REI Jabar Optimis Bisnis Properti Tetap Tumbuh di 2025, Kuota FLPP Jadi Tantangan

REI Jabar berharap mendapat alokasi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) lebih besar dari sebelumnya. 

|
Editor: Siti Fatimah
dok REI Jabar
REI JABAR - Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Barat Norman Nurdjaman. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Barat Norman Nurdjaman optimis sektor properti akan tetap tumbuh di tahun ini meski akan ada berbagai tantangan, terlebih dengan kondisi deflasi yang terjadi juga sangat memberi dampak kepada bisnis ini.

Salah satu tantangan adalah mendukung program pemerintah mewujudkan program 3 juta rumah per tahun,

Untuk itu, pihaknya berharap tahun ini pihaknya mendapat alokasi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) lebih besar dari sebelumnya. 

Seperti diketahui, Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) dipastikan masih akan menyalurkan pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP) dengan skema lama, yakni 75 persen bersumber dari APBN dan sisanya 25 persen dari bank pelaksana.

Baca juga: Sukses Kembangkan Agent Properti Priority Project Lakukan Ekspansi Bisnis ke Gading Serpong & Sentul

Komitmen tersebut disuarakan seiring belum terbitnya skema proporsi KPR FLPP yang baru.

Sementara, sesuai target penyaluran KPR FLPP tahun 2025 sebanyak 220.000 unit rumah hingga saat ini skema yang digunakan oleh BP Tapera dan bank penyalur masih sama dengan porsi 75:25.

Seminar Perpajakan Property & Training Coretax, di Bandung, Rabu (12/2/2025).
Seminar Perpajakan Property & Training Coretax, di Bandung, Rabu (12/2/2025). (dok REI)

"Untuk Jabar, pada 2024 sebenarnya kita kekurangan FLPP. Secara nasional kuota FLPP 300 ribu, dan pencapaian di Jabar hanya 30 persennya dari pencapaian nasional,"  kata  Norman Nurdjaman disela acara Seminar Perpajakan Property & Training Coretax, di Bandung, Rabu (12/2/2025).

Menurutnya,  pada penjualan rumah komersial pada 2024 lalu justru mengalami penurunan hingga 30 persen.

Kondisi ini menurut dia sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang ditandai dengan beberapa kali deflasi terjadi di Jawa Barat secara month-to-month.

"Deflasi yang terjadi sepanjang 2024 berdampak besar pada sektor properti. Properti komersial mengalami penurunan penjualan hingga 30 persen. Sementara perumahan subsidi yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, terhambat oleh keterbatasan kuota,” katanya.

Baca juga: Kolaborasi GORO dan Rumah Zakat, Perkenalkan Investasi Properti yang Menginspirasi

Untuk itulah, pihaknya menyambut baik Langkah Bank Indonesia (BI) yang mengalokasikan insentif lukuiditas makroprudensial Rp 80 triliun untuk program 3 juta rumah dari pemerintah.

 Jumlah tersebut meningkat dari sebelumnya, insentif likuiditas makropudensial yang disediakan oleh BI untuk program pembangunan perumahan senilai Rp23,19 triliun.

Ia juga berharap dengan besaran nilai tersebut dapat sesuai dengan visi REI.

"Harapannya ke depan yakni adanya kuota unlimited," katanya.

Dengan begitu, Ia optimis jika sistem penyaluran FLPP oleh perbankan berjalan optimal serta  didukung oleh perizinan yang mudah dan cepat.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved