Keracunan MBG di Garut
Bupati Garut Terbitkan Edaran Keamanan Pangan Menyusul Bertambahnya Pelajar yang Keracunan MBG
Dinkes Garut belum bisa memastikan apa yang menjadi penyebab ratusan pelajar di Kecamatan Kadungora mengalami dugaan keracunan massal.
Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Kemal Setia Permana
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari
TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jawa Barat belum bisa memastikan apa yang menjadi penyebab ratusan pelajar di Kecamatan Kadungora mengalami dugaan keracunan massal.
Sampel makanan dan lainnya diketahui sudah dikirim untuk diuji di laboratorium, namun hasilnya belum keluar.
Kepala Dinkes Garut, Leli Yuliani, mengatakan pihaknya tidak ingin menduga-duga sebelum ada hasil resmi.
"Belum (diketahui penyebabnya). Kita enggak mau tebak-tebakan. Nanti saja tunggu (hasil pemeriksaan laboratorium)," ujar Leli, Sabtu (20/9/2025).
Ia menuturkan jumlah yang mengalami keracunan mencapai 657 orang setelah sebelumnya tercatat 569 orang dari murid SD, SMP hingga Siswa SMA sederajat di wilayah Kadungora hingga kemarin.
Ratusan korban mengalami gejala ringan, kemudian yang masih dirawat di Puskesmas Kadungora tinggal 10 orang.
Baca juga: Dibuang Persib, Penyerang Ini Malah Masuk Jajaran Top Skor Super League, Bobotoh Kaduhung?
"Semuanya gejalanya ringan," ucapnya.
Atas peristiwa tersebut Lely menjelaskan, Bupati Garut Abdusy Syakur Amin telah menerbitkan surat edaran sebagai langkah pencegahan.
Seluruh pegawai program Makan Bergizi Gratis (MBG) ucap Lely diwajibkan mengikuti pelatihan keamanan pangan.
Menurutnya, beberapa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memang sudah lebih dulu mengikuti pelatihan tersebut. Namun lewat surat edaran itu, kewajiban pelatihan dipertegas kembali agar seluruh pegawai benar-benar ikut.
"Cuma kan itu karena kemarin-kemarin mungkin ya, ada yang belum juga," tandasnya.
Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina mengatakan saat ini pihaknya saat ini menghormati setiap proses investigasi.
Pihaknya juga tengah menunggu hasil lab dari beberapa sampel yang masih diperiksa di Bandung.
"Kita hormati dulu proses ya, fokus kami saat ini menyembuhkan pasien dan mencari siapa tahu ada korban yang belum ditangani," ungkapnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.