Polemik Pocari Run di Bandung

Bagi-bagi Bir di Pocari Sweat Run 2025 Bandung, Antara Budaya Lari Global dan Budaya Indonesia

Ajang Pocari Sweat Run Indonesia 2025 di Bandung, 19-20 Juli 2025 ini memang menuai banyak kritik.

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Ravianto
capture video
BAGI-BAGI BIR -- Gelaran event lari skala nasional Pocari Sweat Run Indonesia 2025 yang digelar di Kota Bandung pada 19–20 Juli 2025 berubah menjadi sorotan tajam setelah beredar video aksi komunitas lari yang membagikan bir gratis kepada peserta di lokasi acara. Minum bir usai lomba lari disebut menjadi budaya. Sayang, budaya minum bir itu bukan budaya di Indonesia. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Viral video peserta lari yang minum bir di ajang lari Pocari Sweat Run Indonesia 2025 menuai beragam komentar di media sosial. 

Pocari Sweat Run Indonesia 2025 adalah sebuah ajang lomba lari tahunan berskala besar yang diselenggarakan oleh merek minuman isotonik Pocari Sweat di Indonesia. 

Ajang Pocari Sweat Run Indonesia 2025 di Bandung, 19-20 Juli 2025 ini memang menuai banyak kritik.

LOMBA LARI - Event lomba lari Pocari Sweat Run Indonesia 2025 yang digelar dua hari dan diikuti sebanyak 15 ribu pelari di sejumlah ruas jalan Kota Bandung
LOMBA LARI - Event lomba lari Pocari Sweat Run Indonesia 2025 yang digelar dua hari dan diikuti sebanyak 15 ribu pelari di sejumlah ruas jalan Kota Bandung (Kolase Tribun Jabar)

Masalah bikin macet dan terkini soal bag-bagi bir.

Tak sedikit yang menyayangkan tindakan tersebut, terutama dalam konteks budaya Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah muslim.

Namun, budaya ini sebenarnya bukan hal baru, khususnya di Eropa dan beberapa wilayah lain di dunia.

Baca juga: Viral! Pocari Sweat Run 2025 Bandung Diwarnai Bagi-bagi Bir, Wali Kota M Farhan Akui Lengah

Menurut Ardi, perwakilan dari Komunitas Freeletics Bandung, kebiasaan minum bir setelah lari bukanlah hal asing di luar negeri, terutama di negara-negara Eropa.

“Kalau di beberapa negara Eropa, memang bir itu sudah dianggap biasa. Misalnya lari, terus minum bir. Itu udah jadi bagian dari gaya hidup mereka,” ujarnya, Kamis (24/7/2025).

Ardi menyebutkan bahwa budaya tersebut tidak hanya terbatas di Eropa, tetapi juga mulai menjalar ke negara-negara Asia yang terbuka terhadap pengaruh gaya hidup Barat. 

Ia mencontohkan sebuah event di Thailand, yang diselenggarakan oleh sebuah brand apparel olahraga, di mana para peserta fun run menyelesaikan acara dengan sesi minum bir bersama sebagai bagian dari hiburan.

“Di Thailand ada satu brand baju yang bikin event fun run, dan selesai lari ya mereka nge-bir Tapi buat mereka itu seru-seruan aja, hiburan,” jelasnya.

Meski dianggap biasa di negara-negara tertentu, budaya ini tentu tidak serta merta dapat diterima di semua kalangan. 

Ardi mengingatkan bahwa dalam konteks Indonesia, terutama bagi umat Muslim, bir dianggap haram.

“Dari penamaannya saja sudah dianggap haram oleh sebagian besar umat Muslim. Jadi memang tidak bisa disamakan. Perbedaan nilai itu jelas ada dan harus dihormati,” kata Ardi.

Menurutnya, perbedaan reaksi publik atas isu ini tidak lepas dari keberagaman latar belakang masyarakat Indonesia. 

“Netizen kita itu kan datang dari berbagai macam daerah, budaya, dan nilai. Jadi reaksi yang muncul pun beragam,” tambahnya.

Hal yang disayangkan Ardi bukan pada tindakan personal seseorang yang memilih minum bir setelah berolahraga, tetapi pada bagaimana dan di mana kebiasaan itu ditampilkan. 

Menurutnya, jika hal tersebut dilakukan dalam konteks komunitas yang saling memahami batasan dan norma, mungkin tidak akan memicu kehebohan. 

Namun ketika dilakukan di ruang publik dan dibagikan secara terbuka ke media sosial, respons negatif sulit dihindari.

Komunitas Lari Disanksi

Pemkot Bandung akhirnya memanggil panitia Pocari Sweat Run dan komunitas lari yang membagikan bir setelah mereka dikecam oleh berbagai pihak karena melanggar Perda.

Pihak panitia bersama Komunitas Pace and Place dan Komunitas Freerunners tersebut dipanggil ke Balai Kota Bandung pada Kamis (24/7/2025) untuk dimintai keterangan dan dikenakan sanksi setelah bagi-bagi bir itu.

Wakil Wali Kota Bandung, Erwin mengatakan, langkah pemanggilan pihak panita dan dua komunitas tersebut dilakukan setelah pihaknya mendapat perintah dari Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.

"Ya, Alhamdulillah, atas perintah Pak Wali, saya selaku ketua yustisi pendekatan Perda dan Perkada untuk memanggil dari pihak penyelenggara, yaitu Pocari Sweat, dan juga pihak yang bermasalah tentunya dari Pace and Place dan juga komunitas Freerunners," ujar Erwin di Balai Kota Bandung, Kamis (24/7/2025) sore.

Erwin mengatakan, dalam pemanggilan itu pihaknya bersama Satpol PP Kota Bandung langsung melakukan pemeriksaan dan hasilnya mereka sudah mengakui perbuatannya kemudian meminta maaf ke Pemkot Bandung dan masyarakat.

"Pertama, mungkin akan ada teguran tertulis dari kami. Kedua, Pace and Place siap melakukan pengumuman pelanggaran di media masa berupa permohonan maaf secara terbuka dan juga pembayaran biaya paksaan penegak hukum sebesar Rp 5 juta," katanya.

Menurutnya, sanksi tersebut diberikan karena mereka telah melanggar Perda nomor 9 tahun 2019 tentang ketertiban umum, ketenteraman, dan perlindungan masyarakat.

"Dan untuk Freerunners tentunya dia akan membuat surat penyataan, permohonan maaf di media masa, dan mereka dengan sukarela, membersihkan Balai Kota selama dua minggu," ucap Erwin.

Dengan adanya tindakan tegas ini, Erwin berharap bisa menjadi efek jera dan ke depannya harus menjadi contoh agar kejadian yang sama tidak kembali terjadi.

"Tadi kami juga sudah mengimbau kepada pihak Pocari Sweat untuk selalu memperhatikan perizinan, juga kepada pihak-pihak yang terlibat di dalam hal ini harus patuh dan taat kepada peraturan yang ada di Kota Bandung," kata Erwin.

Freerunners Bandung Minta Maaf

Ramai polemik bagi-bagi bir di acara Pocari Sweat Run Indonesia 2025 di Bandung, 19-20 Juli 2025, Freerunners Bandung akhirnya minta maaf

Dalam pernyataannya, mereka menyampaikan permohonan maaf dengan adanya aksi bagi-bagi bir di acara lari ini.

“Kami Freerunners Bandung dengan rendah hati memohon maaf pada seluruh pihak atas kegaduhan yang saat ini terjadi. Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyediaan beer yang ada di area Cheering Zone tidak sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai budaya lokal dan norma yang dijunjung tinggi oleh sebagian besar warga masyarakat,” tulisnya di media sosial yang diunggah Selasa (22/7/2025).

“Kami menghargai setiap masukan yang telah diberikan dan menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan dan kegaduhan yang timbul,” lanjutnya.

Bir yang disediakan oleh Freerunners ternyata merupakan hasil kolaborasi dengan Pace n Place.

“Kami juga izin mengklarifikasi bahwa penyediaan beer di area cheering zone dalam kegiatan Pocari Sweat Run Indonesia 2025 merupakan bagian dari kolaborasi resmi antara Freerunners Bandung dan Pace n Place. Yang mana Beer tersebut disediakan oleh pihak Pace n Place dengan persetujuan dari Freerunners Bandung,” tulisnya.

Freerunners pun menegaskan bahwa pemberian minuman beralkohol ini telah diberi tanda, dan tidak memaksa para pelari meminumnya.

“Seluruh aktivitas pemberian beer dilakukan secara sukarela, dengan penjelasan verbal dan visual yang jelas bahwa minuman yang diberikan adalah beer, tanpa adanya unsur paksaan.

Kami berkomitmen untuk melakukan perbaikan ke depan agar seluruh kegiatan tetap relevan, inklusif, sesuai norma dan budaya yang berlaku di masyarakat,” ungkapnya.

Melalui kejadian ini, Freerunners pun meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi.

“Sekali lagi, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya dan semoga seluruh pihak bisa menerima permohonan maaf ini,” tutupnya.

Berikut adalah masalah-masalah utama yang menjadi sumber kritik penyelenggaraan Pocari Sweat Run 2025 di Bandung, 19-20 Juli 2025:

Kemacetan Lalu Lintas yang Parah:
Ini adalah keluhan paling dominan dari warga Bandung, terutama pengendara ojek online (ojol) dan taksi. Penutupan atau rekayasa jalur lari menyebabkan kemacetan di berbagai ruas jalan utama kota, terutama di titik-titik seperti Cicadas, Kiaracondong, Viaduct, dan sekitar Gedung Pakuan.

Warga dan pengendara merasa terganggu karena kesulitan beraktivitas dan mencari nafkah. Beberapa pelari bahkan mengaku "dimaki-maki" oleh pengendara yang kesal.

Meskipun panitia dan Pemkot Bandung sudah melakukan penyesuaian rute dan waktu start lebih pagi dibanding tahun sebelumnya (2024 yang juga menuai kritik serupa), masalah kemacetan masih tetap terjadi.

Kurangnya Sosialisasi yang Masif dan Efektif:
Kritik muncul karena sosialisasi mengenai penutupan jalan atau rekayasa lalu lintas dinilai kurang menyeluruh dan hanya menyasar komunitas pelari, bukan masyarakat umum yang terdampak.

Masyarakat berharap ada pemberitahuan yang lebih intensif dan masif, bahkan disarankan agar Pemkot Bandung dapat mengirimkan surat pemberitahuan ke setiap rumah yang dilewati rute.

Pertanyaan Mengenai Kontribusi Langsung ke Pemerintah Daerah (PAD):
Salah satu poin kritik, terutama dari anggota DPRD Kota Bandung, adalah mengenai kontribusi finansial langsung dari event sebesar Pocari Sweat Run kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pertanyaan yang diajukan adalah "siapa yang menikmati dan siapa yang menjadi korban" dari event ini.

Pengamat tata kota juga mempertanyakan apakah event ini sudah menjadi agenda rutin Pemkot Bandung, dan jika iya, mengapa tidak ada kerja sama lebih lanjut dengan brand untuk membuat jalur tetap yang tidak berubah setiap tahunnya, serta fasilitas penunjang.

Kritik ini menyiratkan bahwa meskipun ada dampak ekonomi tidak langsung (seperti peningkatan okupansi hotel dan UMKM), kontribusi langsung berupa retribusi atau pajak kepada kas daerah perlu diperjelas, mengingat gangguan yang ditimbulkan bagi sebagian masyarakat.
(*)

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved