Tragedi Nikahan Anak KDM di Garut

TKP 3 Orang Tewas Berdesakan di Garut Diberi Lingkaran, Saksi Ungkap Mengapa Timbulkan Korban Tewas

Seorang saksi mata Tarjo (nama disamarkan) mengatakan, ia berada di lokasi saat peristiwa maut itu berlangsung di Pintu Barat Pendopo Garut.

Editor: Ravianto
Ibriza Fasti Ifhami/Tribunnews
LOKASI 3 ORANG TEWAS - Situasi terkini di lokasi insiden 3 orang tewas saat acara pesta rakyat pernikahan putra Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Maula Akbar dengan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina di Alun-alun Pendopo Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Sabtu (19/7/2025). Seorang saksi mata menyebut, ambulans telat diduga menjadi penyebab awal insiden maut antrean makan gratis di perayaan pernikahan anak Dedi Mulyadi dengan Wakil Bupati Garut. (Tribunnews.com/Ibriza) 

Adapun satu-satunya akses masuk menuju ke dalam halaman Pendopo adalah melalui pintu barat.

Hal itu menyebabkan antrean warga untuk mendapatkan makan gratis menutup pintu barat Pendopo.

"Saya ada di lokasi. Wah penuh, ngeri itu," kata saksi mata, kepada Tribunnews.com, Sabtu (19/7/2025).

Dalam kondisi adanya kerumunan warga di pintu barat Pendopo tersebut, Tarjo mengungkapkan, ada tiga mobil ambulans yang hendak masuk ke dalam halaman Pendopo Garut.

Menurutnya, ketiga ambulans tersebut datang terlambat untuk berjaga alias "stand by" jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Selain itu, kata Tarjo, seharusnya beberapa ambulans tersebut sudah datang ke Pendopo Garut sebelum kerumunan warga terjadi.

"Jadi awalnya memang karena ambulans telat datang. Ada tiga ambulans datang dalam kondisi di lokasi sudah padat warga. Nah, dua ambulans putar balik karena enggak bisa masuk, tapi ada satu ambulans yang memaksa masuk menerobos (kerumunan)," jelasnya.

Kata Tarjo, kerumunan warga yang sebelumnya tak mengalami pergerakan terpaksa harus bergerak akibat ambulans yang menerobos masuk ke halaman Pendopo Garut.

Ia menilai, pergerakan itu yang menjadi penyebab sejumlah warga terjatuh hingga terinjak-injak warga lainnya yang berusaha bergerak.

Bahkan, Tarjo menjelaskan, beberapa korban yang tewas disebabkan karena mereka tak mampu bergerak dalam kondisi kerumunan yang bergerak, sedangkan bagian tubuh mereka tersangkut di bagian bawah pagar besi pintu barat Pendopo Garut.

"Kalau korban meninggal yang polisi (Bripka Cecep Saeful Bahri), dia bukan meninggal di tengah kerumunan. Tapi dia setelah membantu mengevakuasi korban anak yang terinjak ke sisi, mungkin dia kelelahan, lalu jatuh," ungkapnya.

Lebih lanjut, Tarjo kemudian menyoroti banyaknya personel kepolisian di lokasi, namun menurutnya, tak satu pun bergerak untuk menertibkan kerumunan yang terjadi di pintu barat Pendopo Garut.

"Padahal polisi banyak di sekeliling Pendopo ini. Mereka melihat kerumunan itu dari pintu timur. Tapi enggak ada yang gerak ke pintu barat. Ada juga Satpol PP yang ada di keramaian, bantu tarik-tarik orang-orang yang terinjak," pungkas Tarjo.

Sebelumnya, salah satu warga yang berada di lokasi saat kejadian tersebut, mengatakan bahwa peristiwa desak-desakan warga terjadi sekira pukul 17.00 WIB. Dimana, ratusan warga berdesakan masuk ke dalam pendopo Kabupaten Garut untuk mengambil makanan gratis.

Namun, karena saling dorong dan berebut, sejumlah warga pun terjatuh dan terinjak.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved