Breaking News

Reaktivasi Jalur Kereta Api

Menengok Indahnya Pesona Alam Sekitar Rel Kereta Api Bandung-Ciwidey di Babakan Sasak Soreang

Di sepanjang jembatan tersebut, dulunya merupakan jalur kereta api Ciwidey–Bandung yang sangat terkenal pada masanya.

tribunjabar.id / Putri Puspita Nilawati
REAKTIVASI - Keindahan alam sekitar rel kereta api yang sudah mati di Kampung Babakan Sasak, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Rel kereta api yang sudah mati di Kampung Babakan Sasak, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, masih tampak berdiri kokoh meski tiang-tiangnya mulai berkarat. 

Di sepanjang jembatan tersebut, dulunya merupakan jalur kereta api Ciwidey–Bandung yang sangat terkenal pada masanya.

Jalur ini diresmikan pada tahun 1921, namun dihentikan operasionalnya pada tahun 1972 setelah terjadi kecelakaan kereta api di daerah Cukanghaur. 

Sejak kecelakaan tersebut, jalur kereta tidak lagi aktif dan masyarakat mulai mendirikan permukiman di sepanjang kawasan rel. Kini, jalur kereta api Ciwidey–Bandung direncanakan akan diaktifkan kembali. 

Berdasarkan pantauan Tribun Jabar, di sepanjang desa tersebut, rel yang dulunya aktif kini telah berubah menjadi pemukiman warga, baik semi permanen maupun permanen.

Pemandangan alam di sepanjang bekas jalur kereta terlihat begitu indah, dihiasi hamparan sawah hijau dan pepohonan rindang, serta suara aliran sungai yang menenangkan.

Baca juga: Jalur Kereta Api Ciwidey - Bandung Akan Reaktivasi, Iim Resah Sampai Tak Bisa Tidur

Rel kereta yang sudah tidak aktif ini kini berfungsi sebagai jembatan penghubung antara rumah-rumah.  Di beberapa titik, sisa rel hanya terlihat sebagian dan telah menjadi jalan besar. 

Sementara di atas jembatan sempit, hanya satu motor yang bisa melintas, sehingga pengendara dari arah berlawanan harus bergantian.

Sejak tahun 1998, seorang warga bernama Ening (60) memutuskan pindah ke Kampung Babakan Sasak.

“Saya dulu tinggal di Cililin, tapi pindah ke sini (rumah kakak) supaya anak-anak lebih gampang sekolah, karena di kampung dulu sekolahnya jauh,” ujar Ening saat ditemui, Senin (28/4/2025).

Ening mengatakan ia sudah mengetahui kabar tentang rencana reaktivasi jalur kereta ini dari media sosial. Ia juga mengungkapkan bahwa banyak warga pendatang yang kini bermukim di wilayah tersebut.

Sebelum ramai jadi rumah seperti sekarang, Ening mengatakan jika tempat ini dulunya seperti hutan terbengkalai.

Ening menyebutkan, informasi mengenai reaktivasi ini pun sempat ramai pada tahun 2018.

“Tiap pergantian kepala daerah, selalu ada info mau diaktivasi. Warga di sini mah sudah pasrah karena tahu rumahnya tanpa sertifikat,” ucapnya.

Ening menambahkan, ia sebenarnya sempat berencana pindah, namun kakaknya memintanya tetap tinggal untuk memudahkan pendidikan anak-anaknya.

“Kakak minta di sini supaya anak-anak gampang sekolah. Sekarang anak-anak sudah besar dan berpisah. Kalau nanti digusur, saya mau pulang lagi saja ke Cililin, ke rumah orang tua,” katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved