SOSOK Amin Rasyid, Wisudawan Penyandang Tunanetra Unisba yang Hafidz 30 Juz, Lulus Sangat Memuaskan
Amin Rasyid, penyandang tunanetra wisudawan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)Unisba berhasil lulus dengan predikat Sangat Memuaskan.
Penulis: Nappisah | Editor: Kemal Setia Permana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Amin Rasyid, wisudawan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Bandung ini berhasil lulus dengan predikat Sangat Memuaskan (IPK 3,48).
Pencapaian pria asal Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya,ini bukanlah sekadar gelar, melainkan bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkarya selama menempuh studi delapan semester.
Ya, Amin yang tercatat sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, terlahir dengan penglihatan yang terus menurun sejak duduk di bangku SD kelas 2.
Mulanya, ia hanya merasakan pandangannya yang semakin menyempit, namun masih bisa membaca dan menulis Al-Qur’an.
Hingga SMA, ia belum menyadari bahwa kondisinya termasuk dalam kategori tuna netra.
Kemudian setelah lulus SMA, penglihatannya semakin merosot hingga membuatnya tak lagi bisa membaca dan menulis.
Kondisi yang dialaminya sempat membuat Amin berhenti melanjutkan pendidikan selama empat tahun.
Baca juga: Pelajar di Sukabumi Menjerit Minta Tolong ke KDM, Setiap Hari Harus Terjang Sungai ke Sekolah
Titik balik terjadi pada tahun 2018, saat ia menjalani pengobatan di RS Cicendo, Bandung.
Di sana, dokter menyampaikan bahwa penglihatannya tidak dapat dipulihkan, baik melalui alat bantu optik maupun operasi.
Namun, sebuah nasihat dari dokter tersebut tertanam kuat dalam ingatannya: jangan habiskan waktu dan biaya untuk hal yang tak bisa diubah, lebih baik fokus mengejar pendidikan dan ilmu.
Nasihat itu menjadi pemicu bagi Amin untuk memulai kembali.
Sejak 2019, ia bergabung dengan komunitas tuna netra, belajar membaca Al-Qur’an braille, dan mulai terbiasa menggunakan gawai dengan teknologi aksesibilitas.
Ia kemudian mondok di Pesantren Tuna Netra, tempat yang memberinya inspirasi dari para pengajar dan semangat untuk melanjutkan kuliah.
Dorongan kuat datang dari salah satu pengajarnya, yang juga seorang tuna netra, hingga akhirnya Amin memutuskan kuliah di Universitas Islam Bandung (Unisba).
Di Unisba, Amin tidak hanya belajar secara akademik, tetapi juga menyerap semangat perjuangan para pendiri kampus dalam semangat 3M: Mujahid, Mujtahid, dan Mujaddid.
Meski masih banyak tantangan dalam hal aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, Amin merasa beruntung mendapat dukungan dari teman-temannya.
“Banyak yang ingin membantu, walaupun terkadang bingung harus mulai dari mana. Kalau saya butuh bantuan, saya minta, dan mereka dengan senang hati membantu,” tuturnya, Minggu (24/8/2025).
Baca juga: Terungkap Penyebab Siswa SMAN 6 Garut Nekat Akhiri Hidup, Bukan karena Dibully
Tak berhenti di situ, Amin juga aktif berkegiatan di organisasi. Ia tercatat sebagai anggota HMI dan juga aktif di IkatanTunanetra Muslim Indonesia (ITMI).
Bahkan, ia menjadi pengajar Al-Qur’an braille bagi sesama penyandang disabilitas dan sempat mengabdi di Pesantren Tahfidz Tuna Netra Ma’had Sam’an Darushudur, Cimenyan, Kabupaten Bandung.
Amin menuturkan yang paling menginspirasi, meski sempat kehilangankemampuan membaca Al-Qur’an dengan mata, Amin justru mendapatkan anugerah besar bisa menghafal 30 juz Al-Qur’an dengan metode braille.
Proses itu ia jalani denganpenuh kesabaran antara 2019 hingga 2022, memadukanhafalan dengan murajaah melalui audio.
Atas pencapaiannya, ia menerima Beasiswa Hafidz 30 Juz dari Unisba berupa pembebasan biaya pendidikan.
Kini, setelah resmi menyandang gelar sarjana, Amin merencanakan langkah berikutnya yakni mengabdi sebagaiguru di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Tasikmalaya.
“Saya ingin mengajar anak-anak tuna netra, agar mereka juga punya kesempatan yang sama untuk belajar,” katanya.
Bagi Amin, profesi guru bukanlah beban, melainkan ladang pengabdian.
“Guru bukan sekadar pekerjaan, tapi jalan untukmembangun generasi berakhlakul karimah. Saya inginmelanjutkan estafet dakwah Rasulullah dalam membimbing umat,” ungkapnya.
Dengan penglihatan yang kini tinggal sekitar 10 persen dan kemungkinan terus menurun, Amin tetap optimistis.
Ia yakin, gelapnya dunia mata bukan berarti gelapnya masa depan. Justru dari keterbatasan itu, ia belajar melihat dengan matahati.
Diketahui, Universitas Islam Bandung (Unisba) menggelar Wisuda Gelombang II pada 23–24 Agustus 2025 di Aula Utama Unisba.
Sebanyak lebih dari 1.700 lulusan dari jenjang Doktor, Magister, Profesi, dan Sarjana resmi dikukuhkan dalam empat sesi selama dua hari.
Rektor Unisba, Prof. A. Harits Nu’man, menegaskan bahwa wisuda adalah awal tanggung jawab baru.
Ia mengingatkan lulusan untuk menjaga nama baik almamater, menjadikan nilai-nilai Islam sebagai kompas moral, dan mengaplikasikan ilmu demi kemaslahatan masyarakat.
Kepala LLDIKTI Wilayah IV, Dr. Lukman, berpesan agar lulusan mengandalkan DUIT (doa, usaha, ikhtiar, tawakal) dan menjadi profesional yang adaptif dan berintegritas.
Pesan serupa disampaikan oleh Ketua Badan Pembina Yayasan Unisba, Prof. Bagir Manan, yang menekankan pentingnya takwa, integritas, dan kepedulian sosial. (*)
Gerakan Pengelolaan Sampah Terintegrasi Dorong Jawa Barat Capai Target Zero Waste |
![]() |
---|
Era Kecerdasan Buatan, Unisba Tegaskan Penelitian Harus Tetap Turun ke Lapangan |
![]() |
---|
Kasus Pengeroyokan Haykal Dekat Unisba, Kuasa Hukum Tegaskan Aqifa Korban Penganiayaan, Bukan Pelaku |
![]() |
---|
Update Kasus Mahasiswa Unisba yang Dianiaya Diduga karena Menolak Cinta, Kapolsek Ungkap Pendalaman |
![]() |
---|
Meriahkan Hari Anak Nasional, CIMSA FK Unisba Ajak Anak-Anak SLB Rumah Hasanah Berkreativitas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.