Soal Pembebasan Setya Novanto, Formappi Sebut Tak Sesuai Semangat Prabowo: Kado Buruk HUT ke-80 RI

Formappi menilai pembebasan bersyarat Setya Novanto sebagai kado buruk bagi pemberantasan korupsi di Indonesia.

Tribun Jabar/ Muhammad Nandri Prilatama
BEBAS BERSYARAT- Kepala Kanwil Dirjen Pemasyarakatan Jabar, Kusnali, soal Setya Novanto yang bebas bersyarat hari ini, Minggu (17/8/2025). Formappi menilai pembebasan bersyarat Setya Novanto sebagai kado buruk bagi pemberantasan korupsi di Indonesia. 

TRIBUNJABAR.ID - Hari ini mantan Ketua DPR Setya Novanto mendapatkan pembebasan bersyarat.

Seharusnya terpidana kasus korupsi KTP Elektronik itu harus menjalani masa bebas murni pada 2029.

Namun karena mendapatkan bebeas bersyarat, ia bisa keluar dari lapas tahun ini dengan syarat masih harus wajib lapor setiap bulan.

Menanggapi hal ini, Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus, menilai pembebasan bersyarat Setya Novanto sebagai kado buruk bagi pemberantasan korupsi di Indonesia.

Lucius menyebut keputusan itu berlawanan dengan semangat Presiden Prabowo Subianto yang dalam pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR/DPR menegaskan komitmen besar untuk memberantas korupsi.

"Janji Presiden untuk mengejar pelaku korupsi bahkan jika itu adalah elite purnawirawan TNI dan kader partainya sendiri terasa hambar ketika dunia penegakan hukum kita justru bermain dengan hukuman bagi pelaku yang sudah divonis dan dihukum penjara seperti Setya Novanto ini," kata Lucius kepada Tribunnews.com, Minggu (17/8/2025).

Dia menyebut, ironi antara pidato Presiden yang berapi-api dan kenyataan hukum yang bermurah hati terhadap koruptor menjadi suguhan tak lucu di tengah perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.

Baca juga: Bukan Soal Kualitas Tim, Faktor Ini Buat Adam Alis Bersyukur Gabung di Grup C ACL2

"Kita pun jadi makin sadar, bahwa omongan paling berani soal pemberantasan korupsi bisa jadi tinggal omon-omon saja," ujar Lucius.

Menurutnya jika pemerintah serius, maka harus ada komitmen sama di semua lini penegakan hukum.

"Harus ada komitmen yang sama bahwa tak ada revisi, amnesti hingga pembebasan bersyarat bagi pelaku korupsi agar ada efek jera bagi pelaku lainnya," 

"Dengan pembebasan bersyarat Novanto ini maka jalan menuju pembebasan bangsa dari korupsi nampaknya semakin jauh," tutur Lucius.

Lucius juga menyoroti bahwa sikap lunak terhadap koruptor bisa membuat politisi tidak jera.

"Pemberantasan korupsi hanya jargon politik saja, dan karena itu para politisi nampaknya tak merasa harus takut untuk melakukan korupsi lagi. Toh seberat-beratnya hukuman, kemurahan hati bagi para pelaku nampaknya tak pernah berhenti diberikan oleh penegak hukum dan penguasa," tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, mantan Ketua DPR RI sekaligus politikus Partai Golkar, Setya Novanto, resmi mendapatkan pembebasan bersyarat pada 16 Agustus 2025 setelah menjalani hukuman di Lapas Sukamiskin, Bandung.

Setnov divonis 12,5 tahun penjara dalam putusan peninjauan kembali (PK) Mahkamah Agung, turun dari vonis awal 15 tahun. 

Baca juga: Bebas Bersyarat Hari Ini, Setya Novanto Masih Harus Wajib Lapor Setiap Bulan

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved