Gempa Bumi di Cianjur

Cerita Warga Lihat Lereng Gunung Pangrango Longsor, Satu Kampung Tak Ada yang Terluka

Tidak ada korban jiwa maupun luka di kampung ini. Kerusakan rumah pun hanya rusak ringan sampai sedang saat gempa terjadi.

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin
Tenda pengungsi di kaki Gunung Gede Pangrango dihuni warga Kampung Pasirmalang, Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Cianjur. 

"Ada 31 posko tenda darurat di sini, agar merata warga selalu dibagi rata setiap stok yang ada, termasuk di hari pertama saat belum ada stok," katanya.

Termasuk saat bantuan mulai masuk. Posko utama yang menyimpan bantuan didirikan di pinggir kampung diupayakan untuk berhemat dalam pemakaian logistik.

"Kami tidak tahu harus berapa lama lagi tinggal di tenda, jadi kami selalu berhemat dalam menggunakan bantuan logistik yang datang," katanya.

Tenda yang digunakan mengaji anak-anak malam hari cukup besar, pada siang hari tenda tersebut digunakan kaum bapa untuk berkumpul.

Muksin mengatakan, sebagain besar warga kampung sedang berada di lembah dan lereng bukit saat gempa terjadi. Jadi mereka tak mengetahui genting rumahnya pada berjatuhan.

Namun beberapa warga yang sedang berada di kebun sempat melihat pergerakan tanah diikuti suara gemuruh yang datang dari lereng Gunung Gede Pangrango menuju ke bawah arah Cugenang.

"Warga yang berada di kebun terperanjat mendengar suara gemuruh datang dari lereng gunung, suara gemuruh itu diikuti dengan tanah yang bergerak-gerak dari atas lereng gunung menuju ke bawah arah Cugenang dan Cianjur kota," ujar Muksin.

Muksin mengatakan trauma warga berlanjut saat gempa susulan terus terjadi, makanya hingga saat ini meski tak ada korban namun gempa susulan selalu dirasakan cukup keras oleh warga Pasir Malang.

"Di tenda warga merasa aman, di sini kami terapkan kekeluargaan dan pemerataan pembagian setiap ada bantuan," katanya.

Keramahan warga Kampung Pasirmalang terlihat karena setiap ada tamu yang datang warga dengan sukarela mengawal maupun mengantar melewati jalur ekstrem untuk masuk maupun keluar kampung.

Hujan deras turun menjelang petang, warga kembali menyeduh kopi dan melanjutkan obrolan ringan sebagai hiburan rutin di sore hari.(fam)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved