"Kopi Gembukan Kompeni": Menelusuri Jejak Kolonial dan Getir Petani di Balik Secangkir Kopi Priangan
Kopi tak hanya dibahas sebagai minuman. Ia hadir sebagai saksi sejarah, hingga penggerak Revolusi Prancis dan kini jadi pendamping obrolan.
Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Menariknya, acara ini sebenarnya digagas oleh komunitas yang mayoritas berkutat di dunia musik indie.
Mereka terbiasa menggelar acara band, tetapi merasa ada hal lain yang ingin diangkat sejarah lokal.
“Kita pengin ngasih insight. Sejarah itu bukan cuma soal pahlawan. Ini sejarah sosial, sejarah petani yang jarang ditulis,” jelas Ojel.
Dia menuturkan, diskusi tentang kopi pun menjadi pintu masuk untuk bicara lebih jauh tentang Bandung, Priangan, dan masyarakatnya.
Dengan mengundang narasumber seperti Penulis dan Peneliti, Atep Kurnia yang menghadirkan sumber-sumber sejarah primer Belanda.
Menurut dia, pihaknya mencoba menghadirkan obrolan yang berimbang, santai tapi berbasis data, ringan namun berisi.
Ojel berharap, ingin anak muda Bandung mengenal tempat tinggalnya lebih dekat.
“Minimal mereka tahu sejarah Bandung seperti apa. Tahu bahwa kopi, sebelum jadi gaya hidup Gen Z, pernah jadi beban rakyat Priangan,” katanya. (*)
| Festival Kopi Sukabumi 2025: Bupati Sukabumi Intruksikan Untuk Menggunakan Kopi Lokal Setiap Acara |
|
|---|
| BEM NUS Priangan Tolak Gelar Pahlawan untuk Soeharto, Ingatkan Rentetan Tragedi di Era Orde Baru |
|
|---|
| Kopi Jue, Membawa 'Napas' Vietnam di Pinggir Taman Cibeunying Kota Bandung |
|
|---|
| Kisah Ryan Wibawa, dari Barista Part Time hingga Raih Juara Dunia di Amerika Serikat |
|
|---|
| Antara Skripsi dan Espresso: Kisah Rizki Menyeduh Kesempatan dari Biji Kopi, Bantu Petani Naik Kelas |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/Tempat-Ngopi-Modern-di-Jalan-Panaitan-No-3.jpg)