Ustaz Diusir di Cianjur

Korban Ustaz Bejat di Cianjur Bukan Cuma 2 Santriwati? Kepala Desa Sukaluyu Ungkap Fakta Ini

Kepala Desa Sukaluyu, Cianjur, Uher Suherman, menduga santriwati yang menjadi korban tindak asusila ustaz SA (30) lebih dari dua orang.

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Giri
Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin
Kepala Desa Sukaluyu, Uher Suherman, menerima tim advokasi dari dinas terkait berkenaan kasus tindak asusila yang dilakukan seorang ustaz di Cianjur. Uher menduga korban ustaz bejat yang beraksi di wilayahnya bukan cuma dua orang. 

TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Kepala Desa Sukaluyu, Cianjur, Uher Suherman, menduga santriwati yang menjadi korban tindak asusila ustaz SA (30) lebih dari dua orang.

Hal tersebut ia katakan melihat dari waktu pengungkapan korban yang sudah berjarak tiga tahun sejak kejadian.

"Saat itu korban berusia 16 tahun. Dia mengaku sekarang, saat usia 19 tahun, berarti ada jeda tiga tahun," ujar Uher ditemui di kantor Desa Sukaluyu, Rabu (6/7/2022).

Uher menduga para korban merasa bimbang dan takut karena situasinya kini sudah berbeda dengan tiga tahun yang lalu.

Uher mengatakan, keseharian sang ustaz dikenal warga sebagai sosok yang alim dan tokoh agama.

Tak heran ia mempunyai tiga jabatan sebagai Ketua Unit Pengumpul Zakat (UPZ), Sekretaris MUI, dan amil di Desa Sukaluyu.

Uher mengatakan, kini pihaknya membantu semua pihak yang datang untuk memberikan data dan keterangan yang diperlukan.

"Sejak kemarin memang banyak yang datang, kami berikan data dan keterangan sebenar-benarnya," kata Uher.

Ia mengatakan, santri yang masih belajar hingga kejadian kemarin langsung dipulangkan ke rumah orangtua masing-masing.

"Yang saya khawatirkan dengan adanya kejadian ini, para orangtua kembali khawatir untuk memasukkan anaknya ke pesantren. Namun kami sudah berembuk dengan para tokoh agama di desa untuk merencanakan langkah selanjutnya," ujar Uher.

Baca juga: Pengendara Motor di Sukabumi Tiba-tiba Kejang, Videonya Menyebar Lewat Aplikasi Perpesanan

Akal bulus pelaku

Uher mengatakan, SA memperlakukan santri perempuan dan laki-laki secara berbeda.

Untuk santri perempuan diharuskan menginap di rumahnya. Sedangkan santri laki-laki tidak diperkenankan. 

Perlakuan berbeda itu ternyata cuma modus.

Saat menginap, santri perempyan itu mendapat ritual setiap pukul 24.00 WIB. Mereka diharuskan mandi tengah malam dan diolesi madu.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved