Anak Mudah Berdarah? Kenali Gejala dan Penyebabnya

Anak rentan mengalami mudah berdarah. Kondisi ini ditandai dengan perdarahan berulang, yang disebabkan oleh kelainan mekanisme tubuh.

Penulis: Nappisah | Editor: Siti Fatimah
istimewa
Ilustrasi anak mimisan 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Anak rentan mengalami mudah berdarah. Kondisi ini ditandai dengan perdarahan berulang, yang disebabkan oleh kelainan mekanisme tubuh.

Pada individu normal, tubuh mempunyai mekanisme agar darah tetap dipertahankan di dalam pembuluh darah melalui mekanisme hemostasis. 

Dr. dr. Lelani Reniarti Marsaman, Sp.A (K), Dokter Anak Konsultan Hematologi-Onkologi dari Santosa Hospital Bandung Central, menjelaskan hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), yakni proses yang amat kompleks, bertujuan untuk mempertahankan viskositas darah sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup kerusakan dinding pembuluh darah. 

“Sehingga ini mengurangi kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh darah yang melibatkan peranan vascular (pembuluh darah), trombosit dan faktor pembekuan Fc1 s/d Fc13,” jelasnya, kepada Tribunjabar.id, Senin (14/10/2024). 

Baca juga: Cegah Kanker, Santosa Hospital Bandung Kopo Layani Pemeriksaan Deteksi Dini

Begitu pembuluh darah mengalami luka /kerusakann endotel pembuluh darah, maka terjadi vaso konstriksi pembuluh darah (mengerut) yang akan memperlambat aliran darah kedaerah luka, lalu terbentuk sumbat trombosit yang menutup luka tersebut yang kemudian diperkuat dengan benang2 fibrin melalui mekanisme koagulasi/ pembekuan darah dengan bantuan faktor pembekuan.

“Jadi perdarahan bisa terjadi, akibat gangguan pada pembuluh darah, berkurangnya atau gangguan fungsi trombosit atau defisiensi (kekurangan/tidak terbentuknya) factor pembekuan yang secara normal berfungsi untuk menghentikan perdarahan,” jelasnya.

Pendarahan pada anak bisa terjadi diseluruh bagin tubuh antara lain; pendarahan massif yaitu perdarahan mengalir, terus menerus seperti hidung (mimisan/epuistaksis), perdarahan gusi, saluran cerna ( muntah darah , bab berdarah), perdarahan saluran kemih ( hematuria), perdarahan kulit bisa berupa memar memar, bintik merah (petekie), hematoma, purpura, yang bisa sifatnya tersebar di seluruh bagian tubuh , asimetris atau simetris yg merupakan gejala khas penyakit tertentu (Henoch Scholein Purpura).

Selain itu yang termasuk perdarahan mukosa seperti mimisan,perdarahan gusi, muntah darah. Jenis perdarahan lainnya antara lain, perdarahan sendi (hemarthrosis), perdarahan paska sirkumsisi, paska cabut gigi atau paska operasi, perdarahan pada otot ( hematoma), perdarahan intra kranial /otak.

dr. Lelani menuturkan, anak mengalami gangguan perdarahan bisa muncul sejak usia bayi, namun tidak semua anak pada usianya mudah mengalami perdarahan.

Baca juga: Parkir Kendaraan Lebih Luas, Santosa Hospital Bandung Central Kerjasama dengan PT Reksa Multi Usaha

Adapun ciri-ciri seorang anak saat menderita gangguan/penyakit perdarahan, dapat diketahui melalui beberapa keadaan yang terjadi pada anak, antara lain: pada bayi baru lahir, usia sekitar 1 bulan mendadak tidak sadar atau kejang, kemungkinan adanya perdarahan intra kranial perlu dipertimbangkan.

Hal tersebut terjadi akibat defisiensi Vitamin K yang berperan dalam pembentukan faktor pembekuan darah.

“Karena itu setiap bayi baru lahir perlu diberikan pencegahan dengan pemberian Vitamin K,” tambahnya. 

Bahkan, sebagian besar defek hemostasis herediter, yaitu hemophilia (Defisiensi Fc8), biasanya diagnosa dapat ditegakkan masa bayi, pada saat bayi belajar merangkak timbul memar memar.

“Pada anak yang lebih besar kemungkinan menderita hemofili patutducurigai, bila ada perdarahan paska sirkumsisi (disunat) atau paska dicabut gigi,” ujarnya.

Ciri lainnya, kelainan hemostatis herediter ringan atau sedang manifestasi perdarahan baru muncul pada anak yang lebih besar.

Karena itu kemungkinan terdapatnya kelainan herediter harus dipikirkan tanpa memandang usia anak.

Baca juga: Atasi Masalah Batu Saluran Kemih Tanpa Sayatan, Santosa Hospital Bandung Kopo Hadirkan Metode RIRS

Anak mimisan, perdarahan gusi, memar memar yang disertai dengan demam dan pucat, perdarahan terjadi karena trombosit yang sangat rendah pada penderita Anemia Aplastik dan Leukemia. 

Tanpa memandang usia anak perdarahan bisa timbul akibat jumlah trombosit yg berkurang (trombositopenia) atau gangguan fungsi trombosit, antara lain pada penyakir immune trombositopenia purpura (ITP) dan demam berdarah, berupan perdarahan mukokutaneus, bintik2 merah pada kulit, mimisan.

Lebih lanjut, terdapatnya gejala purpura (bercak kemerahan pada tungkai dan lengan yang sifatnya simetris erlu dicurigai menderita penyakit Henoch Scholein Purpura.

Baik pada penyakit Trombositopenia, maupun hemofili dapat terjadi komplikasi perdarahan intra kranial dengan gejala kehilangan kesadaran atau kejang.

dr. Lelani menegaskan, area yang paling sering terkena bergantung pada penyebabnya.

Pada penyakit ITP perdarahan mukokutaneus tersering pada anggota gerak dan mimisan.

Baca juga: Santosa Hospital Bandung Kopo terima penghargaan PLKK Award 2021 dari BPJAMSOSTEK

Sedangkan pada penyakit hemophilia, area tersering yaitu sendi lutut (hemarthrosis).

Faktornya penyebab anak mudah berdarah, pada penyakit ITP ( Immune Trombositopenia Purpura), penyebabnya adalah reaksi immune. Trombositopenia juga bisa terjadi pada penyakit Demam Berdarah, Anemia Aplastik, Kanker Darah (Leukemia).  

Pada penyakit Hemofilia, penyebabnya adalah genetik yangditurunkan oleh ibu sebagai pembawa sifat genetic.

“Jadi penyebabnya bisa terjadi karena reaksi imun dalam tubuh, genetik, infeksi atau penyakit yang mendasarinya (kanker darah, anemia aplastic),” ucapnya.

Mudah berdarah pada anak bisa disebabkan oleh faktor genetik.

Misalnya pada penyakit Hemophilia, Von Willebrand. Kelainan hemostatis herediter ringan atau sedang manifestasi perdarahan baru muncul pada anak yang lebih besar.

Karena itu kemungkinan terdapatnya kelainan herediter harus dipikirkan tanpa memandang usia anak. 

Pasalnya, pendarahan pada anak yang berpotensi paling bahaya terkena intra kranial atau perdarahan otak, perdarahan saluran cerna. 

Ketika anak mengalami mudah berdarah, pengobatannya dengan memberikan faktor yang kurang tersebut, misalnya pada kekurangan trombosit diberikan Transfusi Trombosit agar jumlah trombosit meningkat sehingga perdrahan bisa berhenti.

Baca juga: Penanganan Gigi Impaksi di Santosa Hospital Bandung Central

Pada penyakit Hemophilia akibat tidak terbentuknya FaktorVIII, diberikan transfuse Faktor VIII atau Transfusi darah yang mengandung Faktor VIII secara rutin.

dr. Lelani menjelaskan, antisipasi bila muncul gejala mudah berdarah, segera berkonsultasi dengan dokter.

“Bila perlu bisa dirujuk ke dokter ahli hematologi-onkologi, dan bila perdarahannya berat segera dibawa ke rumah sakit yang dapat menangani kelainan perdarahan,” imbuhnya.

Pasalnya, kelainan pendarahan pada anak bisa diindikasi kanker darah. Bila ada gejala perdarahan pada anak yang sering sakit-sakitan, demam naik turun harus difikirkan juga bahwa mungkin merupakan gejala awal kanker darah (Lekemia), dimana terjadi pertambahan jumlah sel ganas lekosit muda yang sangat cepat, berakibat turunnya jumlah trombosit atau gangguan pembekuan darah.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa berkonsultasi di Poliklinik Hematologi-Onkologi di RS Santosa Hospital Bandung Central setiap hari Senin atau Kamis, dan bila perdarahan berat atau berlanjut bisa dibawa langsung ke Unit Gawat Darurat Santosa Hospital Bandung Central

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved