Suka Duka Pemulung di TPA Sarimukti Bandung, Pernah Nemu Cincin Emas sampai Tak Boleh Buat Bedeng

sejak Desember 2022 semua pemulung dilarang membangun rumah bedeng, sehingga mereka terpaksa harus pindah.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Ravianto
hilman kamaludin/tribun jabar
Ipin (45) seorang pemulung saat memungut sampah di TPA Sarimukti, Selasa (17/1/2023). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Para pemulung di TPA Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) tampak semangat saat menyerbu gundukan sampah yang baru saja diturunkan dari truk yang tiba dari wilayah Bandung Raya, Selasa (17/1/2023).

Dengan berbekal karung bekas, para pemulung itu tak menghiraukan bau tak sedap dan terik panas matahari demi sesuap nasi. Mereka terus berlomba agar karung yang dibawa bisa penuh supaya bisa mendulang rupiah.

Hanya saja mereka harus sedikit bersabar karena TPA yang selama ini tempat mendulang rupiah tidak normal akibat jalan di area curah ambles dan alat buldozer rusak, sehingga kondisi ini menyebabkan pembuangan sampah terlambat.

Dengan kesabarannya itu, usaha para pemulung tidak sia-sia karena saat truk menurunkan sampah, pasti ada rezeki yang melimpah, sehingga mereka tetap bertahan dibalik tumpukan sampah.

"Setiap hari saya mengumpulkan plastik bekas, kaleng bekas, botol bekas, buat dijual lagi," ujar Ipin (45) seorang pemulung di TPA Sarimukti, Selasa (17/1/2023).

Usaha Ipin dengan mengumpulkan sampah itu setidaknya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi keluarga, hanya saja dia harus berjibaku demi memilah sampah yang layak untuk dijual kepada pengepul di wilayah itu.

"Jadi, kalau ada truk datang ke sini saya langsung serbu mencari sampah-sampah yang laku dijual. Tapi sekarang tidak bisa banyak karena di sini ada masalah," katanya.

Ipin dan para pemulung yang lainnya turut terdampak akibat keterlambatan pembuangan sampah itu, tetapi dia tetap bersyukur karena masih bisa mendapatkan rezeki dari gundukan sampah.

Jika kondisinya normal, kata Ipin, dia bisa mendapatkan Rp 100 ribu per hari, tetapi karena kondisi TPA Sarimukti bermasalah hanya bisa mendapat Rp 50 ribu, artinya pendapatan Ipin berkurang 50 persen per hari.

"Saya bekerja begini udah lama, bahkan dari tahun 2007. Dari belum ada gunungan sampai TPA Sarimukti seluas ini. Alhamdulillah bisa menyekolahkan anak," ucap Ipin.

Di lahan TPA Sarimukti seluas 25 hektare dulunya dia sempat tinggal dan tidur di area TPA.

Hanya saja, sejak Desember 2022 semua pemulung dilarang membangun rumah bedeng, sehingga mereka terpaksa harus pindah.

"Soalnya mau hidup dari mana lagi kita kalau gak ada sampah. Semoga hambatan seperti sekarang ini bisa cepat diselesaikan," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved