Rela Berkorban Selama Pandemi, Ribuan Nakes Honorer Demo di Gedung Sate Tuntut Jadi PPPK / ASN

Sekitar seribu tenaga honorer dari kabupaten dan kota di Jabar berunjuk rasa di Gedung Sate, menuntut pemerintah mengangkat mereka jadi PPPK atau ASN

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/MUHAMAD SYARIF ABDUSSALAM
Sekitar seribu tenaga honorer dari kabupaten dan kota di Jabar berunjuk rasa di Gedung Sate, Jumat (5/8/2022). Mereka menuntut pemerintah mengangkat mereka jadi PPPK atau ASN, apalagi selama pandemi banyak berkorban demi masyarakat. 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sekitar seribu tenaga honorer dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (5/8/2022).

Mereka menuntut pemerintah mengangkat mereka segera menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) atau ASN.

Aksi mereka diawali dengan lomgmarch dari beberapa titik kumpul kemudian berkumpul kembali di Jalan Diponegoro di depan Gedung Sate.

Akhirnya, kumpulan massa ini secara otomatis menutup Jalan Diponegoro.

Mereka membentangkan poster-poster protes kepada pemerintah yang dinilai hanya menyebut mereka sebagai garda terdepan penanganan Covid-19.

Namun setelah wabah mereda mereka harus menghadapi kebijakan penghapusan honorer pada 2023.

Awalnya, mereka menggelar musyawarah Honorer Nakes dan Non Nakes yang bekerja di Fasyankes milik pemerintah dari seluruh Jawa Barat.

Aksi damai ini didasari tuntutan mereka yang disampaikan berkali-kali melalui audiensi serta cara halus lainnya namun tidak menghasilkan suatu hasil keputusan yang berpihak kepada para honorer fasyankes.

Baca juga: Hari Ini Ribuan Honorer Nakes Sukabumi Demo di DPRD Sukabumi, 2023 Akan Dihapus

Padahal selama ini, mereka mengabdi di instansi pemerintah baik di kota maupun kabupaten, dan selama ini menjadi ujung tombak pada masa pandemi Covid-19.

Bahkan di antara para honorer banyak yang menjadi korban demi upaya menyelamatkan masyarakat akibat pandemi Covid-19.

Tenaga honorer rekam medis dari Kabupaten Subang, Roib (52), memgatakan sudah menjadi honorer sejak 16 tahun lalu.

Hal terberatnya adalah saat menghadapi pandemi di fasyankesnya.

"Kami berharap hak kami diperjuangkan supaya diakui sebagai ASN. Jangan dites lagi, semua sudah terbukti kita bisa melewati pandemi," katanya.

Hal serupa dikatakan Tresna (38) yang menjadi pramubakti di RSUD Kabupaten Bekasi.

Ia mengatakan berharap menjadi ASN tanpa dites lagi karena kinerja mereka telah terbukti pada masa darurat kesehatan pandemi Covid-19.

"Saya bertugas di ruang operasi, tertular Covid-19 juga dari situ. Kami sudah mengalami masa-masa berat saat pelayanan di masa Covid. Supaya semuanya bisa terselamatkan dan sembuh. Sekarang, kenapa kami seolah-olah mau dilupakan," katanya.

Baca juga: Perjuangkan Nasib Nakes Honorer, DPRD Sumedang Usul Permen Tentang Penghapusan Honorer Ditinjau Lagi

Pihak rumah sakit, kata Tresna, hanya bisa memintanya mengikuti tes supaya bisa menjadi ASN, namun tidak bisa memastikan ia dapat lulus.

"Saya tidak tahu apakah pada 2023 saya masih bisa bekerja. Kami berharap pemerintah tidak melupakan kami. Kami tidak pandang bulu kalau pelayanan kesehatan, kenapa sekaramg pemerintah pilih-pilih. Kita selama ini pertaruhkan nyawa, kenapa sekarang malah dipertaruhkan," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved