Budayawan Ungkap Kesalahan Sejarah Hari Jadi Majalengka, Usul Diganti Menjadi 11 Februari

Budayawan Majalengka, Rachmat Iskandar atau Rais, mengungkap kekeliruan dalam penetapan Hari Jadi Majalengka.

Penulis: Adhim Mugni Mubaroq | Editor: Giri
Dok. Pribadi
TAK SESUAI - Budayawan Majalengka, Rachmat Iskandar atau Rais. Dia menyebut hari jadi Majalengka tak sesuai dengan sejarah. 

Laporan Kontributor Majalengka, Adim Mubaroq

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Budayawan Majalengka, Rachmat Iskandar atau Rais, mengungkap kekeliruan dalam penetapan Hari Jadi Majalengka. Selama ini, hari jadi diperingati setiap 7 Juni, merujuk 7 Juni 1490.

Menurutnya, penetapan tersebut lemah secara historiografi dan tidak memiliki dasar keilmuan yang kuat.

Rais menilai bahwa penetapan tanggal tersebut hanya didasarkan pada momen spiritual 10 Muharam, yang menurutnya tidak memiliki kaitan langsung dengan sejarah lokal Majalengka.

"Saya tetap berpendapat bahwa penetapan Hari Jadi Majalengka pada 7 Juni 1490 adalah keliru. Sistem penghitungan waktunya tidak jelas dan tidak memenuhi standar keilmuan sejarah," ujar Rais saat berbincang di kediamannya di Kecamatan Majalengka, Kamis (8/5/2025).

Ia menambahkan, 10 Muharam 1490 hanya diasumsikan sebagai hari ketika Nabi Isa diangkat ke langit, tanpa ada hubungan dengan peristiwa sejarah Majalengka.

Baca juga: Hari Jadi Majalengka Berpeluang Berubah, Selama Ini Berdasarkan Cerita dan Mitos

"Penetapan tersebut tidak memenuhi syarat historiografi dan sangat lemah sumber rujukannya," lanjut dia.

Rais menjelaskan, sejarah berdirinya Kabupaten Majalengka justru dimulai dari keruntuhan Dinasti Talagamanggung pada 1692, saat Ratu Tilarnagara dan suaminya, Secanata, melarikan diri dari serangan VOC. Sejak saat itu, pusat pemerintahan bergeser dari Talaga ke Jerokaso.

Puncaknya terjadi pada 11 Februari 1840, ketika melalui Staatsblad 1840 Nomor 7, pusat pemerintahan dipindahkan dari Maja ke Sindangkasih, sekaligus menandai berdirinya Regentschap Majalengka secara resmi.

"Majalengka sendiri resmi menjadi Regentschappen Majalengka setelah pada tanggal 11 Februari 1840 berdasarkan Staatsblad 1840 Nomor 7, pusat pemerintahannya dipindahkan dari Maja ke Sindangkasih dengan nama Regentschappen Majalengka. Namun bila melihat proses berdirinya Regentschappen Maja telah berdiri sejak tahun 1819," ucap dia.

Dia mengatakan, dalam Staatsblad 1819 Nomor 9 dan Staatsblad Nomor 23, menyebutkan Cirebon meliputi lima regentschappen.

Baca juga: Pemkab Majalengka Kucurkan Dana Hibah Rp 2,2 M untuk Parpol, Setiap Suara Sah Dihargai Rp 3.000

"Dan tanggal inilah (11 Februari) tepat untuk dijadikan penanggalan hari jadi Majalengka," lanjutnya.

Rais juga merujuk pada sejumlah sumber sejarah yang memperkuat argumennya, antara lain catatan dari Leiden dan Daghregister Batavia, yang menunjukkan struktur pemerintahan Majalengka sudah ada sejak sebelum 1682.

Selain itu, terdapat Prasasti Gunung Inten yang menyebut tokoh Arya Sriningrat sebagai penguasa Majalengka pada 1327.

Dia mengungkapkan, ketidakpuasan terhadap penetapan resmi Hari Jadi Majalengka membuat sejumlah komunitas masyarakat memilih merayakannya secara swadaya. Masyarakat mulai jenuh dengan penetapan resmi yang tidak akurat.

"Di Padepokan Wijayakusumah, tempat dimakamkannya bupati pertama RT Dendanegara, masyarakat menyelenggarakan sendiri peringatan hari jadi dengan dasar historiografi yang jelas dan telah diteliti sejak 2005," ucapnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved