Berita Viral

Kisah Zaky Anak Pedagang Plastik Penerima Beasiswa KIP, Raih IPK 3,99 di ITB, Prestasinya Mentereng

Kisah seorang anak pedagang plastik penerima beasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus dengan IPK nyaris sempurna, viral di media sosial.

Instagram @santosoim dan laman ITB
Kisah seorang anak pedagang plastik penerima beasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus dengan IPK nyaris sempurna, viral di media sosial. 

TRIBUNJABAR.ID - Kisah seorang anak pedagang plastik penerima beasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus dengan IPK nyaris sempurna, viral di media sosial.

Mahasiswa ITB itu bernama Musholizaky flahal Mu’min yang akrab disapa Zaky.

Kisah Zaky viral di media sosial setelah dibagikan oleh salah satu dosen ITB bernama Imam Santoso melalui akun Instagramnya @santosoim.

Imam Santoso mengunggah momen Zaky sedang menjalani sidang akhir.

Diketahui, Zaky adalah penerima beasiswa KIP Kuliah.

Anak seorang pedagang plastik di Pasar Boyolali, Jawa Tengah itu mahasiswa Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB) angkatan 2020.

Baca juga: Viral, Cerita Ibu Asal Purwakarta Rela Temani Sang Anak Ospek Kuliah di UGM, Alasannya Buat Haru

Zaky kini telah menyelsaikan sidang skripsinya dan dinyatakan lulus dengan IPK 3,99.

Imam Santoso mengatakan bahwa Zaky telah membuktikan bahwa dengan keterbatasan masih tetap berprestasi.

" Ia telah membuktikan bahwa walau dengan keterbatasan "previlage" orang tua, ia tetap bisa berprestasi. Apapun pekerjaan orang tua kita jangan pernah minder untuk bersaing selama kuliah," tulis Imam Santoso, dikutip Tribunjabar.id, Selasa (30/7/2024).

Zaky adalah anak pertama dari tiga bersaudara.

Dengan berbagai keterbatasan yang ada, Zaky biasa membuktikan meraih hasil yang baik dalam perkuliahan dengan semangat belajar tinggi.

Dilansir dari laman resmi ITB, Zaky bercerita bahwa setiap manusia memiliki kesempatan yang sama. Tinggal bagaimana manusia bisa mengoptimasi apa yang dimilikinya sejak dini.

Ia percaya saat niat dalam belajar sudah teguh, akan selalu ada jalan untuk mencapainya, salah satunya beasiswa.

Sejak SD, pemuda asal Jawa Tengah itu sudah termotivasi Zaky agar bisa berkuliah di ITB.

Sejak SD hingga akhir SMA, Zaky meminati bidang astronomi.

Akan tetapi, dengan berbagai pertimbangan, Zaky mendaftar kuliah di FTTM ITB dan diterima melalui jalur SNMPTN.

Setelah diterima, Zaky mengaku masih ragu memilih jurusan mana yang akan dijalaninya.

“Namun, setelah adanya kegiatan kaderisasi wilayah dari FTTM dan terpengaruh IG Mas Imam (D.Sc.(Tech.) Imam Santoso, S.T., M.Phil.), akhirnya memutuskan untuk mengambil jurusan Teknik Metalurgi,” katanya, Senin (29/7/2024), dikutip dari laman ITB.

Zaky menuturkan, teman-teman hingga dosennya membangun lingkungan pembelajaran yang mendukung untuk terus mengembangkan diri.

“Kalau dari dosen saya sudah tidak meragukan lagi kualitas dari dosen ITB karena sudah sangat luar biasa. Tinggal sebisa mungkin kita di perkuliahan mendengarkan dengan maksimal,” katanya.

Di sisi lain, ia mengaku mempunyai gaya belajar yang cocok dengan beberapa temannya.

Hal tersebut membuatnya lebih efektif dalam belajar.

Baca juga: Sosok Devi Alumni ITB Pernah Tinggal di Atas Got & Jadi Guru di Pedalaman,Kini Sukses Jadi Konsultan

“Dari segi gaya belajar, saya memiliki kecocokan dengan beberapa teman. Tipe belajar saya harus sambil ‘mengajari’ ke orang lain. Kebetulan beberapa teman saya ada yang gaya belajarnya itu mendengarkan. Saling melengkapi. Saya bisa mengajarkan teman saya mengenai materi kuliah, dan saya juga mendapatkan timbal balik karena teman saya yang mendengarkan itu, dia mendengarkan lebih jeli penjelasan dosen dibandingkan saya. Jadi, saya juga bisa mendapatkan masukan,” ujarnya.

Soal pembelajaran, Zaky mengatakan agar belajar dengan penuh cinta.

Pertama, cinta kepada materi yang diberikan. Hal yang menentukan seseorang dapat belajar atau tidak suatu materi itu, menurutnya, tergantung dari respons kepada materi perkuliahan.

“Kalau pun kita susah mempelajari materi tersebut, setidaknya kita harus cinta terlebih dahulu. Dengan cinta perlahan-lahan kita bisa memahami pelajaran,” ujarnya.

Kedua, cinta orang tua karena orang tua sudah memberikan dukungan dari berbagai segi, baik material, doa, dan sebagainya. “Jangan sampai jerih payah orang tua itu sia-sia karena kita kurang semangat dalam belajar sehingga kurang berprestasi,” ujarnya.

Ketiga, cinta terhadap dosen.

“Dosen sudah mempersiapkan kuliah dengan sangat baik, mulai dari materi hingga menjelaskan di kelas. Kita sebagai mahasiswa selama perkuliahan harus mendengarkan dengan baik dan sebisa mungkin aktif di kelas,” tuturnya.

Zaky ternyata tidak hanya mendapatkan prestasi di bidang akademik, ia aktif di bidang nonakademik.

Zaky tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Metalurgi (IMMG) ITB.

Adapun di tahun terakhirnya, Zaky diamanahi sebagai Kepala Departemen Akademik.

Selain itu, dia aktif di berbagai kegiatan lain seperti menjadi pantia di kegiatan International Process Metallurgy Conference (IPMC) dan beberapa kali memenangi perlombaan, salah satunya juara 2 Case Study Competition The 18th Metallurgy and Materials Week 2023 yang digelar MNMS UI.

Zaky berpesan agar selalu ingat kepada pengorbanan orang tua agar anak-anaknya sukses ketika lelah dalam belajar.

“Bagi teman-teman, kalau ada rasa malas belajar atau maju ke depannya, mungkin kita bisa ingat atas jerih payah orang tua yang sudah bekerja yang sudah memfasilitasi kita dan pastinya sudah mendoakan untuk kesuksesan kita,” katanya.

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved