Balita di Garut Dianiaya

Fakta Lengkap Kasus Balita SA Diduga Korban Penganiayaan: Awal Viral sampai Pengakuan Ibu

Kasus balita SA (2), yang videonya viral dengan dugaan mengalami kekerasan hingga retak tulang dan wajah lebam, kini memasuki babak baru.

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Ravianto
dok HO - Tiktok Garutundercover
BALITA KORBAN ANIAYA? - SA (2) mengalami kekerasan fisik hingga retak tulang dan luka serius di wajah, ia merupakan warga rumah susun Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kabar ini dibantah ibunda SA yang menyebut putranya itu mengidap penyakit langka. 

Kini, nasib kasus ini akan sangat bergantung pada hasil diagnosis medis resmi dari RSUD dr. Slamet Garut, yang akan menentukan apakah luka-luka SA murni disebabkan oleh penyakit genetik OI atau terdapat faktor kekerasan.

Fakta Awal (Dugaan Penganiayaan dan Kondisi Korban)

Identitas Korban: Balita berinisial SA (2), warga rumah susun Margawati, Garut Kota.

Video Viral: Kasus ini mencuat setelah video kondisi SA yang memprihatinkan menyebar cepat di grup WhatsApp, memicu evakuasi oleh polisi dan pemerintah setempat.

Kondisi Fisik: SA dievakuasi ke rumah sakit dengan kondisi: retak tulang di tangan dan kaki, lebam parah di wajah, serta pembengkakan di wajah.

Laporan Polisi: Pihak kakek korban, Piat Haris, telah melaporkan kasus ini ke polisi karena yakin luka tersebut bukan disebabkan oleh hal wajar.

Klaim Dokter (Kakek): Kakek korban menyebut dokter sempat menyatakan SA mendapatkan "keajaiban" masih bisa bertahan hidup dengan kondisi luka parah tersebut.

Tuntutan Keluarga: Kakek Piat Haris menuntut agar pelaku dihukum seberat-beratnya, bahkan jika pelaku berasal dari pihak keluarga.

II. Fakta Bantahan Ibu Korban (Indah Marliantini)

Bantahan Tegas: Ibu korban, Indah Marliantini (23), membantah adanya penganiayaan terhadap anaknya.

Diagnosis Dokter (Ibu): Hasil pemeriksaan dokter menyebut SA mengidap penyakit genetik langka bernama Osteogenesis Imperfecta (OI), yang menyebabkan tulang rapuh dan mudah patah akibat kelainan bawaan.

Pemicu Luka: Luka (lebam, bengkak, nyeri) kerap muncul mendadak tanpa sebab jelas, seringkali setelah anak bangun tidur atau mengalami demam di malam hari.

Kondisi Saat Sakit: Saat kambuh, SA yang aktif sering "megangin lukanya" atau mengorek luka ringan/sariawan dengan tangannya sendiri.

Hasil Rontgen: Sempat ditemukan adanya patah tulang ringan, namun SA dapat kembali aktif bermain dalam waktu tiga minggu. 

III. Fakta Hasil Asesmen KPAID Jawa Barat 

Asesmen Sementara: Ketua Forum KPAID Jabar, Ato Rinanto, melakukan asesmen langsung di kediaman korban.

Indikasi Kekerasan: Secara kasat mata, KPAID belum menemukan indikasi terjadinya kekerasan pada anak.

Kondisi Psikologis: Anak terlihat tenang, mampu berinteraksi baik, dan tidak menunjukkan tanda-tanda trauma.

Perkembangan Luka: Luka yang semula serius kini berangsur membaik dalam waktu relatif singkat, dan tangan yang diduga retak masih digunakan untuk beraktivitas normal.

Sikap KPAID: KPAID mengimbau masyarakat untuk tidak terburu-buru menjustifikasi dan mendorong rumah sakit/kepolisian segera merilis hasil diagnosis resmi. Mereka menghargai laporan yang dibuat oleh kakek korban ke polisi.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved