Peretasan Data Pribadi di Jabar

Disdukcapil Kota Bandung Jamin Data Warga Tidak Bocor, Pengamanan Dilakukan di Tingkat Nasional

Pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bandung memastikan data pribadi warga tetap aman.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri
Shuttersock
ILUSTRASI KTP - Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bandung memastikan data pribadi warga tetap aman. 

“Itu teknik biar dipercaya oleh pasar dan kemudian diperjualbelikan di dark web. Yang benar, di kami tidak ada kebocoran data,” katanya. 

Herman mencontohkan, dari data yang tersebar di media sosial itu sudah dicocokkan dengan yang ada di Pemerintah Provinsi Jabar. 

Baca juga: Pemkot Bandung Klaim Data Warganya Aman di Tengah Dugaan 4,6 Juta Data Milik Jabar Bocor

“Contoh, ada nama Herman, ternyata NIK-nya lain, usianya lain, alamatnya juga lain. Jadi, data tersebut bukan dari Pemda Provinsi Jawa Barat. Di kami tidak ada kebocoran data,” ucapnya. 

Pihaknya pun telah melakukan langkah-langkah pengamanan data sesuai dengan standar operasional dan prosedur dalam penerapan sistem pemerintahan berbasis elektronik. 

“Mulai dari akses jaringan, kemudian semua aplikasi yang digunakan oleh Pemda Provinsi Jabar kami pastikan dilengkapi dengan pengamanan, kami lakukan pen-test (uji penetrasi) secara reguler terhadap semua aplikasi. Ketiga terkait server, kami juga itu dibangun sendiri dan ada di dalam data centre kami, kemudian ada backup-nya juga di data recovery centre dan kami pastikan aman,” katanya. 

Dari sisi kelembagaan, dia mengatakan, sudah membentuk computer security, incident, response, tim.

"Tim yang bekerja 1x24 Jam, apabila ada indikasi gangguan keamanan, apabila ada indikasi serangan dari berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab,” ucap dia.

Analisis pakar

Pakar keamanan siber dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Budi Rahardjo, menganalisis terkait dugaan 4,6 juta data pribadi warga Jawa Barat yang diretas oleh hacker.

Budi mengatakan, dugaan kebocoran data tersebut kemungkinan besar valid karena pola seperti ini lazim terjadi dalam praktik jual beli data dark web. Tetapi untuk memastikan benar atau tidaknya tetap harus dilakukan verifikasi.

"Biasanya kalau yang kayak gini sih betul ya. Tapi kita harus verifikasi dulu kan banyak ya kejadian-kejadian seperti ini, ada yang ditaruhnya langsung di dark web, ada yang biasanya postingannya di Reddit, lazim lah dilakukan seperti ini sih," ujar Budi, Minggu (27/7/2025).

Baca juga: 4,6 Juta Data Warga Jabar Diduga Bocor Diretas Hacker, Diskominfo Koordinasi dengan Polda Jabar

Kemudian terakhir-terakhir ini, kata dia, biasanya para pelaku menggunakan ransomware dengan cara data download, kemudian dikunci menggunakan password, lalu pelakunya meminta uang agar data bisa dikembalikan.

"Jadi disandera, kalau mau dibuka lagi harus bayar. Ada juga yang kayak gini dibobol terus di-download saja, terus dia nawar ini mau saya kayak jual-belikan atau apa gitu. Yang kayak gini biasanya sih ya, sama si victim-nya (pemiliknya) itu tidak dibayar sih, biarin aja sih biasanya," kata Budi.

Ia mengatakan, dampak dari kebocoran jutaan data pribadi warga Jawa Barat itu dikhawatirkan dijual belikan untuk dijadikan data pinjaman online. Namun, untuk kasus yang terjadi di Jawa Barat ini tidak ada password.

"Masih mending, karena kadang ada juga data password, kalau itu tambah ngeri lagi. Tapi kalau ini data pribadi sih meskipun ya ini juga sebenarnya sudah masalah, email, alamat, tanggal lahir," ucapnya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved