Stok Beras di Jawa Barat

Stok Beras di Jawa Barat Dijamin Cukup, Belum Ada Kenaikan Harga Signifikan, Kata Pemprov Jabar

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memastikan kestabilan stok beras di Jawa Barat di tengah kabar kenaikan harganya di sejumlah daerah.

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar/Putri Puspita
Foto ilustrasi: Yayan, penjual beras di Pasar Ancol, Kota Bandung, Kamis (26/1/2023). Pemerintah Provinsi Jawa Barat memastikan kestabilan stok beras di Jawa Barat di tengah kabar kenaikan harganya di sejumlah daerah. 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemerintah Provinsi Jawa Barat memastikan kestabilan stok beras di Jawa Barat di tengah kabar kenaikan harganya di sejumlah daerah.

Pemerintah pun terus memastikan supaya daya beli masyarakat terhadap beras dan kebutuhan pokok lainnya masih dalam batas normal.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, Iendra Sofyan, mengatakan harga beras di sejumlah pasar di kota dan kabupaten di Jabar masih dalam batas wajar.

Sebaliknya, yang dikeluhkan adalah kurangnya pembeli yang belum bisa menyamai jumlah pembeli pada 2019.

Baca juga: Disdagin Kota Bandung dan Perum Bulog Pastikan Ketersediaan Beras Aman Hingga Ramadan dan Idulfitri

"Harga beras saya nilai sejauh ini aman. Adapun harga naik, saya kira tidak terlalu signifikan," kata Iendra di Bandung, Kamis (26/1/2023).

Ia mengatakan contohnya saat melakukan pemantauan di sejumlah pasar di Cirebon, Rabu (25/1/2023), pihaknya memastikan harga beras masih normal.

"Sejauh ini, kemarin di Kabupaten Cirebon di acara sarling dengan Pak Gubernur di Pasar Pasalaran, di sana beras aman-aman saja begitu ya."

"Tapi intinya untuk ketersediaan dan harga bahan pokok secara umum kami pantau setiap dua hari sekali, bahkan tiap hari juga aja di berapa perwakilan pasar, ketersediaan secara umum adalah aman," katanya.

Apalagi beras, katanya, di Jabar sudah surplus 1 juta ton per tahun. Sesuai data yang dimilikinya pun, harga kebutuhan pokok di awal tahun ini cenderung normal.

Yang dikeluhkan, katanya, masih kurangnya warga yang berbelanja ke pasar.

"Dinamika selalu ada ya, tergantung suplainya yang pertama, dan kedua permainan di tengahnya."

"Tapi yang jelas para APPSI atau para pedagang pasar itu mengeluhkan penjualan atau pembelian ini belum sebanyak pada tahun 2019," katanya.

Ia mengatakan jikapun terjadi kenaikan, harga beras diperkirakan akan kembali stabil karena jumlah pembeli yang belum senormal 2019.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau Pasar Pasalaran di Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon untuk mengendalikan inflasi.

Peninjauan dilakukan dalam rangkaian agenda Siaran Keliling (Sarling) Jabar.

Hal ini menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu saat Rakornas Forkopimda se-Indonesia di SICC Sentul, Bogor.

"Instruksi dari Presiden kepada kepala daerah adalah mengendalikan inflasi. Kabupaten Cirebon inflasinya di angka 4,8 persen," ucap Ridwan Kamil saat ditemui di Pasar Pasalaran, Kabupaten Cirebon, Rabu (25/1/2023).

"Jadi Cirebon saya apresiasi, salah satunya adalah Pak Bupati harus rajin ke pasar melihat (harga) apa yang naik dan mencarikan solusi," imbuhnya.

Ridwan Kamil mengungkapkan, guna menurunkan inflasi, Pemda Kabupaten Cirebon bisa melakukan subsidi anggaran transportasi barang.

"Karena ada anggaran tidak terduga boleh menyubsidi transportasi barang, kalau bisa menurunkan harga," sebut Kang Emil sapaan akrab Ridwan Kamil.

Ketika Kang Emil memantau harga bahan pokok di Pasar Pasalaran terdapat beberapa yang naik, di antaranya bawang merah dan buah-buahan impor.

"Saya monitor (di Pasar Pasalaran) yang naik itu bawang merah, kemudian buah-buahan impor. Lain-lain stabil, bahkan daging ayam lagi turun, biasanya di atas Rp 30.000 per kilogram sekarang Rp 26.000," ungkapnya.

Ridwan Kamil pun optimistis produksi beras di Janar akam terus meningkat.

Adanya Bendungan Sadawarna akan meningkatkan produksi beras Indramayu dari 1,3 juta ton menjadi 1,8 juta ton per tahun.

"Produksi beras Indramayu 1,3 juta ton per tahun, dengan hadirnya Bendungan Sadawarna bisa naik menjadi 1,8 juta ton per tahun," ujar Ridwan Kamil di Bendungan Sadawarna, Kabupaten Sumedang, Selasa (27/12/2022).

Kementerian Pertanian RI mencatat produksi padi Indramayu pada tahun 2021 mencapai 1.319.624 ton.

Urutan terbesar berikutnya setelah Indramayu adalah Kabupaten Karawang lalu Kabupaten Subang.

"Penyumbang surplus beras di Indonesia yang pertama adalah Kabupaten Indramayu yang produksinya mencapai 1,3 juta ton," sebut Gubernur.

Hadirnya Bendungan Sadawarna membuat Kabupaten Sumedang kini memiliki tiga bendungan.

Dua bendungan yang sudah ada sebelumnya yaitu Bendungan Jatigede dan Bendungan Cipanas.

Kang Emil mengapresiasi pengelolaan pertanian di Jawa Barat. Jabar surplus produksi beras setiap tahun yang mencapai 1,5 juta ton.

"Kita surplus setiap tahun 1 sampai 1,5 juta ton, sehingga rakyat tidak ada yang kelaparan oleh urusan makanan pokok, yaitu beras," ungkapnya.

Ia menuturkan, benih padi yang diproduksi merupakan varietas unggul terbaik se-Indonesia, di antaranya Ciherang, Mekongga, Inpari 32, Inpari 33, Inpari 42, Inpari 48, dan Inpari 49 Jembar.

"Keluarbiasaan pertanian Jawa Barat diperlihatkan di hari ini, yakni dari benih -benih juara dari berbagai lembaga, yang menjadikan Jabar sebagai Provinsi yang memiliki benih tanaman khususnya padi terbaik se-Indonesia," ucapnya.

"Kita produsen padi yang dikonsumsi hanya 2/3-nya oleh Jawa Barat, sisanya kita ekspor dan jual ke mana-mana karena benih dan bibit yang baik ini menghasilkan padi berkualitas dan panen berlimpah," tuturnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved