PVMBG Beri Tiga Rekomendasi kepada Pemkab Garut Setelah Gempa Bumi Magnitudo 4,3, Ini Isinya

PVMBG memberikan tiga rekomendasi yang harus dilakukan Pemerintah Kabupaten Garut setelah terjadi gempa magnitudo 4,3 pada Rabu (1/2/2023).

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Giri
Tribun Jabar/Sidqi Al Ghifari
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo, saat memeriksa kondisi bangunan di Kampung Pengkoran, Desa Cisarua, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (4/2/2023), yang rusak akibat gempa magnitudo 4,3 pada Rabu (1/2/2023).  

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan tiga rekomendasi yang harus dilakukan Pemerintah Kabupaten Garut setelah terjadi gempa magnitudo 4,3 pada Rabu (1/2/2023).

Hal tersebut disampaikan setelah PVMBG melakukan pemeriksaan sementara di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang menjadi titik paling parah akibat gempa.

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Supartoyo, mengatakan, ketiga rekomendasi tersebut, yaitu mitigasi bencana, pengaturan tata ruang, dan pembentukan peraturan daerah (perda) tentang aktivitas di kawasan gempa bumi.

Dia menuturkan, ketiga rekomendasi tersebut bisa menjadi obat yang paling ampuh untuk mengurangi risiko bencana akibat gempa bumi.

"Pertama tingkatkan mitigasi, upaya mitigasi struktural dan non-struktural yaitu dengan menentukan tempat dan jalur evakuasi," ujar Supartoyo kepada Tribunjabar.id saat melakukan pemeriksaan di Desa Cisarua, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (4/2/2023).

Upaya mitigasi tersebut, menurutnya, sebagai jalan untuk melindungi masyarakat yang bermukim di kawasan rawan gempa bumi, seperti Kecamatan Samarang dan Pasirwangi.

Baca juga: Kerusakan Akibat Gempa Bumi Magnitudo 4,3 di Garut Terus Bertambah, Rumah Bambu Tergolong Aman

Masyarakat di kawasan tersebut, ucap Supartoyo, harus dilatih agar tidak kebingungan saat bencana alam seperti gempa terjadi.

"Kedua, pengaturan tata ruang. Ini tentunya bagaimana mengatur pemukiman di kawasan rawan gempa bumi," ucapnya.

Hal tersebut, menurutnya, harus diatur sedemikian rupa agar masyarakat di kawasan yang berisiko gempa bisa paham soal tata ruang.

Masyarakat juga, menurutnya, harus didorong untuk mengetahui pentingnya peran pengurangan risiko bencana untuk mengurangi kerugian jiwa serta kerusakan harta benda di daerah rawan bencana.

"Ketiga, harus dibuat perda yang berkaitan dengan yang katakanlah aktivitas di kawasan gempa bumi. Harus ada perda. Kalau tidak ada perda susah kan untuk menindak," ucapnya.

Supartoyo menjelaskan, dari hasil pemeriksaannya kerusakan akibat gempa bumi, khususnya di kawasan Samarang dan Pasirwangi, bukan hanya terjadi oleh gempa, melainkan ada peran topografi yakni kawasan yang berbukit.

Baca juga: Ancaman Besar Sesar Garsela, Objek Wisata Darajat Garut Perlu Dikaji dalam Hal Risiko Gempa

Akibatnya, ditemukan adanya retakan tanah yang mengarah ke lereng yang terindikasi akan terjadi gerakan tanah di kemudian hari.

"Ini juga perlu diwaspadai ke depannya, dengan data-data ini nanti kita akan berikan rekomendasi teknis baik kepada pemkab maupun kepada penduduk yang ada di wilayah bencana," kata Supartoyo.

Di dua kecamatan itu, menurutnya, terdapat kawasan yang berdekatan dengan Sesar Garsela, gempa magnitudo 4,3 itu guncangannya sampai berskala 5 modified Mercalli intensity (MMI).

Skala tersebut membuat masyarakat bisa merasakan guncangan gempa meski sedang berada di luar bangunan.

"Maka harus dibatasi perkembangannya, jumlahnya, rumahnya ya, terutama bangunan-bangunan yang berada di lereng sisi tebing, tidak direkomendasikan," ujarnya.

Baca juga: Sesar Garsela Picu Gempa Bumi di Garut, Pemkab Siapkan Langkah Edukasi Khusus Tingkat Desa

"Di Pasirwangi, misalnya, di Kampung Mulyasari itu kan kondisinya hampir sama dengan yang di Cianjur, ruang terbukanya susah, jalan terbukanya sempit sehingga waktu terjadi gempa bumi ke mana harus evakuasi, riskan" ucapnya.

Ia menuturkan, pihaknya bersama tim tanggap darurat akan berada di Kabupaten Garut selama beberapa hari ke depan untuk melakukan pengukuran kondisi karakteristik tanah akibat guncangan gempa secara lebih detail.

Terkait kawasan objek wisata Darajat, menurutnya, saat ini dalam kondisi tidak terdampak kemungkinan bangunan di kawasan tersebut sudah didesain antigempa.

Ia berharap masyarakat yang bermukim di lokasi rawan gempa bisa mengikuti kaidah-kaidah dengan membangun bangunan tahan gempa.

"Dan pada daerah perbukitan juga harus mengikuti ini atau penguatan lereng. Lereng terjal harus dilandaikan dibuat terasering, supaya mengurangi keterjalan dari lereng," ucapnya.  (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved