Pak Uu Janjikan Penanganan Kasus Bully Parah di Tasikmalaya Tetap Dilakukan Secara Maksimal

Uu Rhuzhanul Ulum, memastikan penanganan bully yang membuat seorang anak di Tasikmalaya depresi dan meninggal dunia tetap berjalan maksimal.

Tribun Jabar/ Muhamad Syarif Abdussalam
Wakil Gubernur Jabar, Uu Rhuzhanul Ulum, memastikan penanganan bully yang membuat seorang anak di Kabupaten Tasikmalaya depresi dan meninggal dunia setelah dipaksa melakukan adegan tidak senonoh dengan kucing, tetap berjalan maksimal. 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, memastikan penanganan bully yang membuat seorang anak di Kabupaten Tasikmalaya depresi dan meninggal dunia setelah dipaksa melakukan adegan tidak senonoh dengan kucing, tetap berjalan maksimal.

"Kami ditugaskan oleh Pak Gubernur Jabar Ridwan Kamil untuk mengundang aparat terkait dan juga komunitas yang lain membahas bullying yang ada di Kabupaten Tasikmalaya," katanya di Gedung Sate, Senin (25/7/2022).

Ia mengatakan, perhatian Pemprov Jabar terkait dengan kasus bully ini sebagai perhatian khusus Gubernur Jabar Ridwan Kamil terhadap masalah anak yang ada di Jabar.

Baca juga: FAKTA-fakta Bocah di Tasik Dipaksa Asusila dengan Kucing, Sering Dirundung, Depresi dan Meninggal

Jangan sampai, atas kejadian-kejadian yang ada di Jabar, Pemprov Jabar tidak mengambil langkah-langkah atau pun membiarkannya.

"Sehingga, terjadi lagi, terulang lagi hal-hal yang tidak diinginkan berkenaan terhadap anak. Jangan sampai terjadi lagi," kata Uu.

Uu mengatakan, Jabar sudah diberikan penghargaan oleh pemerintah pusat sebagai Provinsi Layak Anak. Maka karena sudah mendapatkan predikat seperti itu, pihaknya harus memegang dan mempertahankan predikat itu.

"Maka kami semakin perhatian, fokus terhadap anak termasuk kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Dan hari ini salah satunya adalah yang dilakukan," tuturnya.

Adapun tentang hal yang terjadi di Tasikmalaya, kasus ini sudah menjalani progres yang diawali oleh instansi-instansi terkait mengenai anak dan koordinasi yang sangat bagus antara Pemkab Tasikmalaya bahkan RT dan RW pun begitu sigap sebelum kasus ini ke mencuat publik.

"Kemudian KPAID Tasikmalaya, P2TP2A, juga sangat luar biasa, UPTD PPA, mengadakan pendampingan bahkan pihak kepolisan pun sudah bergerak cepat. Dan Insyaallah hasilnya maksimal," katanya.

Ia mengatakan, korban bullying ini belum dipaatikan apakah meninggal karrna depresi atau penyakit lainnya. Yang berhak menyampaikan adalah pihak aparat penegak hukum alias kepolisan.

Baca juga: Ridwan Kamil Minta Pelaku Perundungan di Tasik Disanksi Meski di Bawah Umur: Saya Ini Survivor Bully

"Jadi sekarang harus digarisbawahi dulu, belum ada sebuah kepastian tentang itu. Sekalipun ada data-data tentang rekam medis atau yang lainnya kami sudah terima tapi kami belum waktunya karena belum haknya kami menyampaikan hal yang semacam itu," tuturnya.

Ia mengatakan, kejadian semacam ini jangna sampai terjadi lagi. Maka diharapkan dan dalam keputusan ini harus benar-benar keputusan yang terbaik bagi anak.

"Karena niatnya baik tetapi kalau keputusan yang tidak baik, takutnya ada hal yang tidak baik ke depannya. Maka dalam mengambil keputusan, ini harus benar-benar ada sebuah pemikiran dan pemahaman dan tidak lepas dari kebijaksanaan," tuturnya.

Oleh karena itu, ia selaku pribadi menyampaikan kepada aparat penegak hukum, di saat akan mengambil keputusan, untuk ada koordinasi dengan pihak-pihak yang lain termasuk KPAID dan P2TP2A, dan juga kepada Pak Gubernur.

"Karena Pak Gubernur sangat konsen, kami tidak berharap tahu-tahu ada sebuah keputusan, Pak Gubernur tahu dari luar. Wajar, karena beliau adalah pimpinan kita. Dikasih tahu lebih awal. Dan juga harapan kami dengan kejadian ini kita ambil hikmahnya, viral sehingga masyarakat yang lain tahu kalau mengolok-olok ternyata ada akibat hukum," katanya.

Ia berharap masyarakat mengambil hikmah dari kejadian ini, juga seluruh desa dan kelurahan di Jabar untuk segera memproklamasikan diri menjadi desa dan kelurahan layak anak.

Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta agar pelaku bully yang membuat seorang anak SD di Kabupaten Tasikmalaya depresi dan meninggal dunia akibat dipaksa melakukan adegan tidak senonoh dengan kucing, tetap mendapat sanksi sesuai dengan asas kemanusiaan dan peraturan, walaupun masih berusia anak-anak.

"Ini mudah-mudahan tidak terulang lagi dan tetap harus ada sanksi konsekuensi kepada yang melakukan, walaupun masih di bawah umur, tentu dengan azas-azas kepatutan kemanusiaan, tapi tetap harus ada pelajaran bagi mereka yang melakukannya," kata Ridwan Kamil di Gedung Sate, Kamis (21/7) malam.

Baca juga: Polisi Dalami Keterlibatan Orang Dewasa dalam Kasus Perundungan Bocah dengan Kucing di Tasik

Ia mengatakan mengutuk kejadian bully tersebut dan seharusnya pihak sekolah bisa bertanggung jawab penuh atas kasus yang menimpa seorang muridnya teraebut.

"Saya Mengutuk keras kejadian di Tasikmalaya ini. Tanggung jawab dari lingkungan terdekat yaitu sekolah, kepala sekolah, para guru, harus bertanggung jawab penuh karena orang tua menitipkan anaknya ke sekolah untuk dijaga, untuk edukasi," katanya.

Ia mengatakan orang tua di mana pun juga harus mampu mendidik anaknya menanamkan nilai-nilai karakter. Ia mengatakan di rumah, orang tua adalah guru, sedangkan di sekolah, guru adalah orang tua.

"Saya adalah survivor dari bully zaman SMP. Pak gubernur ini korban bully, jadi saya merasakan betul rasanya di-bully. Oleh karena itu tanggung jawab paling utama adalah di lingkungan terdekat yaitu guru dari sekolah," katanya.

Ia menuturkan telah memerintahkan tim dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Provinsi Jabar untuk menindaklanjuti dan melakukan pendampingan kasus bully tersebut.

Sebelumnya diberitakan, seorang anak SD kelas V di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, meninggal dunia akibat depresi. Penyebabnya korban diduga dipaksa teman sepermainannya untuk melakukan perbuatan tak senonoh dengan kucing.

Kejadian tersebut direkam melalui video dan rekamannya kemudian menyebar di media sosial. Korban pun merasa malu dan tertekan hingga akhirnya mengalami depresi.

Belakangan korban pun enggan makan dan minum hingga kondisi kesehatan fisik dan psikisnya memburuk. Korban akhirnya di bawa ke rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia saat dalam perawatan.

Baca juga: Bocah Tasik yang Dibully Teman-temannya Itu Ternyata Sempat 4 Hari Tak Bisa Makan Sebelum Wafat

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved