Gempa Kabupaten Bandung
BNPB: Masyarakat Bisa Membuat Alat Pendeteksi Gempa Sederhana dari Kaleng dan Batu
Sebagai antisipasi gempabumi susulan, masyarakat dapat membuat alat peringatan dini sederhana dengan menyusun secara vertikal kaleng-kaleng bekas.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat Bandung untuk tetap tenang namun meningkatkan kewaspadaan, terutama mengingat potensi gempa susulan yang masih terus terjadi.
Gempa yang mengguncang Bandung Raya berkekuatan magnitudo 5.0 pada Rabu, 18 September 2024, sekitar pukul 09.41 WIB ini sebelumnya membuat sebagian besar warga terkejut dan panik.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan berdasarkan data dari BMKG, gempa susulan yang muncul memiliki magnitudo antara 2 hingga 2,4, meskipun lebih kecil dari gempa utama, getaran ini tetap dapat dirasakan oleh warga di beberapa wilayah.
Kondisi ini sering kali menimbulkan kekhawatiran, tetapi penting bagi masyarakat untuk tidak panik. Kewaspadaan yang berlebihan tanpa disertai tindakan yang tepat justru bisa menyebabkan kepanikan massal yang berbahaya.
Sebagai langkah antisipasi terhadap gempa susulan, masyarakat juga dapat membuat alat peringatan dini sederhana yang tidak memerlukan teknologi canggih. Salah satu metode yang direkomendasikan adalah dengan menyusun kaleng-kaleng bekas yang diisi batu kecil secara vertikal.
"Sebagai antisipasi gempabumi susulan, masyarakat dapat membuat alat peringatan dini sederhana dengan menyusun secara vertikal kaleng-kaleng bekas yang diisi batu-batu kecil," katanya melalui siaran digital.
Kaleng-kaleng ini akan berfungsi sebagai alarm sederhana: ketika terjadi getaran, susunan kaleng akan jatuh dan menimbulkan suara berisik, yang dapat menjadi tanda bagi warga sekitar bahwa ada guncangan gempa.
Baca juga: Sejumlah Bangunan di Pangalengan dan Kertasari Bandung Rusak akibat Gempa
Selain itu, penting untuk diingat bahwa gempa bumi pada dasarnya bukanlah penyebab langsung jatuhnya korban jiwa. Risiko terbesar justru datang dari bangunan yang tidak kokoh dan runtuh akibat guncangan.
Maka dari itu, masyarakat harus memastikan bahwa rumah atau bangunan tempat mereka berlindung telah dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan ketahanan terhadap gempa. Memastikan kondisi bangunan setelah gempa utama juga menjadi langkah krusial.
Jika ditemukan retakan atau kerusakan, sebaiknya hindari memasuki bangunan tersebut sebelum diperiksa lebih lanjut oleh tenaga ahli.
Salah satu aspek penting dalam menjaga ketenangan adalah kemampuan untuk memilah informasi. Di era digital saat ini, banyak sekali informasi yang beredar cepat, termasuk melalui media sosial, yang tidak semuanya dapat dipercaya.
Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk bijak dalam menyaring informasi dan hanya mempercayai sumber resmi, seperti BMKG atau BNPB, yang memiliki otoritas dalam memberikan data dan situasi terkini mengenai bencana alam.
Menghindari isu-isu yang belum terverifikasi sangat penting untuk mencegah penyebaran berita palsu yang dapat memperparah kepanikan di tengah masyarakat.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat dapat menghadapi situasi gempa dengan lebih siap dan terhindar dari risiko yang lebih besar. Mengelola informasi dengan baik, menjaga kewaspadaan, serta memastikan lingkungan yang aman adalah kunci utama dalam mengurangi dampak dari bencana alam ini.
Unisba Terjunkan Bantuan Medis ke Lokasi Korban Gempa di Kabupaten Bandung, 4 Dokter Dikerahkan |
![]() |
---|
Pakar Kegempaan BRIN Bicara Soal Gempa di Kabupaten Bandung, Ada Kaitan dengan Megathrust? |
![]() |
---|
Polresta Bandung Kirim Ayam Potong Beku 1 Ton untuk Korban Gempa di Kertasari dan Pangalengan |
![]() |
---|
Makan Singkong dan Seblak, Korban Gempa di Kampung Hemerang Kertasari Bandung Tidur di Bawah Terpal |
![]() |
---|
Balita di Korban Gempa di Kertasari Bandung Meninggal Dunia, Polresta Bandung Berikan Santunan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.