SMPN 35 Bandung Perketat Pengawasan MBG Pascakasus Keracunan, Ada Sampel Buat Dicicipi Guru

Program Makan Bergizi Gratis di SMP Negeri 35 Bandung kembali berjalan normal setelah sempat dihentikan akibat kasus keracunan april 2025.

Tribun Cirebon/ Ahmad Imam Baehaqi
AWASI MBG - Foto arsip suasana SMPN 35 Kota Bandung setelah upacara Hardiknas 2025 di SMPN 35 Bandung, Jalan Dago Pojok, Kota Bandung, Jumat (2/5/2025). Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMP Negeri 35 Bandung kini kembali berjalan normal setelah sempat dihentikan sementara akibat kasus keracunan yang menimpa siswa pada 28 April 2025. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMP Negeri 35 Bandung kini kembali berjalan normal setelah sempat dihentikan sementara akibat kasus keracunan yang menimpa siswa pada 28 April 2025.

Pihak sekolah memastikan telah melakukan evaluasi menyeluruh dan menerapkan standar pengawasan yang lebih ketat demi menjamin keamanan konsumsi makanan bagi peserta didik.

Humas SMPN 35 Bandung, Ganjar Sulandiana, menuturkan, setelah peristiwa itu, sekolah menghentikan distribusi makanan lebih dari dua minggu untuk melakukan evaluasi bersama pihak terkait. 

“Anak-anak waktu itu mengonsumsi makanan pada 28 April, malamnya sampai keesokan hari, 29 April, timbul gejala. Program kemudian dihentikan, masalah diatasi, lalu dievaluasi. Setelah ada perbaikan di dapur dan sekolah, alhamdulillah sekarang sudah berjalan lagi seperti biasa,” kata Ganjar saat dihubungi, Senin (29/9/2025).

Baca juga: Lahan Pemkot Bandung Banyak Diklaim Sepihak,  Plang Liar di Sekitar Stadion GBLA Ditertibkan

Menurutnya, salah satu langkah utama yang dilakukan adalah memperketat SOP (standar operasional prosedur) yang diterbitkan Kementerian Kesehatan setelah kejadian tersebut. 

Jika sebelumnya makanan yang datang langsung dibagikan kepada siswa, kini proses distribusi dilakukan dengan pengawasan berlapis.

“Kalau sekarang, makanan datang dicek dulu. Dilihat dulu kondisi makanannya, kemudian dicium. Kalau tidak ada bau aneh, baru boleh dikonsumsi. Selain itu, ada sampel makanan yang lebih dulu dicoba oleh guru dan tim pengawas. Dari enam sampel yang dikirim, tiga di antaranya khusus untuk dicicipi lebih dulu,” jelas Ganjar.

Ia mengakui, sempat ada kekhawatiran guru harus mencoba makanan lebih dulu sebelum dibagikan. Namun, prosedur ini tidak dilakukan sembarangan. 

“Kita sudah diajarkan, enggak langsung dimakan, dicek dulu, dipegang, dilihat layak atau tidak. Kalau makanan basi atau baunya tidak sedap, jelas tidak boleh dibagikan. Jadi keamanan tetap terjaga,” ujarnya.

Selain pengawasan dari sekolah, keterlibatan pemerintah juga cukup besar. 

Ganjar menyebut setelah insiden keracunan, banyak pihak turun langsung ke sekolah, mulai dari Dinas Kesehatan tingkat kecamatan, kota, provinsi, hingga Kementerian Desa. 

Baca juga: Program MBG di SMAN 3 Bandung Terhenti Setelah Jalan Seminggu, Bukan karena Penolakan

“Mereka melakukan evaluasi terutama ke dapur penyedia makanan. Di sana juga sudah dibuat SOP baru yang lebih panjang dan ketat. Di sekolah, guru dan siswa mendapat edukasi tambahan tentang keamanan makanan. Setelah semua itu, baru kami lakukan survei ke orang tua,” tuturnya.

Survei yang dilakukan pihak sekolah kepada orang tua dan siswa menghasilkan dukungan penuh agar program MBG tetap dilanjutkan. 

“Orang tua mendukung, apalagi setelah mereka tahu di dapur sudah ada perbaikan dan di sekolah ada SOP baru. Itu membuat kami lebih yakin untuk melanjutkan,” kata Ganjar.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved