Warga Menjerit Puluhan Hektare Sawah Kering Akibat Proyek Pembangkit Listrik, Dedi Mulyadi Bertindak

Kepala Desa Salem, Epet, mengatakan warganya sudah menjerit karena sawah kering akibat aliran sungai dibendung. Ia meminta tolong pada Dedi Mulyadi.

Dokumen Pribadi
Angggota DPR RI memantau aliran air menuju ratusan hektare di Desa Salem, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta. 

TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA- Puluhan hektare lahan sawah di Desa Salem, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta, mengalami kekeringan akibat aliran sungai dibendung oleh perusahaan yang memproduksi listrik untuk dijual ke PLN.

Kepala Desa Salem, Epet, mengatakan warganya sudah menjerit karena sawahnya kering akibat aliran sungai dibendung oleh pengusaha. Ia meminta tolong pada Dedi Mulyadi.

“Saya Kades Salem intinya menyampaikan keluhan warga yang tidak bisa nyawah karena sudah dua bulan tidak ada air gara-gara aliran Sungai Ciherang dipotong sama proyek kincir listrik,” ujar Epet.

Menurut Epet, sedikitnya ada 20 hektare sawah yang mengalami kekeringan di Desa Salem. Jika ditotal, desa di Kecamatan Pondoksalam ada sekitar 100 hektare sawah yang kering.

“Sekarang saja masih ada hujan air surut dan tidak sampai ke sawah. Apalagi nanti musim kemarau pasti lebih parah. Makanya saya minta bantuan Kang Dedi,” ujarnya.

Baca juga: Datang ke Rumah Dedi Mulyadi, Tukang Cilor Asal Garut Malah Curhat Motor Rusak Akibat Jalan Butut

Epet menjelaskan proyek kincir air tersebut milik seorang pengusaha asal Jakarta. Listrik yang dihasilkan kemudian dijual ke PLN.

Sementara sawah sudah duluan ada jauh sebelum proyek tersebut berdiri. Selain itu sawah dikelola oleh warga sekitar sedangkan proyek kincir milik perusahaan dari luar daerah.

“Air sungai dibendung jadi sungai kering. Air dibelokin ke kincir terus dibuang jadi gak ke sawah. Dulu waktu paparannya tidak akan mengganggu kepentingan petani, tapi buktinya sekarang air kurang dan kering,” katanya.

Tak menunggu waktu lama, Dedi Mulyadi pun langsung mengecek ke lokasi. Bertelanjang kaki, Dedi menelusuri aliran sungai hingga ke bendungan permanen yang dibuat oleh perusahaan.

Setelah ditelusuri, benar saja air dari sungai dibendung dan dialirkan melalui saluran menuju kincir pembangkit listrik. Sementara aliran sungai yang sudah ada dibiarkan mengering sehingga berimbas pada sawah warga.

“Seharusnya perusahaan ada pertimbangan. Pengambilan air untuk kincir tidak mengganggu kepentingan warga untuk pertanian. Seharusnya air bendungan ini bisa bermanfaat untuk warga dan pertanian,” kata Dedi Mulyadi.

Baca juga: Dijanjikan Jadi PRT, Warga Purwakarta Terlantar di Abu Dhabi, Keluarga Minta Tolong Dedi Mulyadi

Dedi pun tak habis pikir dengan pengelolaan listrik PLN. Seharusnya listrik yang dihasilkan dari sumber sekitar bisa langsung dinikmati oleh warga.

“Kita ini selalu saja listrik misal dari sini, masuk ke PLN digunakan untuk bisnis. Kemudian warga sekitar beli dari PLN. Kenapa tidak langsung saja ini manfaatnya untuk warga sekitar,” ucapnya.

Terkait keluhan warga tersebut, Dedi Mulyadi yang juga anggota DPR RI itu akan langsung memanggil pemilik perusahaan, sehingga sungai tidak hanya dimanfaatkan untuk pengusaha tapi juga warga yang sudah turun temurun tinggal di tempat tersebut.

“Kita panggil perusahaannya karena tidak boleh memanfaatkan air untuk kepentingan sendiri untuk usaha tapi warga di sini dirugikan. Tidak boleh. Musim hujan saja seperti ini kering apalagi kemarau."

"Kalau pengusaha tidak memperhitungkan, tidak pernah mempertimbangkan kepentingan rakyat, ya seperti ini. Berpikirnya untuk diri sendiri terus. Dia mah enak tinggal di Jakarta, orang sini kesusahan kehilangan sumber daya air. Padahal ini warisan dari leluhur,” ujar Dedi Mulyadi.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved