Gempa di Sumedang

Warga yang Rumahnya Rusak Berat Akibat Gempa Sumedang Diusulkan Dapat Bantuan Rp500 Ribu/Bulan

Dana itu akan diterima warga pemilik rumah rusak hingga rumahnya selesai diperbaiki. 

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/ Lutfi Ahmad Mauludin
Apep (50) sedang melihat kondisi rumahnya yang ambruk akibat gempa bumi di RT 01 RW 03, Kelurahan Cipameungpeuk, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Selasa (1/1/2024) 

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Warga di Sumedang yang rumahnya rusak berat akibat gempa bumi di Sumedang akan dapat bantuan uang tunai

Pemerintah Kabupaten Sumedang sedang mengusulkan bantuan itu ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Namun, kekhususan penerima hanyalah yang rusak rumahnya kategori berat. 

"Ya, warga terdampak, yang rumahnya rusak berat, ikut di sanak famili, maka kami ajuka dana itu," kata Penjabat Bupati Sumedang, Herman Suryatman saat diwawancara TribunJabar.id, di rumah dinasnya, Selasa (9/1/2024) sore. 

Dana tersebut dinamai DTH atau Dana Tunggu Hunian.

Nilainya, Rp 500 ribu perbulan.

Suasana di tenda darurat korban terdampak gempa di Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, Rabu (3/1/2024).
Suasana di tenda darurat korban terdampak gempa di Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, Rabu (3/1/2024). (Tribun Jabar/Kiki Andriana)

Dana itu akan diterima warga pemilik rumah rusak hingga rumahnya selesai diperbaiki. 

"Kurang lebih Rp500 ribu per bulan sampai rumahnya direhabilitasi," kata Herman. 

Menurut data yang terpajang di Sitabah.sumedangkab.go.id, ada sebanyak 1.462 rumah rusak dengan tiga kategori: Ringan, sedang, dan berat.  

Herman mengimbau, warga tetap waspada akan potensi gempa, namun tetap juga dalam keadaan tenang saat menghadapi gempa.

Sumedang Dikepung Sesar

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhasil mengidentifikasi sesar baru yang menyebabkan gempa di Kabupaten Sumedang yang terjadi pada 31 Desember 2023.

Sesar baru tersebut diketahui belum pernah terpetakan sebelumnya dan kini dinamai Sesar Sumedang

Seperti diketahui, Kabupaten Sumedang diguncang gempabumi berkekuatan M4,8 dengan lokasi episenter pada koordinat 6,85 derajat LS dan 107,94 derajat BT, atau tepatnya di darat pada jarak 2 km Timur Laut dari pusat perkotaan Sumedang, dengan kedalaman pusat gempa 5 km dari permukaan bumi. 

Berdasarkan analisis BMKG, gempa bumi tersebut diawali dengan 2 gempa pendahuluan, yang terjadi pada pukul 14.35 WIB berkekuatan M4,1 dan pukul 15,38 WIB berkekuatan M3,4, kemudian diikuti beberapa kali gempa susulan dengan kekuatan bervariasi antara M2,4 - 4,5.

Gempa bumi yang terjadi pada 31 Desember lalu merupakan gempa bumi kerak dangkal akibat aktivitas sesar aktif, dengan mekanisme sumber merupakan kombinasi antara pergerakan mendatar dan naik, berarah cenderung Utara-Selatan. 

Hasil monitoring dampak kerusakan akibat gempa secara visual (makroseismik) dan dengan menggunakan peralatan akselerograf, menunjukkan bahwa guncangan gempa bumi tersebut mencapai skala intensitas V-VI MMI (Modified Mercalli Intensity), yang berarti merupakan guncangan kuat dan menimbulkan kerusakan.

Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat, gempa bumi tersebut mengakibatkan 10 orang luka-luka dan 138 rumah rusak yang tersebar di Kabupaten Sumedang (Kecamatan Sumedang Utara, Sumedang Selatan, Tanjungmedar, Tanjungkerta, Jatinangor, Pamulihan, Rancakalong, dan Surian) serta Kabupaten Bandung (Kecamatan Arjasari dan Cicalengka).

"Memperhatikan sebaran gempa bumi susulan, tatanan tektonik (tectonic setting), dan analisis mekanisme sumbernya, gempa bumi tersebut disebabkan oleh Sesar Aktif yang melewati Kota Sumedang yang semula belum terpetakan, untuk selanjutnya sesuai analisis data seismisitas BMKG disebut Sesar Sumedang," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati melalui siaran digital, Senin (8/1/2024).

Dwikorita mengatakan Kabupaten Sumedang merupakan wilayah rawan gempa dengan sumber gempa berasal dari zona tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia di Samudera Hindia, serta dari beberapa sesar aktif di daratan yang sudah terpetakan.

Di Jawa Barat, ada sesar yang sudah terpetakan seperti Sesar Cimandiri, Sesar Cugenang, Sesar Lembang, Sesar Cipamingkis, Sesar Garsela, Sesar Baribis, Sesar Cicalengka, Sesar Cileunyi-Tanjungsari, Sesar Tomo dan Sesar Cipeles, serta beberapa sesar aktif lainnya yang belum terpetakan.

Sementara berdasarkan Katalog Gempa Bumi Merusak dari BMKG (2020), Dwikorita mengatakan wilayah Sumedang telah mengalami gempa bumi sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 14 Agustus 1955 yang menyebabkan banyak kerusakan bangunan dan pada tanggal 19 Desember 1972 dengan kekuatan M4,5 yang mengakibatkan kerusakan bangunan dan longsoran.

"Gempa yang terjadi pada 31 Desember 2023 lalu tidak hanya dirasakan di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung saja, namun juga dirasakan hingga Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, hingga Kabupaten Garut," ujarnya.

Dwikorita mengatakan BMKG bersinergi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang (BPBD), BNPB, SAR dan Kementerian Sosial untuk menenangkan warga dengan memberikan literasi/ edukasi kegempaan, serta langkah-langkah mitigasi dan penyelamatan diri yang harus dilakukan sebelum, saat dan sesudah gempa bumi

BMKG, kata dia, juga telah melakukan survey dan sejumlah kajian di antaranya survei seismisitas, survei makroseismik, survei mikrozonasi, survei deformasi, pemotretan udara dengan lidar, evaluasi morfotektonik, dan survei struktur sesar bawah permukaan.

"Survei-survei tersebut dilakukan untuk memetakan aktivitas dan sebaran gempabumi serta mengetahui secara detail penyebab utama terjadinya gempabumi tersebut, termasuk mengidentifikasi dan memvalidasi jalur sesar," katanya.

Dwikorita menyampaikan sejumlah rumusan rekomendasi BMKG kepada pemerintah daerah dan sejumlah pihak terkait. Rekomendasi tersebut yaitu, pertama, evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang dengan mempertimbangkan Peta Zona Bahaya Gempabumi serta pelamparan Sesar Sumedang. 

Kedua, evaluasi dan penerapan Building Code (aturan standar bangunan tahan gempa) berdasarkan Peta Mikrozonasi berbasis Peak Ground Acceleration (PGA). 

Ketiga, edukasi dan sosialisasi kebencanaan yang berkesinambungan, terkait potensi bencana gempabumi, maupun bahaya ikutannya, serta potensi bencana hidrometeorologi. 

Keempat, masyarakat harus terus didampingi dan diingatkan agar tidak terpengaruh isu-isu yang tidak jelas sumbernya.

"BMKG siap mendukung penuh program edukasi dan literasi kebencanaan kepada masyarakat. Kami juga menghimbau kepada masyarakat agar memonitor perkembangan informasi dari BMKG yang disampaikan melalui berbagai platform resmi, media atau melalui posko utama," katanya.(*)

Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved