Ustaz Diusir di Cianjur

Korban Ustaz Bejat di Cianjur Bukan Cuma 2 Santriwati? Kepala Desa Sukaluyu Ungkap Fakta Ini

Kepala Desa Sukaluyu, Cianjur, Uher Suherman, menduga santriwati yang menjadi korban tindak asusila ustaz SA (30) lebih dari dua orang.

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Giri
Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin
Kepala Desa Sukaluyu, Uher Suherman, menerima tim advokasi dari dinas terkait berkenaan kasus tindak asusila yang dilakukan seorang ustaz di Cianjur. Uher menduga korban ustaz bejat yang beraksi di wilayahnya bukan cuma dua orang. 

Sang ustaz berdalih ritual mandi tengah malam lalu diolesi madu agar ilmu mengaji cepat terserap santriwati.

Namun, di balik itu semua sang ustaz mempunyai rencana lain dengan cara memegang alat vital santri putri dan tentu membuat para santri putri trauma.

Baca juga: Diisukan Punya Hubungan Spesial dengan Ariel NOAH, BCL Tak Kesulitan Bangun Chemistry, Punya Rencana

"Jadi setelah mengalami hal tersebut santri putri memilih keluar dari pesantren tersebut, namun belum memberitahu kepada orangtua masing-masing," ujar Uher Suherman.

Uher mengatakan, ustaz bejat tersebut selalu berpesan kepada para santri putri agar tak memberitahu siapa pun mengenai aksi tak terpujinya itu.

"Katanya, kalau diberitahu ilmunya tidak akan berkhasiat," ujar kades.

Uher dan warga pun langsung mengambil sikap sambil berkoordinasi dengan pihak terkait hingga saat ini.

"Dari UPZ tempat ia bekerja sudah datang ke sini. Sekarang saya juga mau berkoordinasi dengan pihak kecamatan. Setiap hari warga terus datang ke kantor desa bertanya soal perkembangan. Saya jamin semua sesuai proses hukum," katanya.

Uher mengatakan, 100-an warga sempat mengepung rumah SA (30) sang ustaz cabul.

Uher mengatakan, aksi anarkis berhasil diredam setelah aparat desa babinsa dan babinmas menjamin sang ustaz akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Warga pun meredam emosi mereka dan membubarkan diri dengan tertib.

Sebelumnya, warga kesal setelah mengetahui penuturan dua korban, YY (19) dan NN (19), yang mengaku dilecehkan sang ustaz.

"Kami siaga di rumah pelaku, saat itu sudah berkumpul sekitar 100 orang warga, kami menjaga agar tidak ad kejadian anarkis," ujar Uher.

Uher mengatakan, jumlah santri di pesantren tempat pelaku terakhir terdata 50 orang. Namun saat ini sudah bubar semuanya.

"Dari kejadian tersebut saya mengimbau kepada orangtua dan guru ngaji agar tak ada lagi murid menginap di guru ngaji terutama yang perempuan," ujar Uher.

Ia mengatakan, dua perwakilan dari dinas yang mengurus perempuan dan anak sudah turun ke lokasi dari kabupaten untuk melakuka advokasi dan trauma healing para korban.

"Tadi ada dua orang turun ke lokasi dan rumah korban untuk melakukan advokasi dan trauma healing serta pendataan," ujar Aher. (*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved