ArkaLearn, Persingkat Belajar Bahasa Jepang untuk Pekerja Migran, dari 6 Bulan Cukup jadi 6 Minggu
Kapasitas lembaga pelatihan kerja (LPK) dalam melatih para calon tenaga migran memiliki keterbatasan tersendiri
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ichsan
Apa yang ditawarkan oleh ArkaLearn, katanya, tidak hanya membantu calon pekerja migran Indonesia, tapi juga akan membantu Lembaga Pelatihan Kerja dalam hal menghemat waktu dan menekan biaya pelatihan.
"Yang jadi hambatan kenapa Indonesia terbatas mengirim pekerja migran ke luar. Karena biasanya LPK cuma bisa mengajar 50 orang, bisa selama enam bulan. Gimana mengejar itu, kita solusikan lewat aplikasi online yang secara waktu tidak terbatas. Ini akan sangat membantu LPK supaya bisa lebih banyak melakukan pelatihan," katanya.
"Setelah ini, ArkaLearn akan mengembangkan materi pembelajaran mandiri lainnya dan juga pembelajaran dengan tutor yang handal. Antara lain untuk posisi sebagai caregiver, pekerja pabrik manufaktur, pabrik pengolahan makanan, dan konstruksi," katanya.
Selama ini diketahui, penurunan populasi di Jepang telah meningkatkan kebutuhan akan tenaga kerja di Negeri Matahari Terbit tersebut.
Sedangkan, bonus demografi di Indonesia membuat Indonesia menjadi salah satu sumber tenaga kerja yang dapat menopang kebutuhan tersebut, yang dalam kurun lima tahun ke depan diperkirakan tidak kurang dibutuhkan 300.000 tenaga kerja dari Indonesia.
Baca juga: Partai Demokrat Jabar : Arisan di Sibolangit Bikin Partai Demokrat Makin Solid
Penandatangan MOU antara PT Sudinar Artha dan Dolphin Co Ltd Japan, didukung sepenuhnya oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat dan UPT BP2MI Provinsi Jawa Barat, karena sejalan dengan program untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan mengurangi jumlah pengangguran di Jawa Barat.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, Rachmat Taufik Garsadi, mengatakan pihaknya mengapresiasi langkah kolaborasi antara perusahaan di Indonesia dan Jepang tersebut.
Kolaborasi seperti inilah yang ditunggu selama ini supaya Jabar lebih banyak mengirimkan pekerja migran di bidang terampil.
"Kami punya 24 juta angkatan kerja, akan meledak jumlah angkatan kerjanya saat bonus demografi 2030 kakti. Setiap tahun kami bertambah 400 ribu orang angkatan kerja, bisa jadi 700 ribu orang nanti, dan ini memerlukan penanganan khusus," katanya.
Selama ini Jabar telah mengirim 57 ribu orang pekerja ke berbagai negara per tahunnya. Namun akibat pandemi, pada 2020 baru bisa mengirimkan 15 ribu pekerja migran, itupun kebanyakan bekerja di bidang domestik, bukan perusahaan.
