Gempa di Sumedang

Gempa di Sumedang Berasal dari Sesar Sumedang, Dosen Teknik Geologi Unpad Sebut Soal Definisi Ini

Dosen Fakultas Teknik Geologi Unpad, Ir Ismawan mengatakan, BMKG telah merilis sesar yang mengakibatkan gempa besar di Sumedang, yakni Sesar Sumedang

|
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Darajat Arianto
DARYONO/BMKG
Bentangan Sesar Gempa Sumedang. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gempa bumi yang terjadi di Sumedang pada momen pergantian tahun ternyata telah disebut oleh BMKG akibat dari adanya pergerakan Sesar Sumedang.

Dosen Fakultas Teknik Geologi Unpad, Ir Ismawan mengatakan, memang BMKG telah merilis sesar yang mengakibatkan gempa besar di Sumedang, yakni Sesar Sumedang.

Namun, sebenarnya sehari sesudah gempa BMKG pun sempat mengeluarkan mekanis sumber yang berasal dari gempa-gempa itu menghasilkan arah gaya mengarah ke barat laut tenggara, yang kemudian dianalisis oleh berbagai lembaga.

Semisal Badan Geologi dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)  meski IAGI tak menentukan sesarnya apa hanya sebatas sesar baru.

"Geologi kan pada 5 Januari ada geoseminar yang membahas sesar itu. Sesar hasil badan geologi itu disebut sebagai Sesar Cipeles yang arahnya utara-selatan. Kemudian, jenis pergerakannya mengiri mendatar," katanya saat dihubungi, Rabu (10/1/2024).

Kemudian, pada Senin lalu BMKG sempat menggelar konferensi pers kembali dan mengeluarkan mekanis sumber yang berbeda dengan yang pertama diumumkan.

Baca juga: Warga yang Rumahnya Rusak Berat Akibat Gempa Sumedang Diusulkan Dapat Bantuan Rp500 Ribu/Bulan

Hasilnya, signifikan perbedaannya dengan didapatkan kesimpulan arah gaya dari barat laut tenggara itu dari timur laut barat daya.

Tapi, mereka menetapkan sesar arah utara-selatan, yang selanjutnya disebutlah Sesar Sumedang.

"Pergerakan itu tak horizontal. Tapi, pergerakannya naik atau patahan naik. Jadi, menyikapi itu saya kira masih sesar (Sumedang) belum didefinisikan dengan tepat," ujarnya mengutip keterangan BMKG.

Disinggung terkait mitigasi bencana yang semestinya dilakukan Pemkab Sumedang perihal adanya Sesar Sumedang, Ismawan mengatakan pertama harus jelas dahulu risiko bencananya.

"Tak bisa tidak dilakukan jika tidak ada patahannya. Sebab, patahannya harus didefinisikan dahulu, kemudian dibuatlah mitigasinya seperti apa. Jika tidak, ya susah," katanya.

"Dari patahan itu dipetakan, peta rawan bencana daerah mana saja yang berpotensi besar, ringan, sampai rendah dan melakukan usaha dalam mengurangi resiko kebencanaan," ucapnya.

Hasil pemotretan udara dan pengukuran lapangan untuk mengidentifikasi struktur geologi akibat gempa pada bedrock dan batuan permukaan. Garis hitam putus-putus menunjukkan arah zona retakan, sedangkan garis merah menunjukkan zona gelincir longsoran.
Hasil pemotretan udara dan pengukuran lapangan untuk mengidentifikasi struktur geologi akibat gempa pada bedrock dan batuan permukaan. Garis hitam putus-putus menunjukkan arah zona retakan, sedangkan garis merah menunjukkan zona gelincir longsoran. (Istimewa)

Ismawan pun menegaskan sebuah sesar tak bisa diprediksi tak seperti halnya gunung api yang biasanya bisa terlihat ada gempa kecil. Bahkan, gempa pun sampai sekarang belum ada teknologi yang mendeteksinya.

Baca juga: Bahaya Mengintai Sumedang, Ada Sesar Baru yang Melintas di Pusat Kota Berdasarkan Analisis

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved