Soal Pemukulan Wasit yang Dipicu Kartu Merah, Kades di Ciamis Sudah Ingatkan Panpel Soal Keamanan

Soal babak semifinal sepakbola di Ciamis kades setempat sudah mengingatkan panpel untuk tingkatkan pengamanan. Mengingat penonton sudah semakin banyak

Penulis: Andri M Dani | Editor: Darajat Arianto
Tangkap layar video warga
Suasana insiden pengeroyokan wasit pada laga semifinal turnamen Urip Cup di Lapangan Bola Sawangan Kertajaga, Desa Sukajaya, Pamarican, Ciamis, Jumat (10/3/2023) sore. 

Laporan wartawan Tribunjabar.id, Andri M Dani

TRIBUNJABAR.ID,CIAMIS – Menjelang babak semifinal open turnamen sepak bola “Urip Cup” dengan home turnamen di Lapangan Sawangan Dusun Kertajaga RT 01 RW 01 Desa Sukajaya Kecamatan Pamarican sebenarnya kades setempat sudah mengingatkan panpel untuk tingkatkan pengamanan.

Pasalnya penonton sudah semakin banyak.

“Sebenarnya soal keamanan saya sudah beberapa kali ingatkan panpel (EO lokal dari Pamarican), terlebih sebelum pelaksanaan pertandingan babak semifinal. Tapi tidak tahu kenapa, kemarin terjadi keributan. Ada penonton dan pemain yang keroyok wasit,” ujar Kades Sukajaya Herdis Siswanto yang dihubungi Tribun Sabtu (11/3).

Mengingat mendekati babak final, penonton semakin banyak dan semakin rawan soal keamanan.

“Sebenarnya babak delapan final penonton sudah makin banyak. Terlebih waktu Gazebo lawan Bagolo Pangandaran, hampir-hampiran. Tapi berakhir kondusif. Kalau kemarin sore penonton jauh lebih banyak. Karena sudah babak semi final, menunggu hasil siapa yang bakal masuk final,” katanya.

Laga semi final Jumat (10/3) sore tersebut berhadapan Gazebo FC (tim lokal Pamarican ) vs PSG (Ciamis) untuk menentukan klub mana yang lolos ke babak final.

Nantinya akan melawan Tasik Selection yang sudah lebih dulu lolos ke babak final.

Baca juga: Insiden Wasit Dikeroyok di Ciamis, Turnamen Urip Cup Ternyata Sudah Berlangsung Sejak Sebulan Lalu

Karena yang bertanding klub lokal Pamarican (Gazebo FC) lawan PSG (Ciamis) Jumat (10/3) sore tersebut penonton jauh lebih banyak dari biasanya.

Dipicu kartu merah

Pada babak pertama, pertandingan berlangsung kondusif meski pemain lokal Gazebo, bernomor punggung 95 mendapat kartu kuning dari wasit karena melakukan pelanggaran.

Memasuki babak kedua, laga mulai panas, skor masih bertahan 0-0. Kedua tim sama ngotot untuk memenangkan pertandingan tersebut.

Terlebih pada menit ke-70, pemain bernomor punggung 95 kembali diganjar kartu kuning kedua karena melakukan pelanggaran. Kemudian berbuah kartu merah.

Tidak terima diganjar kartu merah, pemain tersebut protes, suporter pun masuk ke lapangan. Pertandingan sempat terhenti sekitar 10 menit.

Tapi kemudian berlanjut kembali dengan tendangan bebas untuk PSG dari luar kotak finalti.

“Tapi tidak masuk. Skor 0-0 tetap tak berubah sampai wasit meniup pluit pertandingan waktu normal selesai," kata Kades Herdis yang akrab dipanggil Kuwu Haris tersebut.

"Sebenarnya pertandingan akan berlanjut dengan adu penalti untuk menentukan siapa yang lolos ke final," ujarnya.

"Tapi pemain yang tadi di kartu merah bersama sejumlah suporter nya masuk ke lapangan langsung mengejar wasit. Terjadilah pengeroyokan tersebut, ribut jadinya,” kata Kades.

Insiden pengeroyok wasit oleh pemain dan suporter tersebut menurut Herdis dipicu oleh kartu merah yang dikeluarkan wasit.

Baca juga: Wasit yang Dikeroyok pada Open Tournament di Ciamis Tak Dirawat, Ada Luka Memar di Mata dan Wajah

“Mungkin karena salah paham atau ketidakpuasan terjadilah pengeroyokan tersebut. Wasitnya sampai terjatuh dikeroyok ramai-ramai,” katanya.

Selain sudah mengingatkan panpel beberapa kali, sebenarnya menurut Kades Haris, sewaktu teknikal meeting , semua klub sudah diingatkan dan sudah ada perjanjian, bila terjadi keributan yang melibatkan suporter atau pemain.

Suporter dan pemain yang terlibat akan kena sanksi dan kena denda.

“Aturannya begitu, sekarang jadinya begini. Jadi ramai, malu juga Sukajaya. ” ucap Herdis alias Haris.

Open Turnamen sepak bola “Urip Cup” yang memperebutkan uang pembinaan jutaan rupiah tersebut menurut Kades Herdis sudah berlangsung sejak dua bulan lalu dimulai dengan babak penyisihan yang diikuti 24 klub. Ke-24 klub tersebut berasal dari Ciamis, Kota Banjar, Pangandaran dan Tasikmalaya.

“Tim lokal Pamarican ada 4 klub. Termasuk Gazebo FC berasal dari Pamarican tapi kebanyakan pemainnya dari PSGC Senior plus pemain lokal Pamarican," kata dia.

"Sedangkan lawannya PSG (Ciamis) katanya kebanyakan adalah pemain PSGC yunior. Jadi antara pemain kedua tim (Gazebo FC dan PSG ) tidak ada masalah,” imbuhnya.

Dengan terjadinya insiden pemukulan wasit Jumat (10/3) sore tersebut, PSSI Ciamis katanya menghentikan turnamen.

“Artinya Minggu (12/3) tidak ada pertandingan final. Mudah-mudahan bisa ditutup dengan juara bersama saja,” ujar kades Herdis.

Baca juga: Wasit Dikeroyok Pemain Hingga Masuk Rumah Sakit, Turnamen Urip Cup di Ciamis Dihentikan PSSI

Padahal sejak open turnamen “Urip Cup” tersebut berlangsung selama dua bulan terakhir terutama setiap hari Sabtu dan Minggu, warga setempat punya kesempatan memperoleh pendapatan, dengan berjualan berbagai macam makanan, minuman dan segala macamnya. Termasuk jasa parkir.

“Jelas adanya open turnamen ini memberikan kesempatan ekonomi bagi warga. Sebelum sekarang, terakhir open turnamen bola di Lapangan sawangan, tahun 2016 lalu,” ungkap Herdis yang rumahnya memang tidak jauh dari lokasi Lapangan Sawangan Sukajaya tersebut. (*)

Silakan baca berita Tribunjabar lainnya di GoogleNews

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved