Cerita Tim Pemulasara Jenazah Covid-19 di Subang: Kerja Nonstop, Tanpa Insentif dan Penuh Resiko
Setiap harinya, selalu ada kasus kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Subang. Kondisi itu membuat petugas pemulasara jenazah kerja rodi
Penulis: Irvan Maulana | Editor: Mega Nugraha
Laporan Kontributor Tribun Jabar, Irvan Maulana
TIBUNJABAR.ID, SUBANG - Setiap harinya, selalu ada kasus kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Subang. Kondisi itu membuat petugas pemulasara jenazah kerja rodi tanpa insentif.
Selain perawat pasien Covid-19, para pemulasara jenazah juga rentan terpapar Covid-19. Mereka harus bekerja ekstra memakamkan jenazah Covid-19 dengan APD yang tentu saja menghambat ruang gerak mereka.
Ketua tim pemulasar jenazah RSUD Ciereng Kabupaten Subang Hasan Bisri, mengatakan, ia sering kali bekerja meski waktu larut malam.
Baca juga: Warga Tolak Ruang Isoman di Balonggede, Khawatir Ada Penyebaran Covid-19, Lurah Pilih Lakukan Ini
"Kalau malam itu, kita terima telepon dari pimpinan langsung harus kerja balik lagi kesini," ujar Hasan ketika ditemui Tribun di RSUD Ciereng Kabupaten Subang, Jumat (2/7/2021).
Pekerjaan yang cukup beresiko tesebut bahkan dikerjakannya tanpa insentif.
"Tahun kemarin itu satu tahun kita dapat Rp 1,6 juta, yang tahun ini kami sudah ngomong sama pimpinan untuk diajukan tapi sampai sekarang belum," kata dia.
Sementara rata-rata angka kematian Covid-19 di Kabupaten Subang dalam bulan Juni terakahir mencapai 15 hingga 20 orang perhari.
"Pagi ini baru tiga, biasanya nanti siang ada lagi, terus sore menjelang malam itu kita harus kerja lagi pas di rumah juga ditelepon untuk memulasar dan memakamkan jenazah," imbuhnya.
Kasubag Humas dan Pemasaran RSUD Ciereng Kabupaten Subang Sri Mulyati juga membenarkan soal ngka kematian meningkat signifikan pada satu bulan terkahir.
Baca juga: Permintaan Isi Ulang Oksigen di Subang Naik 300 Persen, Pihak Toko Kewalahan
"Ada sekitar 10 hingga 15 orang meninggal perhari pada bulan Juni, dulu itu paling 5 sampai 6 orang," ujar Sri kepada Tribun.
Sri menyebut, dalam sehari sempat mencapai 20 orang meninggal dunia. Ia juga mengatakan peningkatan jumlah kematian tersebut membuat tim pemulasara jenazah sangat kewalahan.
"Kita sampai saat ini kekurangan tim pemulasar jenazah, dan saat ini kita masih menerima lowongan untuk tenaga penulasar jenazah," pungkasnya.