Petani di Bogor Curhat Soal Ancaman Kemarau Panjang, Bey Machmudin Cari Langkah Antisipasi

Bey Machmudin datang langsung ke lokasi pertanian warga, untuk memastikan apa saja keluhan dari para petani

Istimewa
Penjabat Gubernur Jabar, Bey Machmudin saat bertemu dengan petani di Kabupaten Bogor. 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Nazmi Abdurrahman

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sejumlah petani di Desa Tegal Panjang, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor curhat kepada Penjabat Gubernur Jabar, Bey Machmudin soal pergeseran musim tanam akibat kemarau panjang.

Bey Machmudin datang langsung ke lokasi pertanian warga, untuk memastikan apa saja keluhan dari para petani, sekaligus mencari langkah antisipasi terhadap ancaman kemarau panjang pada 2024 ini.

Dikatakan Bey, petani khawatir kemarau panjang membuat lahan kering dan menyebabkan pergeseran musim tanam. Kondisi itu pernah terjadi pada pada musim kemarau tahun lalu.

“Tahun ini panen kedua, tapi musim tanamnya baru satu kali, terakhir itu akhir tahun lalu baru panen Bulan Maret, ini yang kedua. Biasanya mereka akan menanam lagi akhir tahun, atau awal tahun,” ujar Bey, Rabu (31/7/2024).

Baca juga: Mulai Gaet Agen Travel se-Indonesia, Bey Optimistis BIJB Bisa jadi Pusat Penerbangan Umrah Nasional

Tahun ini, kata dia, para petani akan mencoba mempercepat musim tanam pada Agustus 2024 dengan memaksimalkan bantuan pompa untuk mengairi sawahnya.

“Dengan sistem pompanisasi yang ada, mereka akan menanam lagi Agustus dengan bantuan pompa. Biasanya, mereka akan menyewa pompa, tapi saya akan upayakan mereka mendapat bantuan pompa dari Kementerian Pertanian,” katanya.

Menariknya, kata Bey, petani di sana menggunakan tabung gas elpiji sebagai pengganti bahan bakar bensin untuk menjalankan pompanya.

Inovasi yang dilakukan para petani pun, kata dia, dapat memangkas biaya operasional bahan bakar pompa.

"Satu hari yang biasanya menggunakan 10 liter bensin petani harus mengeluarkan Rp100 -Rp120 ribu, kalau pakai gas melon itu hanya Rp25 ribu, jadi ada penghematan sekitar 70 persen, tapi saya juga melaporkan ke Kementan kalau mereka membeli pupuk sampai Rp160 ribu,” ucapnya.

Menurutnya, temuan dan informasi dari para petani akan menjadi catatan untuk disampaikan kepada Kementerian Pertanian (Kementan).

"Mereka kerepotan beli bensin, harus pake jerigen, kadang-kadang di SPBU ditolak, kalau pakai elpiji itu praktis karena tinggal beli di warung, polusi juga berkurang, ini jadi temuan di lapangan, sudah saya laporkan ke Irjen Kementan,” ucapnya.

Baca juga: Jabar Jadi Provinsi Tertinggi Jumlah Anak Bermain Judi Online, Bey Machmudin: Bahaya Sekali

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia mundur dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Adapun puncak musim kemarau 2024 diprediksikan terjadi di bulan Juli dan Agustus 2024.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved