Warga Bandung Korban TPPO
PSMS Medan Angkat Suara Soal Kasus Remaja Bandung yang Terseret ke Kamboja
Dalam laporan keluarga, Rizki diyakini terjerumus dalam modus perekrutan pemain sepak bola palsu yang menggunakan identitas PSMS Medan.
TRIBUNJABAR.ID, MEDAN - Kasus dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang menyeret remaja berbakat asal Bandung, Rizki Nur Fadhilah (18), memantik reaksi cepat dari jajaran manajemen PSMS Medan.
Situasi ini mengemuka setelah keluarga menyampaikan bahwa perjalanan sepak bola yang selama ini diimpikan Rizki justru berakhir membawa dirinya hingga ke Kamboja akibat tipu daya pihak yang mencatut nama klub tersebut.
Dalam laporan keluarga, Rizki diyakini terjerumus dalam modus perekrutan pemain sepak bola palsu yang menggunakan identitas PSMS Medan tanpa persetujuan resmi dari pihak klub.
Menanggapi hal ini, Presiden Klub PSMS Medan, Fendi Jonathan, langsung menegaskan bahwa organisasi yang dipimpinnya tidak pernah sekalipun membuka seleksi sebagaimana diklaim para pelaku.
Fendi dengan lugas menampik seluruh rumor yang berseliweran di dunia maya dan menuturkan bahwa nama PSMS telah dimanfaatkan secara sepihak untuk melakukan penipuan.
“Saya pastikan PSMS tidak pernah membuka seleksi pemain. Kabar yang beredar di media sosial bahwa kita membuka seleksi adalah HOAX,” tegas Fendi dalam pernyataan resminya, dilansir Tribun-Medan.com, Rabu (19/11/2025).
Menurut Fendi, klarifikasi terbuka diperlukan agar masyarakat tidak terseret narasi menyesatkan yang merugikan pihak klub.
Di tengah penjelasan tersebut, ia juga tidak dapat menutupi rasa prihatinnya atas musibah yang harus dialami Rizki, terlebih ketika mengetahui ada pihak tertentu yang secara sadar mencatut nama PSMS demi menipu calon pemain muda.
“Kami berharap oknum yang mengatasnamakan PSMS Medan tersebut dapat segera tertangkap dan mengungkapkan fakta sebenarnya, sehingga Rizki dapat segera ditemukan dan dipulangkan dalam keadaan sehat,” ujarnya.
Fendi menambahkan bahwa seluruh unsur manajemen turut merasakan kesedihan yang kini dirasakan keluarga besar Rizki, yang masih menanti kepastian tentang kondisi remaja tersebut.
“Kami turut prihatin atas musibah yang menimpa Rizki Nur Fadhilah. Semoga ia dapat kembali berkumpul dengan keluarganya seperti sedia kala," katanya.
Awal Kejadian
Rizki, remaja asal Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, diketahui sedang berada di Kamboja setelah diduga menjadi korban TPPO.
Kabar mengenai kondisinya mulai mencuat ketika sang nenek, Imas Siti Rohanah (52), mengunggah permohonan bantuan kepada pemerintah agar cucunya dapat segera dipulangkan.
Sejak kecil, Fadhil memiliki kecintaan mendalam pada dunia sepak bola dan bercita-cita menembus klub profesional.
Namun jalannya menuju dunia profesional itu mendadak berubah suram ketika ia terjebak dalam tipu muslihat seseorang yang mengaku sebagai manajer klub sepak bola asal Medan, dan justru membawanya bekerja paksa di luar negeri.
"Jadi awalnya Fadhil tahu seleksi itu dari media sosial Facebook, lalu ada orang yang mengaku sebagai manajemen itu. Katanya, mau seleksi masuk PSMS Medan dan untuk gabung SSB Sparta FC di Medan," ujarnya nenek Fadhil, Imas Siti Rohanah pada Selasa (18/11/2025).
Imas menuturkan bahwa cucunya kerap menempati posisi penjaga gawang dalam berbagai pertandingan sepak bola. Fadhil juga sempat terlibat dalam latihan di Sekolah Sepak Bola (SSB) lokal Kabupaten Bandung dan bahkan pernah bergabung dalam program Diklat Persib.
"Dia dulunya ikut SSB Hasebah. Pernah juga di Persib Junior atau Diklat Persib. Makanya mungkin dia mudah diiming-imingi ikut seleksi. Tapi SSB-nya, katanya tidak tahu kalau dia pergi ke Medan. Baru tahu setelah viral," katanya.
Dalam kesehariannya, Fadhil dikenal sebagai anak yang ceria dan senang berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selain tekun berlatih sepak bola, ia juga kerap membantu usaha coklat milik pamannya.
"Dia tidak manja, tapi mungkin karena ibunya di Hongkong dan ayahnya bekerja, dia banyak menghabiskan waktu bersama pamannya. Pamannya punya usaha cokelat, jadi dia sering bantu-bantu di sana. Selain itu, dia latihan bola. Sehari-harinya seperti anak-anak lain," ucapnya.
Di tengah kecemasan keluarga, Imas mengungkapkan bahwa cucunya diduga mendapat perlakuan tidak manusiawi selama berada di Kamboja. Ia menyebut bahwa Fadhil mendapat tekanan jika tidak memenuhi target pekerjaan sebagai ‘menipu’ (scammer) di platform percintaan.
"Dia sering disiksa. Disiksanya seperti disuruh push-up ratusan kali, disuruh membawa galon ke lantai sepuluh. Padahal anak sekecil itu jelas tidak terbiasa kerja seperti itu," ujarnya.
Karena itu, Imas berharap pemerintah daerah dan pihak terkait dapat bertindak cepat untuk membawa pulang cucunya. Ia meminta agar keselamatan Fadhil dapat menjadi perhatian serius berbagai pihak.
"Kami berharap cucu kami bisa cepat dipulangkan dalam keadaan sehat. Kami minta semua pihak terkait, terutama pemerintah, membantu memulangkannya secepat mungkin," ucapnya.
Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa keluarga kembali dibuat gelisah setelah beredarnya video klarifikasi yang menampilkan Fadhil menyatakan dirinya tidak mengalami kekerasan. Video itu muncul sesaat setelah keluarga memviralkan kasus tersebut ke publik.
Tak lama kemudian muncul rekaman lanjutan yang menyebutkan bahwa keberangkatan Fadhil ke luar negeri dilakukan atas kemauannya sendiri. Namun, Imas meragukan bahwa pernyataan tersebut disampaikan secara bebas oleh cucunya.
Menurut Imas, ucapan dalam video itu tidak mencerminkan kondisi sebenarnya dan ia menduga ada tekanan dari pihak tertentu. Kecurigaannya makin kuat setelah pada Selasa (18/11), orang yang diduga membawa Fadhil ke Kamboja meminta keluarga untuk membuat klarifikasi serupa.
"Sebelum ada video itu (Fadhil klarifikasi), pelaku sempat minta saya buat klarifikasi atas video ibu. Katanya kalau Fadhil itu tidak di paksa datang ke Kamboja, bukan atas paksaan gitu dan Fadhil tahu," ujarnya saat dikonfirmasi pada Rabu (19/11/2025).
Karena keluarga menolak permintaan tersebut, Imas memperkirakan pelaku kemudian menekan Fadhil untuk menuruti keinginan mereka.
"Tapi sama saya enggak dilakuin. Jadi karena nunggu saya enggak klarifikasi terus, makanya, mungkin neken Fadhil buat bikin video itu. Kalau liat ucapannya mah, Fadhil kaya yang diteken, soalnya kalau bicara asli tidak selancar itu," katanya.
Dalam waktu yang sama, pelaku juga disebut meminta sejumlah uang sebesar Rp42 juta, yang diklaim sebagai biaya keberangkatan ke Kamboja dan kebutuhan lainnya. Permintaan itu membuat keluarga semakin khawatir.
"Bilangnya, uang itu buat ganti rugi biaya berangkat dari Bandung ke Kamboja. Terus katanya buat biaya makan, penginapan, paspor, dan lainnya. Kami disini jadi sangat khawatir," ucapnya.
Imas berharap seluruh proses pemulangan cucunya dapat segera menemui titik terang. "Minta doanya agar cepet pulang kesini. Sebenernya sudah ditangani sama Polresta sama Disnaker, kami cuma disuruh nunggu kabar baiknya," ujarnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Tanggapan PSMS Medan terkait Remaja yang Dikirim ke Kamboja dengan Modus Seleksi Pemain.
| Video Klarifikasi Kiper Muda Asal Bandung Korban TPPO Bikin Keluarga Curiga, Imas: Kayak Ditekan |
|
|---|
| Kiper Muda Asal Bandung Korban TPPO ke Kamboja Beri Klarifikasi, Warganet Curiga, Banyak Kejanggalan |
|
|---|
| Upaya Keluarga Selamatkan Kiper Bandung Korban TPPO ke Kamboja, Dedi Mulyadi Siap Bantu |
|
|---|
| Dedi Mulyadi Akan Tolong Kiper Jebolan Persib yang jadi Korban TPPO di Kamboja |
|
|---|
| NASIB Tragis Kiper Muda Asal Dayeuhkolot Bandung Jadi Korban TPPO di Kamboja, Dipukul Ratusan Kali |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Imas-Siti-Rohanah-52-cucunya-jadi-korban-TPPO-di-Kamboja.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.