Kasus DBD Melonjak Tinggi, Sistem Early Warning Oviotrap Mampu Prediksi Penyebaran Jentik Nyamuk
Menurut Executive Founder Oviotrap, Prof Ir Endra Joelianto Ph D SMIEEE, biasanya antisipasi penyebaran nyamuk Aedes aegypti hanya menggunakan abate.
Penulis: Nappisah | Editor: Kemal Setia Permana
"Kuncinya bila genangan air tidak ada maka akan menjadi sangat berkurang," ujarnya.
Baca juga: Dinkes Gencarkan Gerakan Bersama Berantas Sarang Nyamuk, Berharap Kasus DBD di Jabar Segera Turun
Di Kota Bandung, salah satu inovasi untuk menekan kasus DBD adalah dengan hadirnya alat Oviotrap yaitu suatu sistem early warning potensi wabah DBD.
Dengan adanya early warning ini, pemerintah terutama Dinas Kesehatan dapat memprediksi potensi penyebaran DBD.
"Hingga dapat melakukan penanganan yang lebih tepat dan mengurangi anggaran pengendalian penyakit dan penanganan penyakit," ungkapnya.
Endra menyebut alat tersebut berawal dari produk penelitian hasil kolaborasi Rispro LPDP dengan LPIK ITB, Universitas Kristen Maranatha serta Dinas Kesehatan Kota Bandung.
"Fitur yang disediakan oleh alat tersebut mendukung penanggulangan demam berdarah dengan memonitor nyamuk," katanya.
Deteksi alat tersebut akan menghancurkan telur nyamuk agar tidak berkembang.
Tahun lalu sebanyak 75 alat telah dipasang di Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung dan terbukti menekan penyebaran nyamuk Aedes Aegypti.
"Nyaris tidak ada kasus, sebelumnya tahun 2022 itu ada kasus DBD di kawasan tersebut," ujarnya.
Adapun untuk dikomersilkan, alat tersebut hadir dalam dua tipe dengan fitur yang berbeda.
"Harganya lebih tinggi dengan fitur yang kompleks. Kami prediksi masyarakat belum dapat menjangkau untuk dimiliki secara pribadi."
"Jadi ini lebih ke arah servis, misalkan pemerintah, sekolah, institusi mereka pasang untuk menjaga lingkungan," ujarnya.
Baca juga: Preview PERSIB Bandung vs Madura United: Bojan Hodak Minta Pemain Cetak Gol Sebanyak-banyaknya
Lebih lanjut, agar dapat dijangkau oleh masyarakat, tersedia juga alat yang dibanderol ratusan ribu dengan fitur menghitung jumlah telur.
"Fiturnya hanya menghitung jumlah telur dan mengirimkan ke apps. Kalau yang jutaan tadi itu fiturnya bisa menghitung jumlah telur, mengidentifikasi apakah telur nyamuk Aedes Aegypti atau tidak,"
"Telurnya itu sangat kecil, kalau pake alat tertentu harus diteliti lagi untuk identifikasi," kata Endra.
Menurut Endra, Oviotrap juga mampu mengidentifikasi nyamuk tersebut jantan atau betina hingga deteksi nyamuk yang menyebabkan penyakit kaki gajah.
Melalui inovasi teranyar, tersedia kamera dan fitur untuk mengirimkan data ke smartphone.
"Datanya realtime, terhubung data Dinkes bahkan bisa dapatkan laporan data harian, mingguan, dan bulanan," ujarnya. (*)
Kasus Terus Meningkat, 6 Nyawa Melayang akibat DBD di Subang |
![]() |
---|
Kasus Penyakit DBD Jadi Ancaman, Pemkot Bandung Andalkan Teknologi Wolbachia |
![]() |
---|
Waspada, DBD Kembali Merebak di Bandung saat Kemarau Basah, Tembus hingga 1.653 Kasus |
![]() |
---|
Terhambat Efesiensi Anggaran, Pemkot Cimahi Tunda TerapkanTeknologi Peringatan Dini Kebencanaan |
![]() |
---|
Kasus Demam Berdarah Meroket di Cirebon! Januari 2025 Naik Hampir 400 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.