Harga Cabai Masih Mahal, Pemilik Warung Makan di Sukabumi Gigit Jari: Sangat Merugikan
Harga cabai berdampak besar bagi pemilik warung makan yang menjual makanan siap saji dan selalu memakai cabai sebagai bahan baku masakan
Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Kabupaten Sukabumi M Rizal Jalaludin
TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Harga cabai masih mahal mencapai Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu perkilo gram di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Hal itu berdampak besar bagi pengusaha warung makan yang menjual makanan siap saji dan selalu memakai cabai sebagai bahan baku masakan, terutama untuk membuat sambal.
Salah satunya dirasakan oleh Jejen (58) pemilik warung makan di Jalan Jajaway, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Baca juga: Harga Cabai dan Bawang Merah di Pasar Manis Ciamis Mulai Turun, Ini Harganya
Warga Kampung Badak Putih itu dirugikan dengan mahalnya harga cabai.
Menurutnya, cabai mahal berdampak kepada harga bahan-bahan komoditi lain, seperti bawang, terigu hingga telur.
"Waduh kalau untuk harga kebutuhan cabe, bawang, telur, itu saat ini sangat tinggi gak seperti tahun-tahun kemarin, ya kita berharap pemerintah terutama Dinas Perdagangan itu mampu mengatasi krisis kebutuhan cabe, bawang dan lain sebagainya, sehingga kami sebagai pedagang kecil tidak merasa terlalu dirugikan," ungkap Jejen di warung makannya, Sabtu (23/7/2022).
Ia mengatakan, saat ini harga terigu ikut naik Rp 2.000 perkilo, telur naik Rp 4.000 perkilo dan bawang berada di harga Rp 60 ribu perkilo gram.
"Sangat luar biasa pengaruhnya luas, harga terigu naik sekitar 2.000 hingga 2.500 perkilo, harga telor (naik) sampai 4.000 dari harga Rp 26 ribu jadi Rp 30 ribu, cabe sampai mencapai di titik angka Rp 100 ribu perkilo, bawang merah sampai di Rp 60 ribu," jelasnya.
Ia mengaku, pendapatannya saat ini sangat menurun dan merugi, omsetnya pun hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Baca juga: Dua Beban Petani Cabai Rawit di Bandung, Harga Cabai Turun, Harga Obat dan Pupuk Malah Meroket
"Ini sangat merugikan, bagaimana masyarakat kurang bumbu dan ini sangat merugikan, baik merugikan pedagang maupun merugikan konsumen itu sendiri, kami sangat dirugikan tentunya, sehingga untuk omset dan laba sangat menipis saat ini, ya hanya sebatas untuk hidup lah," jelas Jejen.*