Kisah Ryan Wibawa, dari Barista Part Time hingga Raih Juara Dunia di Amerika Serikat

Nama Ryan Wibawa mengharumkan Indonesia setelah ikut kompetisi kopi di Chicago, Amerika Serikat. Ryan meraih juara tiga World Brewers Cup 2024. 

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Giri
Tribun Jabar/Putri Puspita
RYAN Wibawa peraih Juara tiga World Brewers Cup 2024.  

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Nama Ryan Wibawa mengharumkan Indonesia setelah ikut kompetisi kopi di Chicago, Amerika Serikat. Ryan meraih juara tiga World Brewers Cup 2024. 

Kompetisi prestisius itu merupakan ajang bergengsi bagi para penyeduh kopi manual atau manual brewers dari seluruh dunia. 

Untuk menjadi juara tiga, Ryan mengalahkan puluhan peserta terbaik dari berbagai negara.

“World Brewers Cup itu sebenarnya kompetisi menyeduh kopi dengan alat manual. Biasanya ada tiga juri di depan saya, dan saya membawa tiga set kopi yang sama dengan alat serta air yang saya siapkan sendiri,” kata Ryan saat ditemui di Kozi Kopi, beberapa waktu lalu.

Meski mengikuti kompetisi hingga ke Amerika, siapa sangka perjalanan kariernya di dunia kopi dimulai menjadi barista paruh waktu saat kuliah. 

Semua berawal pada 2011, saat industri kopi di Indonesia belum seramai sekarang. Ia mengaku menjadi barista karena rasa penasaran.

Baca juga: Antara Skripsi dan Espresso: Kisah Rizki Menyeduh Kesempatan dari Biji Kopi, Bantu Petani Naik Kelas

“Awalnya saya kerja part time karena suka dengan lingkungan kerjanya. Seru, bisa ketemu banyak orang dari latar belakang berbeda dan belajar kerja sama tim. Waktu itu saya juga belum tahu banyak soal kopi,” ujarnya.

Ryan lulus kuliah dan sempat bingung menentukan arah karier setelah dua tahun menjadi barista paruh waktu. 

Akhirnya, ia memutuskan melanjutkan profesinya menjadi barista penuh waktu.

“Lama-lama saya menikmati prosesnya, dari barista naik jadi supervisor, lalu asisten manajer, sampai akhirnya jadi manajer,” katanya.

Perjalanan kariernya terus menanjak hingga akhirnya ia dipercaya menjadi Assistant Manager of Learning and Development di tempat kerjanya. Di posisi itu, Ryan tak hanya mengasah kemampuan teknis menyeduh kopi, tapi juga kemampuan manajerial dan pelatihan.

“Dari situ saya belajar banyak tentang pengembangan sumber daya manusia, bagaimana membentuk barista baru, bagaimana jadi fasilitator, bukan cuma pembuat kopi,” tuturnya.

Kecintaannya pada kopi membuat Ryan tak berhenti belajar. Ia mulai mendalami teknik penyeduhan manual dan mengikuti berbagai kompetisi nasional. 

Dari sanalah langkahnya menembus panggung dunia dimulai. Untuk bisa tampil di ajang World Brewers Cup, setiap peserta harus terlebih dahulu memenangkan kompetisi tingkat nasional. 

Baca juga: Kisah Inspiratif Hadi Widodo Membangun Usaha Nyawang Langit Roastery, Tawarkan 28 Varian Kopi

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved