Ini Tips dari Psikolog, Alasan dan Cara Beri Aturan Ketika Anak Senang Berselancar di Medsos

Banyak anak-anak yang justru menjadi adiksi dengan media sosial karena terbuai dalam kehidupan yang mereka bentuk di media sosial.

thinkstockphotos
Ilustrasi anak bermain gadget 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Di era digital masa kini, media sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan di kehidupan sehari-hari termasuk bagi anak-anak.

Kemudahan akses informasi pun bisa didapatkan dengan cepat melalui media sosial.

Namun dibalik kemudahan yang didapatkan banyak anak-anak yang justru menjadi adiksi dengan media sosial karena terbuai dalam kehidupan yang mereka bentuk di media sosial.

Psikolog Aisya Yuhanida Noor,M.Psi,mengatakan anak-anak senang berada di media sosial karena mereka bisa mengarang identitas dan mengarang hidup sesuai yang mereka mau.

Baca juga: Pembatasan Medsos untuk Anak, Psikolog: Efektif untuk Kesehatan Mental dan Keseimbangan

“Sehingga mereka merasa aman karena yang mereka tangkap, yang mereka kenali adalah identitas yang mereka bangun disana, bukan identitas mereka. Jadi mereka lebih bebas berekspresi, sementara di lingkungan sesungguhnya sekarang mereka sadar kalau aku gini dimarahin, dan salah,” ujar Aisya saat dihubungi, Rabu (15/1/2025).

Sementara itu di media sosial, kata Aisya tidak ada aturan dan batasan.

Anak-anak bisa bebas mengekspresikan diri sesuai dengan yang mereka inginkan.

Oleh karena itu sebagai orang tua harus mempersiapkan dan mendampingi anak ketika menggunakan media sosial.

“Sebagai orang tua harus mempersiapkan, didampingi ketika anak bermedia sosial, ajari aturan, etika, batasan dalam medsoss. Setelah memberikan contoh dan melepasnya, tetap observasi. Ketika sudah merasa cukup matang untuk bisa menggunakannya, atur waktu anak dalam penggunaannya dan sedikit demi sedikit bisa dilepas oleh orang tua,” ucap Aisya.

Ketika menggunakan media sosial, anak juga cenderung menutup diri dan enggan membagikan pengalamannya dalam menggunakan media sosial.

Baca juga: Rencana Komdigi Batasi Anak Gunakan Medsos Disambut Baik, Anggota DPR Tanya Kejelasan Sanksi

Padahal seringkali banyak konten yang belum waktunya ditonton oleh anak tersebut.

Aisya mengatakan alasan anak enggan bercerita kepada orang tuanya bisa jadi karena mereka ada pengalaman komunikasi yang tidak nyaman.

“Karena mungkin sesuatu yang dibahas itu adalah hal yang tabu, sehingga ketika orang tua merespon cenderung menghakimi, menyalahkan, anak merasa percuma ngomong sama orang tua karena jawaban tidak memuaskan atau justru dimarahin. Jadi anak berpikir mendingan aku nyari  sendiri,” ujarnya.

Uniknya adalah algoritma konten yang ditonton biasanya akan terus muncul, sehingga anak terpapar dari sudut pandang sesuai dengan algoritma mereka.

“Sehingga anak akan meyakini ini adalah sebuah kebenaran padahal ini bukanlah satu-satunya kebenaran disitu,” ucapnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved