Bisnis
KPBS Pangalengan, Empat Tahun Lalu Sudah Digitalisasi, Penerimaan Susunya Pakai MCP
KPBS Pangalengan, Empat Tahun Lalu Sudah Digitalisasi, Penerimaan Susunya Pakai MCP. Susu dipasok ke Frisian Flag dan PT Ultrajaya, selain diolah
Penulis: Shania Septiana | Editor: Januar Pribadi Hamel
KOPERASI Peternakan Bandung Selatan (KPBS) berdiri pada 1969. Pembentukan koperasi tersebut terjadi karena sejak zaman Belanda, Pangalengan merupakan penghasil susu perah sapi.
Ketika orang Belanda harus meninggalkan Pangalengan karena kalah perang, mereka meninggalkan peternakannya dan diteruskan oleh warga Pangalengan.
"KPBS didirikan oleh para tokoh peternak Pangalengan. Satu di antaranya adalah Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bandung, dokter hewan Daman Danuwijdaja," kata Ketua Umum KPBS, H Aun Gunawan di Kantor KPBS, Pangalengan, Senin (14/6).

Menurut Aun, susu itu hanya bisa bertahan satu jam sampai dua jam sebelum basi. Perlu alat penanganan khusus, seperti alat pendingin (cooling unit). "Karena Pak Daman, KPBS berhasil mendapat bantuan dari pemerintah waktu itu," katanya.
KPBS, kata Aun, terus berkembang. Aun sendiri mulai bergabung dengan KPBS pada 1987. "Saya mulai bergabung dengan KPBS ini, pas saat pembangunan kantor KPBS," katanya.
Sepeninggal Daman yang wafat pada Februari 1995, KPBS tetap bertahan hingga sekarang.
KPBS, menurut Aun, merupakan koperasi susu yang mempunyai pengolahan turunan yang berbentuk industri. "Kami punya pabrik pengolahan pasteurisasi, yoghurt, keju mozzarella. Sebanyak 20 persen susu dari kami telah diolah sendiri di industri milik kami sendiri," katanya.

Susu KPBS juga, kata Aun, dipasok ke Frisian Flag dan PT Ultrajaya. Kedua perusahaan menjadi mitra KPBS yang saling menguntungkan sejak dulu.
Menurut Aun, KBPS merupakan koperasi yang memiliki penerimaan susu digital dari peternak yang telah dilakukan empat tahun yang lalu.
"Kami mendapat bantuan dari negeri Belanda, percontohannya. Sistem penerimaan susu ini namanya MCP (Milk Collection Point) atau titik penerimaan susu," katanya.
MCP dilengkapi komputer, mesin pendingin, dan timbangannya langsung. Anggota cukup bawa susu dan kartu barcode.
"Jadi di sebuah alat ditap, maka muncul nama peternaknya nomor id sekian. Susunya ditimbang, konek langsung dengan komputer kami di kantor," kata Aun.

Peternak
Peternak yang diuntungkan oleh keberadaan KPBS, satu di antaranya adalah Apid. Apid sudah bergabung dengan KPBS sejak 1993. "Awalnya cuma satu sapi, sekarang saya ada 15 sapi, sama yang kecil," ucap Apid saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (18/6).
Selama 28 tahun, Apid menggantungkan hidupnya kepada koperasi yang membantu perekonomian keluarganya setiap hari. Dalam satu bulan, pendapatan yang Apid hasilkan dari sapi perah miliknya mencapai Rp 15 juta.