enak dipandang, dan orang akan bilang juga Kota Bandung gagal menata kota. Ya, saya katakan Kota Bandung sudah gagal menata kota, dan kehilangan sentuhan estetika," ujar anggota dewan dari daerah pemilihan Kota Bandung dan Cimahi ini, Jumat (12/5/2023).
Buky mengingatkan bahwa Kota Bandung memiliki berbagai julukan, mulai dari Kota Seni, Kota Kuliner, Kota Fashion, Kota Pendidikan, sampai Kota Heritage.
Semua julukan ini beririsan dengan masalah estetika, sehingga bisa dikatakan bahwa Bandung adalah City of Art, kota seni dalam arti sangat luas.
"Orang kreatifnya sangat banyak di Kota Bandung. Jadi gudangnya orang kreatif. Masalahnya, sejauh mana kita bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang begitu besar potensinya tetapi selama ini tidak terintegrasi ini. Harusnya kolaborasi dan inovasi itu jangan hanya digembar-gemborkan. Lakukan, realisasikan mewujudkan Kota Bandung sebagai City of Art," katanya.
Baca juga: Anggota DPRD Jabar Buky Wibawa Dorong Kolaborasi dan Inovasi Pengelolaan Sampah Jadi Peluang Ekonomi
Buky memberi contoh mengenai banyaknya produk-produk kuliner yang viral dan terkenal di Kota Bandung, sampai diburu wisatawan dari manapun, namun dibenturkan dengan peraturan daerah Kota Bandung tentang penyelenggaraan kebersihan, ketertiban, dan keindahan.
"Banyak produk kuliner dari PKL yang sangat diburu wisatawan. Tapi sekali waktu pemerintah kota tiba-tiba membuat kegiatan yang seolah-olah menata pedagang kaki lima. Bukan begitu caranya. Mereka ini potensi dan menjadi daya tarik, harus dibina," katanya.

Belum lagi seniman berpenampilan horror atau dikenal dengan nama hantu-hantu siang bolong yang sempat ditertibkan. Sampai kelompok-kelompok penyanyi jalanan yang berbakat yang tidak dibina agar berkarya lebih baik.
Baca juga: Sampah Terus Menjadi Masalah, DPRD Jabar Pertanyakan Konsistensi Program Penanganan di Kota Bandung
"Kita punya Perda K3, tapi harus pintar memilah-milah, menerapkan mana yang harus diaplikasikan secara tegas dan serius, mana yang kita melihat sebuah potensi yang ada di Kota Bandung ini. Yaitu yang terkait dengan kuliner dan musik, sesuai julukan kotanya," katanya.
Pemerintah, ujar Buky, harus cerdas dalam mengelola kreativitas masyarakatnya, bukannya malah memberangus aset-aset berharga yang menjadi daya tarik Kota Bandung sendiri.
"Para penyanyi jalanan ini etalase julukan Kota Bandung sebagai Kota Musik. Mereka dinikmati karyanya dari pagi sampai malam oleh masyarakat. Begitu juga kuliner dan produk-produk kreatif lainnya. Jangan sampai Kota Bandung kehilangan sisi estetikanya, kehilangan datmya tariknya, hanya karena pemerintahnya tidak membina mereka-mereka ini," katanya. (*)
Dua Gelandang Persib Bandung Diandalkan Patrick Kluivert Sejak Menit Awal Lawan Arab Saudi |
![]() |
---|
Seniman Isa Perkasa Akan Tampilkan ‘Kesurupan’ Kuda Lumping di Pasar Seni ITB, Ini Maknanya |
![]() |
---|
Tak Semudah Membalik Telapak Tangan, Farhan Temukan Kendala Tangani Masalah Banjir di Rancasari |
![]() |
---|
Ironi Catatan Sipil Jabar: Banyak Bayi Belum Punya Akta Lahir, Wagub Minta Disdukcapil Jemput Bola |
![]() |
---|
DAFTAR Nomor Punggung Penggawa Indonesia Lawan Arab, Beckham Putra Jadi 'Diri Sendiri' |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.