Marak Info Penculikan di Sejumlah Daerah di Jabar, Sosiolog Unpar Duga Sengaja Diciptakan

Informasi dugaan penculikan anak, belakangan marak beredar di sejumlah daerah di Jawa Barat.

Humas Polres Sumedang
Unggahan kabar bohong tentang penculikan sembilan murid SDN Pasirlaja dan SDN Sukanandur di Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, yang sempat membuat heboh.  

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Informasi dugaan penculikan anak, belakangan marak beredar di sejumlah daerah di Jawa Barat.

Informasi tersebut tersebar melalui pesan berantai di aplikasi percakapan WhatsApp.

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Ibrahim Tompo mengatakan, informasi tersebut hanya beredar di aplikasi percakapan saja dan tidak dibarengi dengan laporan ke pihak kepolisian.

Baca juga: Heboh Isu soal Penculikan Anak di Cimahi dan Bandung Barat, Ini Penjelasan Polisi

"Tidak ada laporannya, itu kasusnya sama seperti di Makasar, diinformasikan ada penculikan ternyata pergi sama teman atau pasangannya," ujar Ibrahim Tompo, saat ditemui di Mapolrestabes Bandung, Jumat (27/1/2023).

Sosiolog Universitas Parahyangan (Unpar), Garlika Martanegara menduga, informasi soal penculikan anak di sejumlah daerah di Jawa Barat itu sengaja dibuat kelompok tertentu untuk menciptakan keresahan di masyarakat.

"Saya melihatnya ini berkaitan dengan tahun-tahun politik kita ke depannya, jadi mungkin ada kelompok yang menciptakan aksi teror, karena apapun juga bentuknya itu kan teror, meskipun tidak secara fisik," ujar Garlika, saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Tujuannya, kata dia, untuk menciptakan keresahan dan rasa ketakutan di masyarakat. Rasa ketakutannya itu, kata dia, bermacam-macam, bisa secara psikologis atau secara fisik.

"Tapi yang ini terornya secara psikologis, walaupun tidak ada kejadiannya (penculikan anak) orang tua yang anaknya bisa pergi sendiri otomatis akan protect, tidak mungkin enggak. Walaupun dari kepolisian menyatakan tidak ada kejadian itu (penculikan anak)," katanya.

Menurutnya, untuk mengetahui informasi penculikan anak ini by desain atau bukan, dapat dilihat dari polanya. Biasanya, kata dia, kalau serentak, itu sudah pasti diciptakan kelompok tertentu.

"Ya, ini kan kejadiannya random. Ada di Makassar, di Jawa Barat dan daerah lain. Kalau bukan by desain, itu cukup satu titik kejadiannya, kalau ini kan nyebar di daerah lain," katanya.

"Kalau saya mencurigai ini by desain semuanya, apalagi non fisik, itukan lebih mudah menciptakannya, tinggal asal saja menyebut daerahnya dan bukan hal sulit membuat teror di dunia maya itu," tambahnya.

Baca juga: Kasatreskrim Pangandaran Tegaskan Isu Penculikan Anak Itu Kabar Hoaks

Adapun tujuannya, kata dia, sengaja dibuat agar masyarakat merasa tidak aman dan resah sehingga menganggap bahwa pemerintah tidak dapat menyelesaikan masalah seperti ini.

"Saya melihatnya ini berkaitan dengan persiapan kontestasi politik tahun depan, mungkin ada pihak-pihak yang memperlihatkan seolah-olah bahwa pemerintah sekarang ini tidak bisa menciptakan keamanan bagi masyarakat, mungkin seperti itu," katanya.

Apalagi, kata dia, pesan berantai berisi informasi penculikan anak itu, kata dia, disebar oleh kelompok tertentu secara acak.

"Teror pesan berantai ini kan dilakukan secara acak ya, dari 1000 orang yang menerima informasi atau teror itu, saya yakin paling tidak 10 persennya akan termakan dengan rasa ketakutan yang ada, sehingga merasa ini sudah tidak aman," ucapnya.

Ia mengimbau kepada masyarakat yang menerima informasi penculikan anak, sebaiknya melakukan klarifikasi atau mengecek kebenarannya dan tidak ikut-ikutan menyebarkan.

"Sebaiknya, ketika menerima berita itu dibaca dan ditelaah dulu, syukur-syukur bisa dicek dulu, kalau misalnya tidak benar, bantu klarifikasi dinetralisir. Cuma, kapasitas orang ketika mendapatkan pesan berantai itu berbeda pola pemikirannya," ucapnya.

Baca juga: Polres Karawang Tegaskan Informasi Penculikan Anak Adalah Hoaks, Jika Ragu Lapor ke Kapolres

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved