Dua Bocah Kakak-Beradik di Subang Alami Lumpuh Otak, Menunggu Bantuan Pemerintah dan Dermawan

Saat ini, kondisi kedua bocah kakak beradik itu semakin memprihatinkan dan membutuhkan uluran tangan atau perhatian dermawan dan pemerintah.

Penulis: Ahya Nurdin | Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar
Dua bocah kakak beradik mengalami lumpuh otak dan hanya bisa terbaring lemas di kasur di rumahnya di Sukajadi RT/RW 41/12, Kelurahan Soklat, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Subang, Ahya Nurdin

TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Miris sekali melihat nasib yang dialami bocah kakak beradik Alka (11) dan Akhtar (5).

Kakak beradik tersebut sejak lahir didiagnosis mengalami lumpuh otak atau cerebral palsy.

Cerebral palsy adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh.

Kondisi ini dapat terjadi pada masa kehamilan, ketika proses persalinan, atau di tahun pertama setelah kelahiran.

Gejala cerebral palsy atau lumpuh otak sangat beragam.

Pada tingkat paling parah, cerebral palsy dapat menyebabkan kelumpuhan.

Penderitanya mungkin memerlukan peralatan khusus untuk bisa beraktivitas.

Penyakit ini bahkan dapat menyebabkan penderitanya tidak mampu berjalan sehingga memerlukan perawatan seumur hidup.

Kerusakan otak pada cerebral palsy bersifat permanen dan tidak bisa disembuhkan yang menyebabkan gangguan pergerakan dan postur tubuh.

Selain itu, kondisi ini juga dapat menimbulkan gangguan kecerdasan.

Selain itu, gangguan pada otot di sekitar wajah akibat cerebral palsy dapat mengakibatkan penderitanya kesulitan dalam berbicara dan makan.

Penderita cerebral palsy umumnya mengalami gangguan pada pertumbuhan dan perkembangannya.

Terhambatnya pertumbuhan anggota tubuh sehingga ukurannya akan lebih kecil dibandingkan dengan ukuran normal, terlambatnya perkembangan kemampuan gerak, seperti duduk, berguling, atau merangkak, gangguan kecerdasan dan belajar.

Tak hanya itu, kerusakan pada otak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, seperti kejang (epilepsi), gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri, kondisi kesehatan mental, seperti gangguan emosional dan perilaku, ketidakmampuan dalam menahan buang air kecil (inkontinensia).

Dua bocah kakak beradik Alka dan Akhtar menderita lumpuh otak sejak lahir.

Keduanya anak dari pasangan suami istri (pasutri) Asep dan Susi Widiastuti, warga kampung Sukajadi RT/RW 41/12, Kelurahan Soklat, Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Saat ini, kondisi kedua bocah itu semakin memprihatinkan dan membutuhkan uluran tangan atau perhatian dermawan dan pemerintah.

Berdasarkan keterangan ibu kandung Alka dan Akhtar, Susi Widiastuti, kedua anaknya itu memiliki riwayat sakit sejak lahir.

Perempuan beranak dua ini mengungkapkan anak bernama Alka kini berumur 11 tahun dan yang kedua Akthar berusia 5 tahun.

"Kedua anak saya, saat ini tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa, hanya tidur terlentang," ungkap Susi saat ditemui awak media, Sabtu (5/8/2023) malam.

Dia menjelaskan, kedua anaknya pernah dibawa ke rumah sakit.

Namun menurut pihak rumah sakit itu sudah tidak bisa ditangani dengan medis dan harus diterapi.

"Jadi saya hanya bisa pasrah saja, apalagi saya yang hanya orang tidak punya apa-apa dan untuk makan pun sulit apalagi untuk biaya berobat anak saya," jelasnya.

Susi pun mengungkapkan kronologi kedua anak kesayangannya yang kini hanya bisa terbaring tidur di kamar.

"Sebelumnya anak saya mengalami kejang, disertai dingin, tahu-tahu kakinya malah tidak bisa dibalikkan lagi. Saya hanya bisa berdoa dan pasrah saja semoga anak saya bisa sembuh lagi dan bisa bermain seperti anak-anak sebayanya," ungkapnya.

"Dan semoga, ada dermawan yang mau membantu pengobatan kedua anak saya," imbuhnya.

Secara bersamaan Suhna, ketua RT setempat, mengungkapkan sejauh ini sudah banyak kunjungan ke rumah dua anak yang menderita lumpuh otak ini baik dari pemerintah Kelurahan Soklat, perseorangan, hingga komunitas untuk melihat langsung dan memberikan bantuan.

Bahkan membantu untuk perawatan medis keduanya di rumah sakit.

Namun karena tidak ada perubahan dan pihak rumah sakit juga menyampaikan kedua anak ini tidak bisa disembuhkan lagi secara medis, maka si anak kembali dipulangkan.

"Kasihan orang tuanya, saat ini hanya ibunya yang mengurus terus di rumah, sementara ayahnya bekerja keras menjadi buruh serabutan," ucapnya.

Suhna menyayangkan keluarga miskin ini tidak dapat bantuan sebagai penerima manfaat dari pemerintah.

"Dari beberapa tahun bantuan pemerintah bergulir sejak zaman Covid 19, keluarga yang anaknya mengalami kelumpuhan otak ini tetap gak dapat bantuan sosial. Kasihan lah. Udah saya daftarkan ke kelurahan, tapi tetap tidak masuk sebagai penerima bantuan," katanya.

"Saya berharap, ada perhatian dari pemerintah. Apalagi melihat kondisi rumahnya atapnya seperti mau rubuh. Harus segera diperbaiki,"imbuhnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved