Kasus DBD Melonjak Tinggi, Sistem Early Warning Oviotrap Mampu Prediksi Penyebaran Jentik Nyamuk

Menurut Executive Founder Oviotrap, Prof Ir Endra Joelianto Ph D SMIEEE, biasanya antisipasi penyebaran nyamuk Aedes aegypti hanya menggunakan abate. 

|
Penulis: Nappisah | Editor: Kemal Setia Permana
Tribun Jabar/ Nappisah
Executive Founder Oviotrap, Prof Ir Endra Joelianto PhD SMIEEE saat ditemui Tribun Jabar di Kota Bandung. 

Laporan Wartawan TribunJabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kasus Demam Berdarah (DBD) di Jawa Barat tertinggi secara Nasional. 

Sepanjang 2024, kasus DBD tembus 23.454 kasus. Sementara di Kota Bandung, Dinas Kesehatan Kota Bandung mencatat  sepanjang tahun 2024 hingga bulan April kasus DBD secara kumulatif tembus 3.025 kasus. 

Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.905 kasus DBD di Kota Bandung dinyatakan sembuh.

Salah satu penyebab tingginya kasus DBD adalah kurang kesadaran masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang menyebabkan tumbuh suburnya jentik nyamuk DBD.

Selain itu, pencegahan dan deteksi dini masih tidak bisa dilakukan oleh sebagian besar masyarakat.

Baca juga: Kasus DBD Terus Meningkat, Kini Masyarakat Bisa Lakukan Vaksin Dengue di Rumah

Menurut Executive Founder Oviotrap, Prof Ir Endra Joelianto Ph D SMIEEE, biasanya antisipasi penyebaran nyamuk Aedes aegypti hanya menggunakan abate. 

Abate merupakan perstisida yang bertujuan untuk membunuh larva nyamuk, serta mencegah perkembangbiakan menjadi nyamuk dewasa.  

"Nyamuk Aedes Aegypti bertelur di tempat yang terang dan airnya bersih, sehingga dia seringkali masuk ke rumah kemudian mencari air untuk menetaskan telur," ujar Endra Joelianto saat ditemui di BEC, Kota Bandung, Sabtu (25/5/2024). 

Biasanya, nyamuk Aedes Aegypti hinggap di atas permukaan air berkisar 2,5 centimeter.

Bila sudah menempel di permukaan air, maka telurnya akan jatuh ke air menjadi jentik-jentik, kemudian akan berubah jadi nyamuk Aedes Aegypti.

Alat Oviotrap sistem early warning potensi DBD
Alat Oviotrap sistem early warning potensi wabah Demam Berdarah Dengue (DBD).

Di Kota Bandung, kata dia, kasus DBD termasuk meningkat secara pesat. 

“Di Bandung termasuk endemi, karena setiap tahun selalu muncul dan bahkan dalam satu tahun bisa lebih dari satu kali kejadiannya,” ujarnya. 

Seringnya kasus DBD diakibatkan nyamuk hinggap di genangan air bersih, hal tersebut menjadi sulit dibasmi lantaran genangan air bisa terjadi di mana-mana. 

Bahkan menurut Endra, jentik nyamuk ini bisa bertelur di aquarium meski memiliki filternya, termasuk di dispenser, di bawah kulkas tempat air menggenang dan tempat lain yang berpotensi menjadi sarang telur nyamuk.

"Kuncinya bila genangan air tidak ada maka akan menjadi sangat berkurang," ujarnya. 

Baca juga: Dinkes Gencarkan Gerakan Bersama Berantas Sarang Nyamuk, Berharap Kasus DBD di Jabar Segera Turun

Di Kota Bandung, salah satu inovasi untuk menekan kasus DBD adalah dengan hadirnya alat Oviotrap yaitu suatu sistem early warning potensi wabah DBD

Dengan adanya early warning ini, pemerintah terutama Dinas Kesehatan dapat memprediksi potensi penyebaran DBD

"Hingga dapat melakukan penanganan yang lebih tepat dan mengurangi anggaran pengendalian penyakit dan penanganan penyakit," ungkapnya. 

Endra menyebut alat tersebut berawal dari produk penelitian hasil kolaborasi Rispro LPDP dengan LPIK ITB, Universitas Kristen Maranatha serta Dinas Kesehatan Kota Bandung. 

"Fitur yang disediakan oleh alat tersebut mendukung penanggulangan demam berdarah dengan memonitor nyamuk," katanya. 

Deteksi alat tersebut akan menghancurkan telur nyamuk agar tidak berkembang. 

Tahun lalu sebanyak 75 alat telah dipasang di Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung dan terbukti menekan penyebaran nyamuk Aedes Aegypti. 

 "Nyaris tidak ada kasus, sebelumnya tahun 2022 itu ada kasus DBD di kawasan tersebut," ujarnya. 

Adapun untuk dikomersilkan, alat tersebut hadir dalam dua tipe dengan fitur yang berbeda. 

"Harganya lebih tinggi dengan fitur yang kompleks. Kami prediksi masyarakat belum dapat menjangkau untuk dimiliki secara pribadi."

"Jadi ini lebih ke arah servis, misalkan pemerintah, sekolah, institusi mereka pasang untuk menjaga lingkungan," ujarnya. 

Baca juga: Preview PERSIB Bandung vs Madura United: Bojan Hodak Minta Pemain Cetak Gol Sebanyak-banyaknya

Lebih lanjut, agar dapat dijangkau oleh masyarakat, tersedia juga alat yang dibanderol ratusan ribu dengan fitur menghitung jumlah telur. 

"Fiturnya hanya menghitung jumlah telur dan mengirimkan ke apps. Kalau yang jutaan tadi itu fiturnya bisa menghitung jumlah telur, mengidentifikasi apakah telur nyamuk Aedes Aegypti atau tidak," 

"Telurnya itu sangat kecil, kalau pake alat tertentu harus diteliti lagi untuk identifikasi," kata Endra.

Menurut Endra, Oviotrap juga mampu mengidentifikasi nyamuk tersebut jantan atau betina hingga deteksi nyamuk yang menyebabkan penyakit kaki gajah.  

Melalui inovasi teranyar, tersedia kamera dan fitur untuk mengirimkan data ke smartphone. 

"Datanya realtime, terhubung data Dinkes bahkan bisa dapatkan laporan data harian, mingguan, dan bulanan," ujarnya. (*) 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved