Bisnis
KPBS Pangalengan, Empat Tahun Lalu Sudah Digitalisasi, Penerimaan Susunya Pakai MCP
KPBS Pangalengan, Empat Tahun Lalu Sudah Digitalisasi, Penerimaan Susunya Pakai MCP. Susu dipasok ke Frisian Flag dan PT Ultrajaya, selain diolah
Penulis: Shania Septiana | Editor: Januar Pribadi Hamel
Perekonomiannya semakin membaik ketika KPBS menyediakan Bank BPR, bank tersebut menyediakan jasa pinjaman dana bagi anggota KPBS yang ingin membeli sapi perah tambahan.
"Ketika sapi bertambah kemudian saya kembang biakkan sapi milik saya, dengan program minimal satu tahun sekali melahirkan," ucapnya.
Puluhan tahun menjadi peternak sapi perah, Apid menceritakan kisah suka duka yang dia alami.
"Pengalaman senang menjadi peternak sapi itu kalau mendekati gajian, kalau susahnya ketika tidak ada rumput untuk pakan, musim kemarau itu paling susah, karena sapi butuh itu," ucapnya.
Liter
Apid menjelaskan bagaimana proses pencarian uang yang didapat setiap anggota KPBS setiap bulannya.
"Jadi sistemnya itu, kita setiap hari setor susu kira-kira 130 kilo ke koperasi, satu kilo harganya sekitar Rp 5 ribu. Setiap 15 hari kita hitung-hitungan dapat berapa nih total uangnya. Gajiannya itu ditanggal 25 dan tanggal 11. Kami itu udah berubah sudah tidak per liter lagi, jadi kilo. Karena sempat ada masalah kalau dihitung per liter. Jadi anggota dan pengurus berembuk untuk mengubah itu," jelasnya.
Setiap hari, kegiatan Apid hanya mengurusi sapi-sapi perah miliknya. Setiap pukul 4 sampai 5 pagi, Apid membersihkan kandang sapi.
Sekitar pukul 6 pagi, Apid memberi makan sapinya dengan konsentrat. Menurutnya, manfaat konsentrat jika dikonsumsi oleh sapi bisa membuat sapi menjadi gemuk dan merangsang produksi susunya, kemudian proses pemerahan sapi, dilakukan dengan menggunakan mesin.
Setelah itu, pukul 8- 9, Apid mencari rumput untuk pakan sapi miliknya. Sesudah mencari rumput, Apid memberikan rumput yang dia cari untuk dimakan oleh semua sapi miliknya.
Memberi konsentrat dan pakan rumput, dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari.
Ayah dari dua orang anak ini juga menceritakan bahwa, anak sulungnya ikut menjadi anggota KPBS dan sama menjadi peternak sapi perah.
"Kalau kita jual sendiri hasil susu yang diperah itu risikonya lumayan, bisa jual sendiri tapi punya risiko. Sama-sama diuntungkan, koperasi bisa maju saya juga bisa jual susu ke koperasi," ujarnya.
Apid juga bercerita, sebagai anggota koperasi dia tergabung sebagai anggota Farmer. Anggota koperasi bisa dilombakan untuk berangkat ke Belanda. Lomba tersebut dinilai dari segi prestasi dan cara pengelolaan sapi perah.
"Nama kompetisinya Farmer to Farmer, saya berangkat ke Belanda tahun 2019, karena dibina oleh orang Belanda. Lokasinya sekitar dua jam dari Amsterdam, tepatnya di Cole," ucapnya.
