Penemuan Mayat di Subang

HARI KE-143 Kasus Subang: Penilaian Mengejutkan dari Praktisi Hukum, 'Kasus Ini Bias dan . . .'

Hari ini, Jumat (7/1/2022), kasus perampasan nyawa ibu dan anak di Subang, Jawa Barat, memasuki hari ke-143.

Penulis: Dwiky Maulana Vellayati | Editor: Hermawan Aksan
Lokasi kejadian kasus Subang 

Menanggapi kejanggalan dalam kasus Subang tersebut, Adrianus menggambarkan analisisnya.

Menurutnya, sejauh ini mestinya sudah ada gambaran tentang apa yang sebenarnya terjadi pada detik-detik terjadinya perampasan nyawa.

“Itu bisa menjelaskan bagaimana terjadi kejanggalan seperti itu,” ujarnya.

Adrianus menganalisa perbedaan antara pembunuhan dadakan dengan pembunuhan yang sudah direncanakan.

Menurutnya pembunuhan dadakan biasanya akan ada pelaku yang dianggap aneh, seperti reaksi pada sang korban.

Demikian ia melihat, polisi dalam hal ini pun belum bisa memastikan situasi perampasan nyawa di Subang tersebut, apakah direncanakan atau tidak.

Karena penjelasan kejadian tersebut tidak pernah dinyatakan polisi, maka menurut Adrianus timbul reaksi dari publik.

Hal tersebut lantas menurutnya menimbulkan opini bahwa ada keanehan atau kejanggalan.

“Padahal sebetulnya, hal-hal yang aneh itu tidak aneh jika kita tahu apa situasinya,” ujarnya.

Baca juga: UPDATE KASUS SUBANG, Pengacara Yosef Yakin Pelaku di Antara Saksi: yang Beri Keterangan Berubah-ubah

Pelaku profesional atau bukan

Saat ditanya apakah pelaku dalam kasus Subang profesional atau bukan, kriminolog ini mengungkap dia pun mengaku belum bisa memastikannya.

Namun jika pun benar jejak di TKP tidak ada maka hal tersebut menarik baginya.

Dalam artian ia pun dapat menangkap gambaran situasi pelaku yang sempat menghilangkan jejaknya di TKP.

Adapun terkait menghilang jejak, menurutnya hal tersebut pun bisa dilakukan oleh orang yang tidak profesional.

“Orang yang terencana tidak perlu profesional, tapi orang yang profesional pasti terencana. Maka sebetulnya bisa ke yang dua tadi,” ucapnya.

Saksi Berkelit

Lebih lanjut, kriminolog ini juga menganalisis situasi pengungkapan pelaku semakin sulit.

Ia menyinggung pemeriksaan berkali-kali kepada orang diduga sebagai pelaku.

Menurutnya, jika pertanyaan polisi tanpa rencanan jelas apa yang ditanya hingga berkali-kali maka orang tersebut tidak akan menjawab apa yang berbasis pada yang diketahui.

Justru jika pemeriksaan terus dilakukan orang ( saksi) akan mengarang cerita dan tidak akan menemukan fakta baru.

Melainkan opini-opini yang dikembangkan orang tersebut.

Menariknya, jika orang yang diperiksa tersebut adalah kunci, maka dengan mudah menurutnya mereka akan mengarang skenario untuk menjauhkan kecurigaan darinya.

Kemudian, Aiman meyakinkan apakah orang-orang tersebut artinya berkelit dan memberikan keterangan bohong.

“Jadi mereka tahu bagaimana mereka bisa berkelit dari apa yang sebenarnya harusnya dijawab oleh mereka,”

“Dan mereka sudah bisa memproduksi informasi-informasi yang sesungguhnya adalah kebohongan?” tanya Aiman memastikan.

Penegasan Aiman itu pun disetujui Adrianus Meliala, kriminolog tersebut. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved