Ritual Nyekar Sambut Ramadan di Makam Raja Galuh Penyebar Islam di Ciamis, Berlangsung Hingga Senin
Ratusan warga setempat, kawargian adat hingga pejabat Selasa (14/3) berkumpul di Kompleks Situs Sanghiyang Permana Balaniksa untuk menyambut Ramadan
Penulis: Andri M Dani | Editor: Darajat Arianto
Selama masa pandemi ritual Nyekar ini tetap dilaksanakan meski hanya dengan kalangan terbatas.
“Dan tahun ini kembali meriah serta khidmat. Ada sekitar 250 orang yang hadir,” katanya.

Ratusan orang yang hadir pada ritual Nyekar Selasa (14/3) tersebut kawargian adat dari berbagai kabuyutan di Ciamis, Banjar, Pangandaran, Galunggung Tasikmalaya, Kawasen Banjarsari, warga setempat berikut para petugas dan aparat pemerintah.
Menurut Ki Aif Syarifudin, ritual adat Nyekar tersebut dimulai pukul 09.00 dan selesai menjelang Zuhur.
Baca juga: Apa Itu Munggahan? Tradisi Masyarakat Sunda yang Biasa Dilakukan Menjelang Bulan Puasa Ramadan
Diawali dengan mapah atau jalan bersama sekitar 50 meter dari Saung Padepokan menuju Situs Sanghiyang Permana Balaniksa.
Kemudian tawasulan di komplek makam oleh sesepuh berlanjut dengan “nyekar” menaburkan bunga dan air yang berasal dari 7 mata air yakni mata air dari Galuh Salawe, Galuh Kertabumi, Galuh Kawasen, Panjalu, Astana Gede Kawali, Jambansari dan Cikahuripan Situs Galuh Karangkamulyan (Ciung Wanara).
Prosesi tabur bunga dan penyiraman air dari tujuh mata air ke makam Sanghiyang Permana Balaniksa diawali oleh Abah Latif dari Situs Galuh Salawe, kemudian oleh Abah Nani (penemu alat musik klotik) , Eyang Lewo, perwakilan kabuyutan lainnya, para pejabat, hingga masyarakat.
Kemudian sebelum meninggalkan komplek makam, para hadirin bermusafaah, saling bersalam-salaman, saling memaafkan. Lantas kembali ke saung padepokan.
Ritual adat tradisi Nyekar dilanjutkan dengan nganguar sejarah Sanghiyang Permana Balaniksa yang disampaikan oleh Ki Aif Syarifudin.
Berlanjut dengan sambutan-sambutan. Serta hiburan tradisi berupa penampilan eni cilempung, kacapian serta paduan suara ibu-ibu setempat (PKK).
Ritual adat Nyekar ditutup dengan makan bersama, menyantap nasi liwet dan nasi tumpeng yang sudah disiapkan.
Makan bersama menyambut datangnya bulan puasa (munggahan) tersebut menjadi penutup tradisi adat Nyekar.
“Inti dari tradisi adat Nyekar adalah ziarah kemakam leluhur menjelang masuknya bulan suci Ramadan. Sekaligus bersilaturahmi, saling maaf maafan (musafaah) membasuh dosa. Dan ditutup dengan makan bersama (munggahan),” tutur Ki Aif Syarifudin.
Menyambut datangnya bulan suci Ramadan, setidaknya ada 10 ritual adat yang digelar secara turun temurun warisan leluhur di Ciamis.
Mulai dari tradisi Nyepuh di Situs Panghulu Gusti di Desa Ciomas Panjalu yang sudah digelar Sabtu (11/3) lalu.
menyambut Ramadan
Raja Galuh
Kecamatan Cijeungjing
Kabupaten Ciamis
Kabuyutan Galuh
Sungai Citanduy
ritual
Gagahnya Bupati Garut, Kenakan Baju Kerajaan Galuh di Semarak Kirab Budaya HUT ke-80 Jabar |
![]() |
---|
Pakai 'Sadaya', Pemkab Ciamis PAstikan Bantuan Disabilitas dan Lansia Tepat Sasaran |
![]() |
---|
Duh, Banyak BPJS Kesehatan Warga Maleber Ciamis Tiba-tiba Nonaktif, Lurah Fokus Bantu yang Mendesak |
![]() |
---|
Beda dengan Cirebon Cirebon, Ciamis Pilih Tak Naikkan PBB demi Jaga Stabilitas Ekonomi Daerah |
![]() |
---|
Suami Istri di Ciamis Kompak Jadi Pelaku Curanmor, Modus Rayuan untuk Memikat Korban |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.