PDIP Batal Majukan Anies Baswedan di Pilkada 2024, Benarkah Ada Politik Sandera? Ini Kata Pengamat

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan gagal berkontestasi di Pilkada Serentak 2024. Kini jadi pertanyaan, apa penyebab Anies Baswedan gagal maju?

capture youtube
Anies Baswedan 

Kembali ke momen pendaftaran Jeje-Ronal di Jawa Barat, Ono Surono yang mengantarkan pasangan tersebut mendaftarkan diri ke KPU Jawa Barat, menjelaskan ada kekuatan besar yang menggagalkan duet Anies dengan dirinya di Pilgub Jawa Barat 2024. Dalam sambutannya, Kamis malam, nama "Mulyono" disebut Ono sebagai dalang di balik gagalnya Anies maju di Jawa Barat.

Baca juga: PDIP Sebut Sosok Mulyono Bukan Penyebab Gagalnya Anies Maju di Pilkada 2024: Pilih Kader Sendiri

Nama "Mulyono" diketahui merupakan nama kecil Presiden Joko Widodo alias Jokowi, yang diubah ibundanya lantaran Jokowi kecil kerap mengalami berbagai masalah kesehatan.

Hal itu sempat diungkapkan Jokowi sendiri dalam bukunya berjudul "Jokowi Menuju Cahaya", yang diluncurkan pada 2018 silam.

Hal ini memunculkan dugaan adanya keterlibatan Jokowi dalam menjegal pencalonan Anies di Pilkada Jakarta dan Pilgub Jawa Barat.

Terkait rentetan peristiwa itu, pengamat politik sekaligus pakar hukum tata negara Refly Harun menilai, ada empat faktor yang jadi ancaman sehingga menghalangi Anies maju sebagai Calon Gubernur pada Pilkada Serentak 2024 lewat PDIP.

Diketahui, Refly merupakan sosok yang memiliki kedekatan dengan Anies. Terbukti, pada sengketa Pilpres 2024 lalu di Mahkamah Konstitusi, ia menjadi bagian dari Tim Hukum Anies-Muhaimin.

Faktor pertama, menurut Refly, Anies tidak ingin menjadi kader PDI Perjuangan lantaran mantan Gubernur Jakarta itu memiliki daya tawar tersendiri. 

"Kalau kita lihat, suara Anies dan suara PDI Perjuangan itu banyakan suara Anies. Karena Anies ikut Pilpres. Punya basis. Sehingga, menurut saya, dia punya posisi tawar yang tidak mungkin dia negosiasikan," kata Refly, kepada Tribunnews, Jumat (30/8/2024).

Faktor kedua, Refly menyoroti, ada beda pandangan di internal PDI Perjuangan, yakni soal pihak yang pro dan kontra jika partai banteng itu mengusung Anies, meskipun yang berposisi kontra pada akhirnya akan tunduk pada keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Faktor ketiga, sekalipun keputusan PDI Perjuangan tergantung Megawati, namun Refly menduga, pertimbangan dari putri Presiden RI Soekarno itu juga dicampuri oleh cawe-cawe Istana, yang mana Jokowi dinilai sebagai figur yang tidak suka dengan sosok Anies Baswedan.

Sehingga, Refly menilai, partai apapun yang hendak mengusung Anies akan dicegah oleh Istana.

Baca juga: Dapat Saran Berkarir di Luar Negeri, Anies Baswedan Pilih Bikin Gebrakan di Indonesia: Jaga Semangat

Faktor keempat, adanya kemungkinan Megawati berkonsolidasi dengan pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto mendatang.

Prabowo dinilai tidak akan menghendaki konsolidasi dengan Megawati, jika ada Anies, yang kata Refly, berpotensi menjadi pesaing Menteri Pertahanan era Jokowi itu.

Merinci soal dugaan cawe-cawe Jokowi dalam hal gagalnya Anies maju Pilgub 2024, Refly menyebutkan, ada ancaman yang diarahkan Jokowi kepada Megawati jika tetap mengusung Anies.

Berdasarkan analisisnya, Refly menilai, praktik politik sandera yang dilakukan Jokowi ini serupa dengan sejumlah kasus yang melibatkan beberapa politisi, beberapa waktu belakangan.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved