Gempa Bumi di Garut

Kerusakan Akibat Gempa Bumi Magnitudo 4,3 di Garut Terus Bertambah, Rumah Bambu Tergolong Aman

umlah kerusakan akibat gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Garut berkekuatan magnitudo 4,3 pada Rabu 1 Februari 2023 terus bertambah

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/SIDQI AL GHIFARI
Anggota polisi membersihkan material bekas reruntuhan akibat gempa di Kampung Mulyasari, Desa Barusari, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang terdampak gempa magnitudo 3,4, Rabu (1/2/2023) malam. 

Laporan wartawan kontributor Tribunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Jumlah kerusakan akibat gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Garut berkekuatan magnitudo 4,3 pada Rabu 1 Februari 2023 terus bertambah.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, dari hasil pendataan di hari keempat ini, ada 97 penambahan data rumah rusak ringan khususnya di Kecamatan Samarang.

"Untuk Kecamatan Samarang ini terus saya cek, awalnya 45 ternyata sekarang bertambah jadi 142, memang betul banyak kerusakan," ujarnya saat diwawancarai Tribunjabar.id saat meninjau lokasi gempa di Kecamatan Samarang, Sabtu (4/2/2023) siang.

Ia menuturkan pemukiman warga di Kecamatan Samarang diketahui terpisah-pisah sehingga perlu waktu untuk petugas mengecek kondisi kerusakan yang terjadi.

Kebanyakan rumah yang mengalami kerusakan menurutnya adalah  bangunan permanen yang sudah lapuk usianya.

Helmi mengimbau masyarakat sekitar yang berdekatan dengan sesar Garsela untuk membangun rumah dengan konstruksi yang tahan gempa.

"Seperti ini rumah-rumah kayu bambu itu kan alhamdulillah tidak ada masalah, pada bagus," ucapnya.

"Nah yang rumah tembok yang tidak memakai arsitektur yang baik itulah yang masalah, yang riskan. Cocoknya (di sini) kayu dan bambu tapi bangunan beton juga tidak masalah, kalau konstruksinya sesuai dengan arahan teknik sipil atau arsitek," lanjutnya.

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dr Supartoyo mengatakan dari hasil pemantauannya di Kecamatan Samarang, tidak ada pemukiman warga yang harus direlokasi.

"Tapi mungkin ingat juga harus dibatasi perkembangan (bangunan), karena ini merupakan wilayah yang tersusun oleh perbukitan bergelombang terjal," ujarnya kepada Tribunjabar.id saat melakukan pemeriksaan di Desa Cisarua, Kecamatan Samarang Kabupaten Garut.

Terutama di kawasan yang berbukit terjal karena berisiko tinggi adanya pergerakan tanah.

Supartoyo menjelaskan hasil pemantauan pihaknya, kawasan Samarang merupakan kawasan yang tersusun oleh perbukitan yang bergelombang juga berdekatan dengan sesar Garsela.

"Jadi memang batasilah (pemukiman), kecuali di daerah-daerah yang jauh dari tebing," ungkapnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved