Harga Kedelai di Bandung Dari Rp 8.500 Kini Jadi Rp 11.500, Produsen Tahu Tempe Menjerit
Harga kedelai meroket, produsen tahu tempe mengeluh, berharap pemerintah ikut andil dalam untk stabilkan harga kedelai.
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Mega Nugraha
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Harga kedelai meroket, produsen tahu tempe mengeluh, berharap pemerintah ikut andil dalam untk stabilkan harga kedelai.
Menurut Ketua Puskopti Kabupaten Bandung, Gufron, mengatakan kenaikan harga kedelai terjadi mulai dua bulan lalu.
"Sebetulnya terkait harga kedelai itu dari dua bulan lalu, ya, dari mulai awal Desember kalau gak salah. Harga awalnya kalau nilai pukul rata, sekitar Rp 8500, sekarang mengalami kenaikan Rp 11.200," ujar Gufron, saat dihubungi, Selasa (15/2/2022).
Gufron mengatakan, itupun berdasarkan pernyataan pemerintah saat mengadakan zoom metting bersama Dirjen Kemendag.
"Bahwa ketersediaan kedelai ini kemungkinan akan rawan sampai 2 bulan ke depan, bahkan harga akan terus bisa melonjak," kata Gufron.
Baca juga: Harga Kedelai di Tasikmalaya Sudah Naik Padahal Stok Kedelai Diklaim Aman Hingga Mei, Ada Apa?
Gufron mengatakan, jadi ketersediaan kedelai itu disebabkan oleh beberapa faktor.
"Jadi panen di Amerika itu kurang surplus, kedua, ada trouble di muat ekspornya yang di Amerika, pas muat di kapal itu ada trouble yang tidak bisa dibetulkan dalam beberapa hari. Terus krisis minyak dunia itu yang mengalami kenaikan, sehingga berpotensi kepada harga komoditi, semua komoditi," ucap dia.
Sebetulnya kata Gufron, dengan kenaikan harga kedelai pengrajin tahu tempe yang keteter.
"Susah menaikan harga, jual tahu tempe itu tersendiri karena naiknya itu bukan dipatok, atau, dilock, dikonci berapa harga pastinya. Tidak seperti itu, tapi tiap harinya selalu merangkak naik harganya," ujarnya.
Menurutnya, untuk sementara, kedelai ini ada siklus terus menerus, yang tidak akan pernah berakhir karena perdagangan kedelai sudah diatur oleh mekanisme pasar.
Baca juga: Sengkarut Kedelai Impor: Masalahnya di Brazil, yang Menjerit Mang Mamat Produsen Tahu di Baleendah
"Jadi kami produsen tahu tempe itu selalu mengikuti mekanisme pasar yang ada di Amerika, yang ada di Chicago Board of Trade (CBOT). Jadi harga ini selamanya tidak akan stabil, kalau perdagangan kedelai ini diserahkan ke mekanisme pasar," tuturnya.
Gufron memaparkan, dari dulu sejak tahun 2008 saat turun ke Istana Negara, bahkan berdemo di sana, sampai libur atau mogok produksi.
"Kembali lagi tahun 2012, dan kembali lagi beberapa tahun ke belakang sampai sekarang. Artinya kita itu harapannya tidak muluk-muluk, produsen tahu tempe ini hanya berharap untuk stabilisasi harga dan itu tidak akan tercapai, selama perdagangan kedelai itu diatur oleh mekanisme pasar tanpa pemerintah ikut campur tangan," kata dia.
Gufron berharap, kepada Diperindag untuk bersama melakukan kontroling dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia.
"Khususnya di komoditi yang kami olah sebagai pengrajin tahu tempe, dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan bagi masyarakat banyak," ujar dia.
Gufron mengatakan, bagaimana caranya pemerintah ini untuk ikut andil menginterpensi dalam menjaga kestabilan harga dan ketersediaan komoditi tersebut.
"Sehingga tidak pernah membingungkan produsen tahu tempe," ucapnya.