Kasus Begal di Bandung
Begal Kembali Beraksi di Bandung, Pengamat: Batasi Ruang Gerak Begal, tapi Polisi Saja Tak Cukup
Kriminalitas, termasuk di dalamnya kejahatan di jalanan, adalah sebuah keniscayaan di kota besar seperti Bandung
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
TRIBUNJBAR.ID, BANDUNG - Aksi begal kembali marak di Kota Bandung. Aksinya meresahkan masyarakat.
Terakhir, korban begal asal Banjar, Shanda yang hari kemarin kritis, hari ini, Jumat (31/8/2018), meninggal dunia.
Pengamat polisi, pertahanan, dan keamanan dari Universitas Padjadjaran, Muradi PhD, mengatakan kriminalitas, termasuk di dalamnya kejahatan di jalanan, adalah sebuah keniscayaan di kota besar seperti Bandung, yang aktivitas masyarakatnya nyaris tak pernah berhenti.
Kota ini, ujarnya, berdenyut dari pagi hingga ke pagi lagi.
• Kapolri Minta Kabareskrim Teliti Kasus Pembunuhan Munir: Apakah Kasus Itu Masih Bisa Dikembangkan?
"Bandung sebagai kota besar meniscayakan banyak hal, salah satunya gangguan keamanan. Kunci untuk menekan kriminalitas kota adalah sinergi pemerintah kota dan kepolisian setempat," ujarnya saat dihubungi Tribun melalui pesawat telepon, semalam.
Kota Bandung dengan segala kemajuannya, ujar Muradi, harus dibarengi dengan infrastruktur penyangga keamanan yang baik di samping keterlibatan peran aktif pemerintah dan penyelenggara keamanan.
"Yang perlu dilakukan adalah membatasi ruang gerak mereka (pelaku kejahatan), misalnya dengan patroli sinergis, penyediaan CCTV untuk memantau aktivitas kota. Publik juga harus aware, artinya tidak membuka kesempatan ruang dan waktu untuk pelaku kriminal untuk berbuat kejahatan, salah satunya dengan misalnya siskamling," kata Muradi.
• Bawaslu Loloskan 5 Bacaleg Mantan Koruptor, Fadli Zon: Kalau Dibolehkan ya Dibolehkan Semua
Dalam konsep pertahanan dan keamanan, kata Muradi, harus ada kerja kolaborasi di semua lini. Masyarakat tidak boleh acuh tak acuh dan abai terhadap situasi dan kondisi keamanan sekitar.
"Karena masalah keamanan tidak melulu soal pemerintah dan polisi. Harus ada kolaborasi dan itu perlu dilakukan di kota-kota besar yang urban crime jadi keniscayaan," katanya.
• Dua Kubu Saling Klaim Soal Posisi Demiz, Ini Kata Pengamat Politik
Pembatasan jam aktivitas kota bukan solusi untuk menekan angka kriminalitas kota. Segala fasilitas modernisasi yang ada di Kota Bandung adalah bagian dari keniscayaan kemajuan kota besar.
"Jangan membatasi ruang gerak warga di kota besar karena justru itu tidak akan membuat kondusif. Intinya, membatasi ruang gerak kriminalitas di kota besar harus jadi prioritas tidak hanya polisi, tapi juga pemerintah kota," kata Muradi.