Nenek 70 Tahun di Subang Harus Rawat Anaknya yang Depresi, Tinggal Hanya Berdua di Rutilahu

Seorang nenek di Subang terpaksa masih harus tetap bekerja keras demi menghidupi dirinya dan anak semata wayangnya yang mengalami depresi berat.

Penulis: Ahya Nurdin | Editor: Kemal Setia Permana
Tribun Jabar/ Ahya Nurdin
Kapolres Subang, AKBP Sumarni (kedua kiri) memeluk Musriah yang sudah tua namun harus menghidupi dan merawat anaknya, Siti Masitoh (kaos hitam depan) yang mengalami depresi di rumahnya yang tidak layak huni di Dusun Krajan Barat RT08/02 Desa Ciasem Tengah Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Jawa Barat. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Subang, Ahya Nurdin

TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Kisah memilukan hadir dari Kota Ganas, Subang.

Seorang nenek yang seharusnya isirahat di masa tua terpaksa masih harus tetap bekerja keras demi menghidupi dirinya dan anak semata wayangnya yang mengalami depresi berat.

Adalah Musriah (70), warga Dusun Krajan Barat RT 08/02 Desa Ciasem Tengah Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Jawa Barat.

Ia hidup hanya berdua dengan anaknya, Siti Masitoh (48).

Siti Masitoh sendiri adalah janda yang mengalami depresi berat akibat kegagalan membina rumah tangga yang berakhir dengan perceraian.

Lebih mengenaskan lagi, mereka berdua selama ini hanya tinggal di sebuah rumah rutilahu alias tidak layak huni.

Rumah ini hanya berdinding bilik bambu yang sudah keropos dan akan selalu kebanjiran dan bocor bila hujan turun.

Di sisi lain, nenek 70 tahun ini harus menghidupi Siti Masitoh yang belum sembuh dari depresinya. 

Sedangkan untuk merawat dan menghidupi kebutuhan sehari-hari, Musriah hanya mengandalkan penghasilan sehari-hari dengan menjual kue dengan kelililing kampung.

Kue itu pun bukan ia yang membuatnya, namun hanya titipan orang.

Jadi ia berdagang tergantung dengan orang yang menitipkan kue itu kepadanya.

Kepada Kapolres Subang AKBP Sumarni yang menyambanginya, Selasa (2/5/2023), Musriah mengaku penghasilan hasil jual kue hanya sekitar Rp20.000-30.000 perhari

Musriah ketika berjualan kue keliling kampung, ia terpaksa mengunci rumah karena khawatir  Siti akan ngamuk dan kabur dari rumah.

"Saat depresinya sedang kumat, Siti Masitoh sering ngamuk dan merusak barang-barang yang ada di rumah. Saya juga khawatir Siti akan merusak dan membahayakan tetangga jika dibiarkan sendirian," tutur Musriah

Musriah menutukan bahwa Siti Masitoh sudah mengalami depresi sejak usia 18 tahun.

Sementara anakanya tidak pernah merasakan kasih sayang sang ayah sejak lahir.

"Sejak usia 3 bulan dalam kandungan, Siti Masitoh sudah ditinggal oleh ayahnya," kata Musriah.

Menurut Musriah, sejak lahir sampai saat ini, ia menghidupi anaknya seorang diri.

"Siti Masitoh lahir pada 28 Nopember 1975, dan dirawat sendiri oleh saya hingga sekarang usianya sudah 48 tahun," katanya

Di usia 18 tahun di tahun, tepatnya pada 2003, ttur Musriah, Siti Masitoh mengalami depresi akibat gagal membina rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian.

Berbagai upaya sudah dilakukan Musriah untuk mengobati Siti Masitoh.

Namun karena terbentur biaya,  pengobatan pun tak bisa lagi dilakukan.

Hingga saat ini, sudah hampir 20 tahun Siti Masitoh mengalami depresi dan belum bisa disembuhkan.

"Dia suka ngamuk dan merusak barang yang ada dirumah, kadang suka memukuli saya, dan juga kadang suka nyanyi-nyanyi dangdut sendiri," tutur Musriah 

Mendengar cerita dari Musriah, Kapolres Subang AKBP Sumarni, merasa terketuk hatinya sekaligus berempati dengan pengorbanan sosok Musriah yang sudah 48 tahun seorang diri mengurusi dan menghidupi anaknya, Siti Masitoh

"Perjuangan ibu untuk anaknya memang tak bisa dibalas oleh apapun. Contohnya Nenek Musriah ini sudah 48 tahun merawat anaknya. Apalagi dalam 20 tahun ini anaknya mengalami depresi. Namun nenek Masriah tetap sabar dan kuat mengurus Siti Masitoh," ujar Sumarni. 

Menurut Sumarni, kehidupan Masriah di tengah keterbatasan ekonomi tidak menjadi hambatan untuk berhenti bekerja keras demi sang anak.

Sumarni mengaku kagum karena sekalipun sudah berusia 70 tahun, Musriah tetap bekerja keras demi sang anak dengan berjualan kue keliling kampung.

"Nenek Musriah tetap terlihat kuat meski di usia yang tidak lagi muda dan harus keliling kampung berjualan kue, walau pun hasilnya tak seberapa, tapi ia tetap tabah menjalaninya demi menghidupi anaknya yang mengalami depresi," katanya.

Kapolres juga mengaku prihatin dengan kondisi nenek Musriah dan anaknya yang harus tinggal di rumah tak layak huni.

Ia melihat dengan mata kepala sendiri bahwa kondisi rumah yang mereka tinggali sangat memperihatinkan dan tak layak huni.

"Insya Allah secepatnya saya dan masyarakat serta pemerintah desa setempat akan bergotong royong merehab rumah Nenek Musriah, agar beliau bisa tinggal di rumah yang layak huni," katanya.

Demi keamanan dan keselamatan Musriah, Kapolres meminta kepada pemerintah desa setempat untuk bisa segera membawa Siti Masitoh menjalani pengobatan di Rumah Sakit Jiwa.

"Kabarnya kalau lagi kumat, Siti Masitoh ini suka ngamuk dan ngerusak. Jadi demi keamanan dan keselamatan khususnya untuk ibunya," kata Sumarni.  

Dalam kunjungannya tersebut, Kapolres Subang AKBP Sumarni juga memberikan bantuan sembako untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari Musriah dan anaknya Siti Masitoh (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved