Bendera Buatan Kampung Bendera, Leles, Dijual Hingga ke Majenang dan Palu
ARI Heriyana (38), warga Kampung Kandang Kidul, Desa Kandangmukti, Kecamatan Leles terpaksa menjual bendera merah putih produksi perajin di Kampung Be
Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Januar Pribadi Hamel
"Masih bersyukur barang yang diproduksi kemarin ada yang beli. Biasanya akhir Juli itu, sudah enggak ada barang di sini. Beda sama sekarang yang masih ada," ucapnya.
Pandemi Covid-19, diakui Aji tak jadi alasan untuk tak berusaha. Ia menilai wajar jika usaha yang digelutinya itu pasang surut. Paling penting bagi dirinya, bendera dari Leles bisa berkibar.
"Yang penting merah putih berkibar, jangan sampai hilang Pancasila," ucap Aji.
Saat produksi bendera terhenti di bulan April, usahanya tertolong dengan adanya pesanan masker dari Jakarta. Tapi tak semua karyawannya bisa bekerja karena keterbatasan produksi.
Menurut Aji, rekannya sesama pengusaha bendera ada yang tak memproduksi bendera. Mereka takut bendera tak laku dijual.
Selain itu, mereka kesulitan mencari modal. Padahal biasanya, perputaran uang di Leles dari produksi bendera mencapai miliaran rupiah.
"Kerasa sama industri kecil dampak dari ekonomi saat Covid ini. Padahal pinjam modal itu biasanya enggak susah dan mengembalikannya juga cepat. Sekarang cari modal susahnya minta ampun," katanya.
Aji menyebut, bahan baku kain bendera juga tak mengalami kenaikan. Harga jual bendera pun masih bisa stabil.
Bendera ukuran terkecil yakni 90x60 sentimeter ia jual seharga Rp 10 ribu. Ukuran menengah 120x90 sentimeter Rp 20 ribu dan terbesar 180x110 sentimeter seharga Rp 50 ribu.
• Menaker Pastikan Perlindungan Hak Pekerja Jadi Pertimbangan Penting dalam RUU Cipta Kerja
Ada juga background bendera berukuran delapan meter yang dijual Rp 150 ribu.
"Cuma tetap masih ada yang tawar. Saya juga enggak bisa kasih harga murah karena bahan bakunya, kan, sulit.
"Kalau murah kasihan pegawai saya. Apalagi baru sebulanan mereka kerja lagi," ujarnya.
Aji menambahkan, 90 persen warga Leles kerap menjual bendera menjelang hari kemerdekaan.
Tapi tahun ini, banyak yang mengundurkan niat berjualan karena segudang syarat yang harus dipenuhi.
Mulai dari harus menjalani rapid tes, surat keterangan sehat, hingga surat jalan dari desa. Untuk rapid tes saja, harus mengeluarkan uang hingga Rp 600 ribu.
• VIDEO-Wisatawan Tangerang yang Hilang di Pantai Pangumbahan Ditemukan 4 Km dari Lokasi Kejadian
"Banyak kejadian sudah rapid tes dan syarat lain lengkap, tapi saat sampai lokasi jualan tidak diterima.
"Ada yang pilih pulang, ada yang cari daerah lain untuk jualan bendera," katanya.
Aji dan para perajin bendera di Leles berharap pandemi ini bisa segera berakhir.
Bendera merah putih juga tetap harus dikibarkan sebagai penghargaan bangsa kepada para pahlawan kemerdekaan.
"Bukannya saya ingin bendera buatan saya laku dijual.
"Tapi bendera ini jadi salah satu kebanggaan dan penghargaan kepada pendahulu kita," ucapnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/kampung-bendera-leles-garut.jpg)